BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dermatitis merupkan salah satu penyakit yang timbul gangguan pada
sistem imun, dermatitis kontak merupakan suatu berntuk penyakit
yangdisebabkan hipersensivitas IV, dan diawali oleh kontak langsung
antara bahan allergik dan lain-lain.
Ada banyak factor pencetus penyakit tersebut, dan perlu untuk diketahui
oleh semua kalangan masyarakat, demi mewujudkan hal tersebut maka
penulis membuat sebuah makalah yang berisikan tentang materi
dermatitis.
Di Era globalisasi saat ini, Perawat seharusnya
mampu menguasai tentang konsep medis sehingga perawat dapat
mengantisipasi secara dini mengenai dermatitis kontak iritan.
B. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pengetahuan mengenai defenisi dari Dermatitis kontak iritan.
b. Memberikan pengetahuan mengenai etiologi dari Dermatitis kontak iritan.
c. Memberikan pengetahuan mengenai patofisiologi Dermatitis kontak iritan.
d. Memberikan pengetahuan mengenai manifestasi klinis dari Dermatitis kontak iritan.
e. Memberikan pengetahuan mengenai pemeriksaan diagnostik pada penyakit Dermatitis kontak iritan.
f. Memberikan pengetahuan mengenai penatalaksanaan Dermatitis dan
kontak iritan jika dipandang dari segi medis dan keperawatan.
g. Memberikan pengetahuan mengenai upaya pencegahan Dermatitis kontak iritan.
BAB II
ISI
A. Konsep Medis
1. Definisi
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari
bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada
dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada
individu atopi menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit
adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit
tanpa diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatis kontak iritan
hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada
membran lipid keratisonit.
Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan setempat yang
non-imunologik pada kulit sesudah mendapat paparan iritan baik satu kali
maupun berulang. Paparan sekali (tidak disengaja atau kecelakaan)
biasanya dari iritan asam, basa dan sebagainya. Sedangkan paparan
berulang yang merusak kulit secara kumulatif misalnya iritan yang lebih
kecil dosisnya.
Menurut kelompok kami, dermatitis kotak iritan adalah reaksi peradangan
yang timbul akibat terpapar suatu zat kimia yang dapat menimbulkan
lesi.
2. Etiologi
Penyebab timbulnya dermatitis kontak iritan cukup rumit dan biasanya
melibatkan gabungan berbagai iritan. Iritan adalah substansi yang akan
menginduksi dermatitis pada setiap orang jika terpapar pada kulit dalam
konsentrasi, waktu dan frekuensi yang cukup. Iritasi pada kulit
merupakan sebab terbanyak dari dermatitis kontak. Beberapa contoh
iritan akibat kerja yang lazim dijumpai adalah sebagai berikut :
a. Sabun, detergen, dan pembersih lainnya.
b. Bahan-bahan industri, seperti petroleum, klorinat hidrokarbon, etil, eter, dan lain-lain.
Faktor predisposisinya mencakup keadaan panas dan dingin yang ekstrim,
kontak yang frekuen dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang
sudah ada sebelumnya.
Penggunaan berulang dari sabun basa kuat dan produk industri dapat
merusak struktur lunak pada sel. Asam dapat larut pada air dan
menyebabkan dehidrasi pada kulit. Ketika kulit telah mengalami gangguan,
pajanan dari bahan iritan lemah pun dapat menyebabkan inflamasi pada
kulit. Besar intensitas dari inflamasi bergantung pada konsentrasi dari
iritan dan lamanya terpajan dari bahan iritan tersebut. Iritan yang
lembut dapat menyebabkan kulit kering, fissura, dan eritema. A mild
eczematous reaction dapat timbul pada eksposure yang berkelanjutan.
Pajanan yang berkelanjutan pada daerah seperti tangan, area diaper, atau
pada sekeliling kulit yang terkadang menyebabkan eczematous
inflamatour. Zat kimia kuat dapat menyebabkan reaksi yang berat.
Masing-masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap
berbagai iritan, tetapi jumlah yang rendah dari iritan menurunkan dan
secara bertahap mencegah kecenderungan untuk menginduksi dermatitis.
Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan hidrasi
dari stratum korneum (oklusi, suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air
yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi (suhu dan kelembaban
rendah). Tidak semua pekerja di area yang sama akan terkena. Siapa yang
terkena tergantung pada predisposisi individu (riwayat atopi misalnya),
personal higiene dan luas dari paparan. Iritan biasanya mengenai
tangan atau lengan.
3. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan
sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun
fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau
beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran
untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel.
Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan
diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem
kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel
mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF
akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler.
Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada
dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya
mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis. Kontak iritan tidak
melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan
kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan
atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya
kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada
terjadinya kerusakan tersebut. (Hetharia, Rospa. Halaman 95-96)
4. Manifestasi Klinis
Dua jenis bahan iritan, maka dermatitis kontak iritan juga ada dua
macam yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan
kronis. Dermatititis kontak iritan akut. Penyebabnya iritan kuat,
biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema,
vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena,
berbatas tegas.
Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi
ada sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya
podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak
iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau
lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga
yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru
merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan
sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
Dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis iritan kumulatif,
disebabkan oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh
faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas
atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah,
bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh
karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri
tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung
dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari,
berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga
waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis
iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling
sering ditemukan.
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit
tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.
Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka
iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami
kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa
kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh
penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat
perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan
terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci,
memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan
berkebun.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian pasien gangguan alergik umumnya mencakup pemeriksaan darah,
sediaan apus sekresi tubuh test kkulit dan RASt (Radioallergosorbent
test) hasil pemeriksaan darah akan memberikan data-data yang suportif
untuk pelbagai kemungkinan diagnostik, kendati demikian tes darah hasil
laboratorium bukan Kriteria utama dalam pemeriksaan gangguan alergik.
Pemeriksaan awal dapat mencakup pemeriksaan ini :
Hitung darah lengkap dan hitung jeniseosinofil dalam keadaan normal
merupakan 1% sampai 4% dari jumlah total sel darah putih. Tingkat
antara 5% sampai 15% adalah nonspesifik tetapi benar-benar menunjukkan
reaksi alergik.
Eosinofilia sedang 15%hingga 40% leukosit dalam darah sebagai eosinofel
ditemukan pada pasien gangguan alerik disamping pasien gangguan
malignitas, immunodefisiensi, infeksi parasit, penyakit jantung
congenital, dan pada pasien yang mengalamidialisis peritoneal.
Kadar total serum Ig E, kadar total serum IgE, yang tinggi mendukung
diagnosis penyakit atopik ; kendati demikian, kadar IGE yang normal
tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosisi gangguan alergik. Kadar IgE
tidak sesensitif pemeriksaan PRIST (paper radio immunosorbent test) dan
ELISA (Enzyme-linked immunosrbent assay).
Tes kulit. Tes kulit mencakup penyuntikan intra dermal atau aplikasi
superficial yang dilakukan secara bersamaan waktunya pada tempat-tempat
terpisah dengan menggunakan beberapa jenis larutan. Larutan ini
masing-masing mengandung antigen yang mewakili suatu jenis alergen,
termasuk tepung sari.
Tes provokasi, tes provokasi meliputi pemberian allergen secara
langsung pada mukosa respiratorius dengan mengamati respon target
tersebut. Tipe pengujian ini sangat membantu dalam mengena allergen yang
bermakna secara klinis pada pasien-pasien dengan hasil positif,
kekurangan yang utama pada tipe pengujian ini adalah keterbatasan satu
antigen persesi dan risike timbulnya gejala yang berat, khususnya
bronkhospasme pada pasien asma.
“Tes radioallergosorbent, merupakan test pemeriksaan kadar IgE.
Spesifik allergen. Sample serum pasien dikenakan dalam jumlah kompleks
allergen yang dicurigai. Jika terdapat antibody, kompleks ini akan
berikatan dengan allergen yang berlabel-radio aktif” (Smeltzer, Suzanne
C, halaman 1760-1763)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis.
1) Kortikosteroid
2) Antihistamin
3) Krim hidrofilik atau vaselin
4) Kortikosteroid topical
5) Antibiotik
b. Penatalaksanaan Keperawatan.
1) Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian jenis
obat-obatan seperti Kortikosteroid, Radiasi ultraviolet, Imunosupresif
topical, Siklosporin A, Antibiotika dan antimikotika, Pengobatan
sistemik sesuai dengan medik.
2) berikan pendidikan kesehatan kepada klien bahwa gejala gatal
berhubungan dengan penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip
terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan
prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif
3) hindarkan binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap
bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi
keberadaan binatang di sekitar area rumah. dan lain-lain.
7. Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari kontak dengan zat
seperti poison ivy atau sabun keras yang dapat menyebabkan hal itu.
Strategi pencegahan meliputi:
a. Bilas kulit dengan air dan gunakan sabun ringan jika dermatitis
karena kontak dengan suatu zat. Usahakan mencuci untuk menghapus banyak
iritan atau alergen dari kulit Anda. Pastikan untuk membilas sabun
sepenuhnya dari tubuh Anda.
b. Kenakan kapas atau sarung tangan plastik ketika melakukan
pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak dengan pembersih atau
larutan.
c. Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung tangan
untuk melindungi kulit Anda terhadap senyawa berbahaya.
d. Oleskan krim atau gel penghalang untuk kulit Anda untuk memberikan
lapisan pelindung. Juga, gunakan pelembab untuk mengembalikan lapisan
terluar kulit dan untuk mencegah penguapan kelembaban.
e. Gunakan deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci pakaian,
handuk dan selimut. Coba lakukan siklus bilas tambahan pada mesin
cuci.(http://medicastore.com/penyakit/74/Dermatitis_Kontak.html)
8. Penyimpangan KDM
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Untuk menetapkan bahan kimia penyebab dermatitis kontak iritan
diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan
penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah
diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal meliputi
pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata,
dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin
faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul
dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis
yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak
berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa
bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang
lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu
penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :
a. Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama,
beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak
dengan bahan serupa.
b. Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
c. Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain
tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta
timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat kontak.
d. Rasa gatal
e. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, respon menggaruk.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
3. Intervensi dan Rasional
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit,ditandai dengan :
1) Keluhan nyeri
2) Klien tampak meringis
3) Klien tampak melindungi diri akibat nyeri
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam, diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol dengan kriteria:
1) Pernyataan verbal klien bahwa nyeri berkurang atau terkontrol.
2) Tanda vital dalam batas normal
3) Ekspresi tenang/nyaman
Intervensi dan rasional:
1) Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan sebelumnya
dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi dan terjadinya komplikasi.
2) Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat.
Sumber panas eksternal perlu untuk mencegah menggigil.
3) Libatkan pasien dalam penentuan jadwal aktivitas, pengobatan, pemberian obat.
Meningkatkan rasa kontrol pasien dan kekuatan mekanisme koping.
4) Berikan tindakan kenyamanan dasar, contohnya pijatan pada area yang tidak sakit, perubahan posisi dengan sering.
Meningkatkan relaksasi; menurunkan tegangan otot dan kelelahan umum
5) Anjurkan penggunaan teknik manajemen stress
Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan
rasa kontrol, yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, respon menggaruk ditandai dengan :
1) Adanya skuama kering, basah atau kasar.
2) Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperatawan selama 3×24 jam diharapkan
kerusakan integritas kulit dapat membaik dengan kriteria hasil:
1) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka yang terdapat lesi.
2) Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi lausea.
3) Menunjukkan regenerasi jaringan kulit.
Intervensi dan rasional:
1) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritama.
Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.
Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
2) Anjurkan agar permukaan kulit tetap kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan dan meningkatkan iritasi.
3) Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali diijinkan dokter.
Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.
4) Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban atau ekskresi.
Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
5) Berikan obat sesuai indikasi: Antihistamin.
Menghilangkan gatal.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit, ditandai dengan:
1) Demam
2) Luka terdapat eksudat
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelalah melakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam, infeksi dapat di hindari dengan kriteria hasil:
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal
2) Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi lausea.
Intervensi dan rasional:
1) Awasi atau batasi pengunjung bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu.
Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung. Masalah resiko infeksi
harus seimbang mengalawan kebutuhan pasien utuk dukungan keluarga dan
sosialisasi.
2) Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesai indikasi.
Tergantung tipe/luasnya luka dan isolasi dapat direntang dari luka
sederhana/kulit sampai komlpit/sebaiknya untuk menurunkan resiko
kontaminasi silang/ terpajannya pada florea bakteri multipel
3) Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.
Mencegah kontaminasi silang; menurunkan resiko infeksi.
4) Periksa luka tiap hari, periksa/catat perubahan penampilan, bau, atau kualitas drainase.
Mengidentifikasi adanya penyembuahan dan memberikan deteksi dini infeksi.
5) Awasi tanda vital untuk demam, peningkatan frekwensi kedalaman
pernafasan sehubungan dengan perubahan sensori, adanya diare, penurunan
jumlah trombosit dan hipoglikemia dan glikosuria.
Indikasi sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
1) Klien merasa malu.
2) Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu.
3) Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.
4) Perubahan dalam keterlibatan sosial.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam, diharapkan
klien dapat menerima perubahan citra tubuhnya , dengan kriteria hasil:
1) Menyatakan perasaan tentang penyakitnya.
2) Membuat gambaran diri lebih nyata.
3) Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri.
Intervensi dan Rasional:
1) Kaji persepsi klien tentang kondisi tubuhnya saat ini.
Alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2) Catat bahas tubuh non verbal, prilaku negatif/bicara sendiri. Kaji prilaku diri.
Dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut/intervensi lebih intensif.
3) Pertahankan tindakan tenang, meyakinkan, akui terima pengungkapan perasaan terhadap dirinya.
Dapat membantu menghilangkan takut pasien akan rasa malu, sulit bergaul, ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang lain.
4) Ajurkan pasien untuk menerima situasi pada tahap masalah yang kecil.
Merasa sehat/mengalami kesulitan dalam mengatasi gambaran yang lebih besar tatapi dapat mengatasi satu bagian pada saat itu.
5) Anjurkan orang terdekat untuk mengobati pasien secara baik dan tidak sebagai orang yang depresi.
Penyimpangan harga diri dapat tidak disadari penguatannya.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan :
1) Pasien sering bertanya / minta informasi.
2) Pernyataan salah tentang dermatitis kontak iritan.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×45 Menit, Diharapkan
klien mengetahui tentang penyakitnya dengan kriteria hasil:
1) Klien dapat menjelaskan kembali tentang penyakitnya dengan menggunakan bahasanya sendiri.
2) Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya.
Intervensi dan rasional:
1) Kaji ulang prognosis harapan yang akan datang.
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan info.
2) Diskusikan harapan pasien kembali kerumah, bekerja, dan aktivitas normal.
Pasien sering mengalami kesulitan memutuskan pulang. Masalah sering
terjadi yang mempengaruhi keberhasilan menilai tindakan hidup normal.
3) Identifikasi keterbatasan spesifik aktivitas sesuai individu.
Kemungkinan pembatasan tergantung pada berat/cedera dan tahap penyembuhan.
4) Anjurkan pasien atau keluarga pasien tentang kelelahan, kebosanan,
emosi labil, masalah pengambilang keputusan. Memberi informasi tentang
kemungkinan diskusi/interaksi dengan penasehat profesional yang tepat.
Memberikan pandangan terhadap beberapa masalah pasien/orang terdekat
dapat menambah/membantu mereka menjadi waspada bahwa batuan/pertolongan
tersedia bila perlu.
5) Tekankan perlunya/pentingnya mengevaluasi/rehabilitasi.
Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang pentingnya dan perubahan terapi dibutuhkan untuk mencapai penyembhan optimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari
bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada
dermis. Dermatitis kontak iritan ini disebabkan oleh terpapan oleh
zat-zat kimia seperti:
a. Sabun, detergen, dan pembersih lainnya.
b. Bahan-bahan industri, seperti petroleum, klorinat hidrokarbon, etil, eter, dan lain-lain.
Dermatitis kontak iritan ini dapat dicegah yaitu dengan cara: Bilas
kulit dengan air dan gunakan sabun ringan jika dermatitis karena kontak
dengan suatu zat. Usahakan mencuci untuk menghapus banyak iritan atau
alergen dari kulit Anda. Pastikan untuk membilas sabun sepenuhnya dari
tubuh Anda, Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung
tangan untuk melindungi kulit Anda terhadap senyawa berbahaya. Gunakan
deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci pakaian, handuk dan
selimut. Coba lakukan siklus bilas tambahan pada mesin cuci.
B. Saran
Dari pembahasan diatas, maka penulis dapat memberikan saran kepada pembaca, diantaranya yaitu:
1. Untuk menjaga kontak langsung dengan bahan kimia yang memiliki
konsentrasi tinggi terutama bagi orang-orang yang memiliki riwayat
alergi sebelumnya agar dapat terhindar dari penyakit dermatitis kontak
iritan.
2. Selalu menjaga kebersihan diri saat terpapar dengan bahan kimia.
3. Segera memeriksakan diri bila terkena dermatitis kontak iritan.
DAFTAR PUSTAKA
Hetharia, Rospa. 2009. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta:Trans Info Median
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
http://medicastore.com/penyakit/74/Dermatitis_Kontak.html
http://www.irwanashari.com/2009/09/dermatitis-kontak-iritan.html
skip to main
|
skip to sidebar
blog ini menyediakan artikel kedokteran terbaru dan terlengkap.artikel ini berasal dari sumber yang terpercaya.bila anda tidak menemukan artikel yang anda cari di blog ini mohon anda konfirmasikan di kotak chat box kami.
Kamis, 16 Oktober 2014
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Diposting oleh
kumpulan artikel kedokteran terlengkap
di
2:36 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.
My profil
Blog Archive
Artikel Popupler
-
EKTIMA I. PENDAHULUAN Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya disebabkan oleh Streptococcus β-hemolyticus . Penye...
Komentar :
Posting Komentar