PENDAHULUAN
Sepsis
neonatorum/sepsis neonatal adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir
dengan umur kurang dari 1 bulan, kebanyakan bayi-bayi tersebut
menunjukkan gejala-gejala sakit dan dengan kultur darah menunjukkan
hasil yang positif. Sepsis neonatal masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Insidensi /
frekuensi sepsis neonatal adalah kasus dari 1000 kelahiran hidup pada
bayi aterm, dan 4 kasus dari 1000 kelahiran hidup pada bayi prematur.
Peningkatan kejadian secara dramatis sampai mencapai 300 dari 1000
kelahiran bayi hidup adalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah (
< style=""> ( PROM/ Premature Rupture of Membrane ) yang
terjadi 12 jam sampai lebih dari 24 jam sebelum lahir, perdarahan ibu,
toksemia, fetal distres, aspirasi mekonium, ibu dengan infeksi traktus
urinarius atau endometrium, kebanyakan pada ibu dengan demam singkat
selama partus.Peralatan pernafasan yang terkontaminasi seperti alat-alat
intubasi patut diduga penyebab timbulnya nosokomial pneumonia dan
sepsis neonatus. Bentuk klinis dari sepsis neonatal dengan pneumoni
neonatal adalah sama /serupa seperti: lethargi, poor feeding, sianosis
sentral dan tanda-tanda kesulitan bemapas, maka dari itu sulit
memisahkan / membedakan dari sebuah primer infeksi pada neonatal
pneumoni dengan sepsis neonatal.
BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Sepsis neonatorum, sepsis neonatus dan septikemia neonatus merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir.
Sepsis
neonatorum adalah suatu bentuk penyakit yang digambarkan dengan adanya
infeksi bakteri secara sistemik pada bulan pertama kehidupan yang
ditandai hasil kultur darah yang positif. Definisi lainnya adalah
sindroma klinis yang ditandai gejala sitemik dan disertai bakteriemia
yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.
Insidensi
sepsis neonatorum beragam, dari 1-4/1000 kelahiran hidup di negara maju
dengan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan tempat geografis.
Keragaman insiden dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya dapat
dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan prenatal, pelaksanaan
persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Angka sepsis
neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir
rendah dan bila ada faktor resiko ibu ( obstetrik ) atau tanda- tanda
koriamnionitis, seperti ketuban pecah lama ( > 18 jam ), demam
intrapartum ibu (> 37,5°C ), leukositosis ibu (>18000/mm3),
pelunakan uterus dan takikardi janin (>180 kali/menit). Faktor resiko
host meliputi jenis kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau
kongenital, galaktosemia ( Escherichia coli) pemberian preparat besi
intramuskuler ( E.coli), anomali kongenital (saluran kencing, asplenia,
myelomeningokel, saluran sinus), omfalitis dan kembar (terutama kembar
kedua dari janin yang terinfeksi). Prematuritas merupakan faktor resiko
baik pada sepsis awal maupun lanjut.
2.2 KLASIFIKASI
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis neonatorum dibagi menjadi dua:
2.2.1 Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
* Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari,biasanya <>
* Penyebab → organisme dari saluran genital ibu.
* Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik, Haemophilus influezae dan enterococcus.
* Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)
* Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%).
2.2.2 Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:
* Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari.
* Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau peralatan.
* 0rganisme → Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.
* Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi meningitis).
* Mortalitas → mortalitas rendah ( 10-20%).
2.3 ETIOLOGI
Etiologi
terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan
protozoa ( jarang ). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal
adalah Streptokokus grup B dan bakteri enterik
yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat
disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli.
Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan
Stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling
umum pada sepsis awitan lanjut.
Jika dikelompokan maka didapat:
* Bakteri gram positif
° Streptokokus grup B → penyebab paling sering.
° Stafilokokus koagulase negatif → merupakan penyebab utama bakterimia nosokomial.
° Streptokokus bukan grup B.
* Bakteri gram negatif
° Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.
° H. influenzae.
° Listeria monositogenes.
° Pseudomonas
° Klebsiella.
° Enterobakter.
° Salmonella.
° Bakteria anaerob.
° Gardenerella vaginalis.
Walaupun
jarang terjadi,terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat
menyebabkan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres
janin atau asfiksia neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan
dan dalam ruang perawatan atau di masyarakat merupakan mekanisme
infeksi setelah lahir.
2.4 PATOGENESA
Terdapat
perbedaan patogenesa antara sepsis neonatus yang early onset/awitan
awal dengan yang late onset/awitan lanjut.early onset didapat secara
transmisi vertikal dalam uterus atau intra partus,sedangkan late onset
biasanya secara transmisi horisontal dan intra partus.
2.4.1 Early onset / awitan awal
Hal
yang paling penting faktor resiko terjadinya infeksi adalah pada saat
persalinan dimana keberadaan mikroorganisme dalam saluran genito
urinarius.Bakteri pada saluran genito urinarius naik secara asending dan
mencapai cairan amnion setelah terjadi ruptur pada membran prematur (
PROM ). Infeksi secara asending juga dapat terjadi pada saat kontak
dengan membran korioamnetik dalam uterus yang berdampak lahir hidup atau
mati beberapa jam setelah lahir. Altematif lain adalah pada saat
neonatus kontak dengan mikroorganisme selama melalui jalan lahir. Ketika fetus
menghisap/aspirasi cairan amnion yang terkontaminasi.mikroorganisme
mencapai bagian bawah saluran sistem pemapasan dan menyebabkan kerusakan
sel epitel dari paru- paru.sebagai hasilnya adalah pnemonia dan distres
pemapasan yang terlihat pada beberapa jam setelah kelahiran. Sepsis
neonatal yang berat terjadi jika bakteri menginvasi melalui
intravaskular dan adanya kegagalan dari tuan rumah untuk mengeliminasi
mikroorganisme patogen.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
* Transplasenta (antepartum).
* Asenderen kuman vagina ( partus lama,ketuban pecah sebelum waktunya).
* Waktu melewati jalan lahir (kuman dari vagina dan rektum).
2.4.2 Late onset /awitan lanjut
Transmisi
secara horisontal memegang peranan yang besar,kontak yang erat dengan
ibu yang menyusui,dan penularan transmisi secara nosokomial.Yang paling
utama penyebab faktor resiko didapatkannya nosokomial sepsis adalah
penggunaan lama kateter plastik intravaskuler, penggunaan prosedur
invasif, pemakaian antibiotik, perawatan yang lama di rumah
sakit,kontaminasi dari peralatan laboratorium pendukung, cairan
intravena atau enteral,dan peralatan yang
terkontaminasi.Bagaimanapun,situasi yang meningkatkan paparan neonatus
terhadap mikroorganisme menghasilkan peningkatan yang tinggi terhadap
infeksi nosokomial dalam perawatan.
Secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
* Akibat tindakan manipulasi (intubasi,kateterisasi,pemasangan infus.dll).
* Defek kongenital (omfalokel,meningokel,labioskizis,labiopalatoskizis,dll).
*Koloni
kuman beasal dari saluran napas atas,konjungtiva,membran mukosa,
umbilikus dan kulit yang menginvasi / menyebar secara sistemik.
Faktor
- faktor resiko untuk terjadinya sepsis neonatus perlu juga diketahui.
Faktor resiko dari sepsis neonatus terdiri faktor pejamu, sosio-ekonomi,
riwayat persalinan, perawatan bayi baru lahir, dan kesehatan serta
keadaan gizi ibu, merupakan faktor-faktor resiko terpenting pada sepsis
neonatal.
Dari
laporan penelitian pada sepsis neonatal yang terjadi segera setelah
lahir,menunjukkan adanya satu atau lebih faktor resiko pada riwayat
kehamilan dan persalinan. Faktor-faktor tersebut adalah kelahiran kurang
bulan,berat badan lahir rendah,ketuban pecah dini,infeksi maternal
peripartum,kelahiran aseptik,kelahiran traumatik,dan keadaan hipoksia.
Pada umumnya sepsis neonatal tidak akan terjadi pada bayi lahir cukup
bulan dengan riwayat kehamilan dan persalinan normal.
Dari faktor-faktor diatas dapat diringkas menjadi dua faktor besar yaitu faktor ibu
anak dan ada juga yang membaginya menjadi faktor mayor-minor.
Faktor ibu :
*Ketuban pecah sebelum waktunya.
*Infeksi peripartum.
*Partus lama.
*Infeksi intrapartum.
Faktor anak:
*Berat badan lahir rendah.
*Prematuritas.
*Kecil untuk masa kehamilan.
*Defek kongenital.
*Bayi laki-laki lebih banyak dari perempuan.
*Tindakan resusitasi saat melakukan intubasi.
*Kehamilan kembar.
*Dan lain-lain.
Faktor mayor :
*Ruptur membran ibu yang lama > 24 jam.
*Ibu dengan demam intrapartum > 38°C,
*Korioamnionitis.
*Fetal takikardi > 160 kali /menit.
Faktor minor:
*Ibu dengan demam intrapartum > 37,5°C.
'"Kehamilan kembar.
*Bayi prematur (<>
*Ibu dengan leukositosis (hitung sel darah putih >15.000).
*Ruptur membran > 12 jam.
*Takipnea (<1>
*Kolonisasi SGB pada ibu.
*APGAR score yang rendah (<>
*Berat badan lahir rendah / LBW ( <>
*Lochia berbau busuk.
Berikut ini akan dibahas sebagian dari faktor-faktor yang telah disebut diatas.
Berat lahir.
Berat lahir memegang peran penting pada terjadinya sepsis neonatal. Dilaporkan
bahwa bayi dengan berat lahir rendah mempunyai resiko 3 kali lebih
tinggi terjadi sepsis daripada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500
gram.Makin kecil berat lahir makin tinggi angka kejadian sepsis. Masalah
sepsis bukan saja terjadi dekat setelah lahir,tetapi seringkali seorang
bayi berat lahir rendah setelah dapat mengatasi masalah prematuritasnya
selama 5 hari pertama kehidupan ,meninggal setelah mendapat sepsis
dikemudian hari(late onset sepsis neonatal). Walaupun angka kematian
sepsis onset lambat mempunyai prognosis yang lebih baik daripada sepsis
onset dini.
Perawatan di Unit Perawatan Intensif Neonatus ( UPIN ).
Neonatus
yang dirawat di ruang rawat intensif mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya infeksi. Hal ini dapat dimengerti oleh karena pada umumnya
pasien yang dirawat di ruang intensif adalah pasien berat.Pada umumnya
infeksi merupakan penyebab kematian pada bayi kecil
Respon imun penjamu.
Kerentanan
bayi baru lahir terhadap terjadinya sepsis diduga disebabkan oleh
karena sistem imunologi baik humoral maupun selular yang masih
imatur.Para peneliti banyak melaporkan mengenai pengaruh jenis kelamin
pada kejadian sepsis neonatal.Dikemukakan bahwa sepsis neonatal lebih
banyak dijumpai pada anak laki-laki daripada bayi perempuan.Bayi lelaki
juga lebih rentan terhadap infeksi basil enterik gram negatif sedangkan
bayi perempuan lebih rentan terhadap infeksi bakteri kokus gram
positif.Angka kejadian bayi lelaki lebih rentan menderita sepsis
daripada perempuan dengan rasio 7:3. Dugaan penyebabnya adalah peran
faktor sex-linked pada kerentanan penjamu terhadap infeksi. Telah
disepakati bahwa gen yang terletak pada kromosom x mempengaruhi fungsi
kelenjar thymus dan sintesis imunoglobulin.Perempuan mempunyai dua gen x
mungkin hal ini yang menyebabkan lebih tahan terhadap infeksi. Beberapa
peneliti membuktikan bahwa bayi perempuan lebih jarang menderita
sindrom distres pemapasan. Peneliti lain melaporkan bahwa rasio
lecithin:sphingomyelin dan konsentrasi saturated phosphatidylcholine
serta kortisol dalam cairan amnion pada kehamilan 28-40 minggu bayi
perempuan lebih tinggi daripada bayi lelaki.
Faktor geografi.
Jenis
bakteri penyebab berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit
lain atau antara negara satu dengan negara lain.Hal ini disebabkan
karena perbedaan fasilitas pelayanan kesehatan, budaya setempat termasuk
sexual-practices, pelayanan perawatan, dan pola penggunaan
antibiotik.Hal tersebut akan menyebabkan pola etiologi sepsis neonatal
berbeda pada tiap negara. Spesies Salmonella dan Enterobacteriacae
lainnya serta Streptococcus pneumonia di samping E.coli di daerah tropis
banyak dilaporkan sebagai penyebab utama sepsis neonatal. Faktor lain
adalah jenis kolonisasi bakteri pada ibu hamil-pun berbeda di setiap
negara.
Faktor sosio-ekonomi.
Pola
gaya hidup ibu,termasuk kebiasaan.kondisi perumahan, status nutrisi,
dan penghasilan orang tua sangat mempengaruhi resiko terjadinya infeksi
pada bayi baru lahir. Sebenarnya berat bayi lahir rendah dan
prematuritas merupakan faktor resiko terpenting terjadinya sepsis
neonatal Kesempatan bayi kontak dengan infeksi akan meningkat ketika
bayi tersebut pulang.Pertemuan dengan anggota keluarga lain serumah,akan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi (khususnya infeksi stafilokokus)
akan sangat menular ke anggota keluarga yang lain. Keadaan tersebut
akan menjadi lebih berat bila pada keluarga dengan sosio ekonomi rendah.
Perawatan di bangsal bayi.
Dibangsal
perawatan bayi baru lahir seringkali infeksi berasal dari orang
dewasa,termasuk ibu,perawat atau keluarga lain yang berkunjung.
Transmisi melalui droplet merupakan sumber infeksi terbanyak, baik
berasal dari orang dewasa maupun dari bayi lahir. Infeksi stafilokokus
biasanya dihubungkan dengan transmisi dari orang dewasa,sedangkan
penularan dari alat dan cairan menyebabkan infeksi spesies Proteus,
Klebsiella, Serratia marcescans, Pseudomonas, dan Flavobacterium.
Di
pihak lain,penggunaan antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan
perubahan pola resistensi bakteri setempat.Penggunaan preparat ampisilin
dan gentamisin atau kloramfenikol (sebagai pengobatan standar)dalam
jangka waktu panjang menyebabkan resistensi antibiotik tersebut.
Akhir-akhir ini dilaporkan peningkatan resistensi bakteri terhadap
golongan sefalosporin generasi ketiga terhadap enterik gram negatif
lebih cepat terjadi dibandingkan dengan pengobatan standar.Pemakaian
obat topikal terutama hexachlorophene sebagai anti septik untuk perawatan
talipusat, dilaporkan sangat efektif menghambat kolonisasi stafilokokus
tetapi tidak menghambat kolonisasi bakteri gram negatif. Walaupun
demikian belum pemah dilaporkan hubungan antara pemakaian
hexachlorophene dengan kejadian sepsis neonatal.
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis sepsis dapat ditegakkan dengan:
1.Anamnesa dan pemeriksaan fisik/ berdasarkan gejala klinis.
2.Tes laboratorium yang mendukung dalam membuat anamnesis.
2.5.1 Dari gejala-gejala klinis / manifestasi klinis
Bayi-bayi
sepsis dapat dengan cepat keadaannya memburuk dan terapi antibiotik
secara empiris dimulai jika diduga ada tanda-tanda klinis sepsis.Tidak
ada tes yang cepat dan terpercaya untuk konfirmasi dari diagnosis
etiologi.Isolasi mikroorganisme dari darah,cairan serebrospinal.atau
urine merupakan gold standar untuk diagnosis pasti,bagaimanapun hasil
kultur adalah terpenting, namun sensitivitas dari metoda kultur
kadang-kadang dapat rendah.Peneliti harus dapat mempunyai sebuah tes
atau panel tes yang dapat mengidentifikasi bayi sepsis dengan akurat dan
cepat sambil menunggu hasil kultur.Banyak kemajuan dari bukan metoda
kultur,seperti teknologi dari polymerase chain reaction I PCR ,memberi
janji dalam mendiagnosa infeksi.Bagaimanapun,tetap tes laboratorium non
spesifik untuk mendiagnosa infeksi dari bakteri invasif adalah paling
penting pada neonatal.
Manifestasi
klinis dari early onset biasanya distres pemapasan disertai dengan
pneumoni dan sepsis, tapi untuk late onset menunjukan gejala
sepsis,meningitis, dan osteoarthritis.
# Early onset / awitan awal.
Tanda-tanda
klinis muncul semenjak 6 jam kehidupan >50 kasus, mayoritas /
kebanyakan muncul pada 72 jam pertama umur kehidupan.
Tanda awal biasanya sering tidak spesifik dan tidak diketahui.
*Hilangnya aktifitas spontan.
*Poor sucking.
*Apnea.
*Bradikardi.
*Suhu tubuh yang tidak stabil.
Tanda-tanda dan gejala lainnya.
*Distres pernafasan.
Kebanyakan
neonatus dengan early onset infeksi menunjukkan gejala distres
pernafasan yang sulit dibedakan dengan bentuk HMD, pneumonia, atau
penyebab lain dari kesulitan bernafas,dengan penampilan seperti
sianosis, dispneu, takipneu, apnea, retraksi epigastrium, dan
intercostal.Terjadinya gejala distres pernafasan adalah >80 dari
neonatus.Pneumonia dan septikemi merupakan bentuk manifestasi yang
banyak
*Gangguan kardiovaskuler.
Bradikardi, pallor, penurunan perfusi, hipotensi.
*Gangguan metabolik.
Hipotermia,hipertermia,asidosis metabolik (ph <7,25>
*Gangguan neurologik.
Lethargi,hipotonia,penurunan aktifitas,seizures,jittery.
# Late onset / awitan lanjut
*
Gejala dan tanda-tanda klinis muncul >7 hari kehidupan.Transmisi
secara horisontal dapat dari yang lain (dari neonatus yang terinfeksi
atau dari perawat kesehatan) atau secara vertikal (dari ibu yang terlalu
sering berdekatan).Tanda-tanda yang sering biasanya demam,lethargi.
Irritable, poor feeding, dan takipnea.
* Distres pernafasan yang tidak begitu jelas.
2.5.2 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada bayi-bayi sepsis sebagai berikut:
a.Skrining sepsis yang rutin.
-Hitung jenis darah lengkap.
-Kultur darah.
-Apusan bahan dari bagian yang mengalami infalamasi.
-Apusan dari telinga dan tenggorokan (pada early -onset infeksi).
-Urine secara mikroskopis dan kultur.
-Rontgen thoraks.
-C-reaktif protein.
b.Tes rutin tambahan,dari indikasi klinis yang didapatkan.
-Lumbal pungsi,
-Kultur dan gram dari aspirasi lambung.
-Kultur dan gram dari apusan vagina yang lebih tinggi dari ibu.
-Kultur dari endotrakeal tube atau aspirasi dari trakeal.
-Kultur dari drainase dada.
-Kultur dari kateter vaskular.
-Kultur darah kwantitatif atau kultur darah multipel.
-IgG konsentrasi serial untuk spesifik organisme.
-IgM konsentrasi untuk organisme spesifik.
-Buffy coat secara mikroskopik.
c.Tes tidak rutin atau tes baru
-Lateks aglutinasi tes.
-Serum interleukin dan TNFa.
-Immunoelektroforesis.
-Acridin orange leukosit cystopin test.
Komponen dari skrining sepsis adalah:
1.C-Reaktive Protein >10 mg/L.
Sensitivitas tes ini: 47-100.
Spesifik: 83-94.
2.Total Leucocyte Count (TLC) <5.000,>15.000.
Sensitivitas tes ini: 17-89.
Spesifik: 81-98.
3.Absolute Neutrophil Count (ANC) <>
Sensitivitas tes ini: 38-96.
Spesifik: 61-92.
4.Immature Total Ratio (ITR) >20
Sensitivitas tes ini: 90-100.
Spesifik: 50-78.
5.Micro-ESR (mESR) > umur dalam hari+ 3 mm.
Sensitivitas: 27-50.
Spesifik: 83-99.
2.6 KOMPLIKASI
*Meningitis bakterialis.
*Enterokolitis nekrotikans.
*Koagulasi intravaskuler diseminata.
*Syok septik.
2.7 TERAPI
*Umum
*Rawat dalam ruang isolasi / inkubator.
*Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa bayi.
*Pemeriksa harus memakai pakaian ruangan yang telah disediakan.
*Pengaturan suhu dan posisi bayi.
*Khusus
a.Suportif untuk menjaga stabilitas hemodinamik dan oksigenisasi jaringan vital.
b. Terapi 02 bila ditemukan: sianosis, distres pemapasan ,apnea, dan serangan kejang.
c.
Pemberian cairan dan elektrolit. Pada keadaan umum yang jelek,
diberikan secara parenteral sesuai dengan umur dan berat badan bayi.
Bila keadaan umum baik dapat diberikan nutrisi enteral secara bertahap
dan parenteral dikurangi sampai kebutuhan rumatan terpenuhi peroral.
d. Atasi kejang
e. Atasi hiperbilirubin
f. Atasi anemia.syok.
g.Antibiotik
Sebelum
pemberian antibiotik, periksa kultur, dan tes resistensi.Diberikan
antibiotik spektrum luas untuk gram negatif dan positif selama belum ada
hasil kultur.
h.Terapi awal (sebelum ada kultur dan resistensi) :
Kombinasi ampisilin+aminoglikosida
Ampisillin:50 mg/KgBB/dosis, IV
Bayi<>
Bayi>7hari: 3 -4x/hari
Aminoglikosida
<2500>
>2500g:2,5 mg/KgB/dosis, IV,2x/hari
Kombinasi sefotaksim + aminoglikosida untuk sepsis yang diduga disebabkan gram negatif.
Sefotaksim:
<>
> 7 hari: 150 mg/KgBB/hari, i.v, dibagi 3 dosis
Untuk meningitis:200 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis
i. Terapi lanjutan: observasi setelah 48 jam klinis dan laboratorium.apabila tidak
Ada perbaikan.antibiotik diganti dengan antibiotik altematif sesuai dengan
gambaran klinis penderita.
j.Imunoterapi
Imunoglobulin
Infus granulosit
Transfusi ganti
2.8 PENCEGAHAN
2.8.1 Dari Ibu.
Grup
B Streptococcus merupakan penyebab terberat sebagai patogen terbanyak
pada akhir tahun 1960an dan biasanya sebagai penyebab dari early-onset
sepsis. Sepuluh sampai 30 wanita hamil dengan kolonisasi Grup B
Streptococcus dalam vagina atau daerah rektum.Dua pendekatan utama :
prenatal skrining (semua wanita hamil di skrining untuk deteksi infeksi
Grup B Streptococcus pada 35-37 minggu kehamilan dan dilakukan
pengobatan untuk kulturnya yang positif) dan identifikasi dari wanita
beresiko tinggi serta mengobati sebelum terjadinya persalinan.
2.8.2 Dari Neonatus.
Pemberian
antibiotik profilaksis untuk bayi-bayi asimtomatis yang diduga beresiko
tinggi terjadi sepsis oleh Grup B Streptococcus masih kontroversial.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian penisilin pada semua
bayi atau bayi <2.000>
BAB III
KESIMPULAN
•Sepsis
neonatorum / sepsis neonatus adalah sindroma klinis yang ditandai
gejala sistemik dan disertai bakteriemia dan kultur darah yang positif
yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.
•Sepsis neonatorum diklasifikasikan menjadi: early onset dan late onset.
•Etiologi dari sepsis neonatorum
Bakteri gram positif : penyebab paling sering Streptokokus grup B
Bakteri gram negatif penyebab nomor 2 terbanyak Escherichia coli Kl
•Patogenesa dari sepsis early dan late tergantung dari faktor-faktor resiko yaitu; faktor ibu-anak dan faktor mayor -minor.
•Diagnosis sepsis ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta gejala klinis, dan laboratorium.
•Terapi sepsis neonatus adalah secara umum,khusus dan antibiotik.
Daftar Pustaka
Prof.Herry
Garna, dr, Sp.A (K), Ph.D. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak, edisi ke-3. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Unpad. Halaman : 109 – 112.
hon.ch/Dossier/MotherChild/neonatal_problems/sepsis_neonatorum.html http://www.chkd.org/High_Risk_Newborn/sepsis.asp
http://www.childrenshospital.org
Komentar :
Posting Komentar