Kamis, 16 Oktober 2014

VESIKOLITHIASIS ( BATU BULI / BATU KANDUNG KEMIH )

Pengertian
Vesikolitiasis adalah batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti & menetes disertai dgn rasa nyeri (Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 1998:1027).
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis ; batu kandung kemih adalah keadaan tidak normal di kandung kemih, batu seperti ini mengandung komponen kristal & matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).
Vesikolitiasis adalah batu ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, & asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).
Visikolithiasis adalah batu yang terdapat dalam vesikourinaria atau kandung kemih. (M.A.Henoarson)
Visikolithiasis adalah batu kecil yang berasal dari ginjal dapat turun kevesikourinaria lalu menjadi besar disana, kadang-kadang batu timbul langsung didalam kandung kemih.
(G. Oswari).
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322).
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri ( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).

2.1.2 Anatomi Fisiologi
I. Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
II. Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
a. Ginjal (Renal)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.Fungsi ginjal adalah:
·         Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
·         Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
·         Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
·         Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

Fascia Renalis terdiri dari:
·         fascia (fascia renalis),
·         Jaringan lemak peri renal, dan
·         kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Ø  Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin
·         Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
·         Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
·         Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
Vaskularisasi Ginjal
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.


b. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
·         Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
·         Lapisan tengah lapisan otot polos
·         Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

c. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
·         Lapisan sebelah luar (peritoneum).
·         Tunika muskularis (lapisan berotot).
·         Tunika submukosa.
·         Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

d. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
·         Urethra pars Prostatica
·         Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
·         Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
·         Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
·         Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
·         Lapisan mukosa.

e. Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
·         Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
·         Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
·         Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
·         Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
·         Berat jenis 1,015-1,020.
·         Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam.

Komposisi air kemih, terdiri dari:
·         Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
·         Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
·         Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
·         Pagmen (bilirubin dan urobilin).
·         Toksin.
·         Hormon.

III. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.

b. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal
a. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
b. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
c. Baunya tajam.
d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata

2.1.3  Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :
1.    Faktor-Endogen
·         Faktor genetik,
·         familial,
·         Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
·         Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
·         Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium
·         Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
2.Faktor-Eksogen.
            Faktor lingkungan, pekerjaan (sopir) , makanan, infeksi bakteri (kurang personal hygine) dan kejenuhan mineral dalam air minum.
3.Faktor-lainnya.
            Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli (Syaifuddin, 1996). Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine.
Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi. (Prof.Dr.Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk, 2001). Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
2.1.5 Manifetasi Klinis
Menurut Dr willie japans, 1993 bahwa tanda dan gejala atau keluhan tidak selalu ditemukan pada penderita yang mengidap batu saluran kemih. Bila batunya masih kecil atau besar tapi tidak berpindah, tidak meregang atau menyumbat permukaan saluran kemih, tidak akan timbul keluhan seperti biasa sampai suatu saat mungkin ditemukan secara kebetulan pada saat melalukan check up dan poto roentgen tampak ada batu pada ginjal. Jika pada suatu saat batu tergeser mengelilingi ginjal kebawah, maka timbullah gejala nyeri hebat pada daerah pinggang. Saluran ureter yang menghubungkan ginjal dan kandung kamih kecil sekali sehingga batu akan meregangkan dindingnya, bahkan merobek menyumbat lubang visika. Jika batu berhasil sampai bagian bawah saluran ureter maka nyeri akan berpindah dan terasa merambat kearah kemaluan atau daerah pangkal paha. Biasanya disertai keluar darah bersama air. Bila lukanya kecil, darah yang keluarpun sedikit dan hanya dapat dilihat dengan mokroskop. Sumbatan atau regangan batu pada kandung kemih dapat juga menimbulkan nyeri pada konstan dan tumpul pada daerah atas kemaluan pada waktu kencing, kencing tidak tuntas, pancaran kencing tidak kuat. Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis (penyumbatan)  yang lain menurut Samsuridjal (http://www.medicastore.com, 4 Desember 2009) adalah:
·         Hematuri.
·         Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
·         Demam.
·         Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal
·         Mual.
·         Muntah.
·         Nyeri abdomen.
·         Disuria.

2.1.6 Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadaan & patologis disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih & tumor, keadaan tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan menyebabkan sumbatan aliran kemih baik seperti itu disebabkan karena infeksi, trauma & tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan & statis urin. Bila sudah terjadi bendungan & statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu (Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2001:997).   Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):
·         Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal & kemudian menjadi batu.
·         Teori Matriks
Matriks adalah mikroprotein terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin & 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
·         Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium & fosfor hadir dalam jumlah melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida & fosfat adalah penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat seperti ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
·         Teori Epistaxy
Adalah pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis batu adalah inti dari batu lain adalah pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dgn bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
·         Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium meliputi pemeriksaan:
1.      Urine
·         pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
·         Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dgn batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
·         Biakan Urin : Buat mengetahui adanya bakteri berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
·         Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam buat melihat apakah terjadi hiperekskresi.
2.      Darah
·         Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
·         Lekosit terjadi karena infeksi.
·         Ureum kreatinin buat melihat fungsi ginjal.
·         Kalsium, fosfat & asam urat.
3.      Radiologis
·         Foto BNO/IVP buat melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.
·         Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan seperti ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dgn antegrad pielografi tidak memberikan informasi memadai.
4.      USG (Ultra Sono Grafi)
Buat mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu. Penatalaksanaan medis batu kandung kemih (Arif Mansjoer, et.al.2000) adalah :
·         Vesikolitektomi
alternatif buat membuka & mengambil batu ada di kandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami ganguan pada aliran perkemihannya (Franzoni D.F & Decter R.M)
·         Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu
·         Ureteroskopi.
Mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
·         Nefrostomi.

2.1.9 Pencegahan
Pencegahan veesikolitiasis yaitu dengan cara :
·         Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
·         Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
·         Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.
·         Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada.
2.1.10 Komplikasi
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
·         Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
·         Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
·         Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
·         Gagal ginjal akut sampai kronis
·         Obstruksi pada kandung kamih
·         Perforasi pada kandung kemih
·         Hematuria atau kencing darah
·         Nyeri pingang kronis
Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.( Soeparman, et.al. 1960 )

2.2  Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
2.2.1 Pengkajian
a. Biodata klien dan penanggung jawab
b. Keluhan klien
Nyeri pinggang, sakit saat miksi keluar darah serta nyeri pada supra pubis
c. Riwayat penyakit sebelumnya
·         Apakah klien pernah dirawat sebelumnya bagaimana cara klien mengatasi nyeri (mis. Nyeri berkurang jika klien bnyak minum dan mengurangi aktifitas
·         Apakah klien ada riwayat alergi
d. Riwayat penyakit keluarga
·         Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
·         Apakah keluarga biasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam urat (ikan, daging, jeroan dan ayam)
·         Apakah klien biasa minum air yang sudah dimasak
e. Pemeriksaan fisik
·         Pada abdomen nyeri tekan pada pinggang
·         Apakah bledder terasa penuh
·         Nyeri pada pangkal paha
f. Pemeriksaan penunjang
·         hematuria (bila terjadi obstruksi yang lama)
·         Lab.
·         Pemeriksaan pielografi intravena
·         Pemeriksaan ultrasonografi
Adanya batu didalam ginjal, vesika urinaria dan tanda-tanda obstruksi urine

2.2.2 Diagnosa
Pada Asuhan keperawatan pasien dengan batu kandung kemih terdapat diagnose ;
a.      Pre Operasi
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan robekan batu pada vesika urinaria
2.      Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan adanya penutupan saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi mekanik, peradangan
3.      Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif mengenai penyakit
a.      Post Operasi
1.      Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, inflamasi
2.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek medikasi, pembedahan
3.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputus jaringan, dampak dari insisi pembedahan
4.      Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif mengenai penyakit

2.2.3 Intervensi
a. Pre Operasi
Dx 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan robekan pada vesika urinaria.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri teratas
Kriteria : Melaporkan keluhan nyeri berkurang, klien tampak tenang dan tidak meningkatkan, klien dapat tidur/istirahat yang cukup.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik, intensitas (skala 0-10). Dan perhatikan tanda-tanda peningkatan tekanan darah, nadi, tidak bisa beristirahat, gelisah dan rasa nyeri yang meningkat.
membantu mengevaluasi lokasi nyeri, obstruksi dan pergerakan batu.
2.      Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya mengidentifikasi perubahan terjadinya karakteristik nyeri.
pengetahuan klien dengan penyebab nyeri dapat membantu meningkatkan koping klien dan dapat menurunkan kecemasan
3.      Berikan tindakan untuk kenyamanan seperti membatasi pengunjung, lingkungan yang tenang.
meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan koping.
4.      Anjurkan teknik napas dalam sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
mengalihkan perhatian sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
5.      Anjurkan/Bantu klien melakukan ambulasi  secara teratur sesuai dengan indikasi dan meningkatkan intake cairan minimal 3-4 liter/hari sesuai toleransi jantung
hidrasi meningkatkan jalan keluarnya batu mencegah urine statis dan mencegah pembentukan batu
6.      Kolaborasi: Narkotik missalnya : meperidin (Demerol) morphin
biasanya diberikan pada fase akut untuk menurunkan kolik dan meningkatkan relaksasi otot/mental.

Dx 2: Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan adanya penutupan saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi mekanik, peradangan
Tujuan : Perubahan pola eliminasi BAK :
Kriteria : Retensio urin teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Intervensi
Rasional
1.      Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan (minimal 3 – 4 liter/hari sesuai dengan toleransi jantung.

Memberikan info tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi seperti infeksi dan perdarahan dapat mengidentifikasi peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.
2.      Tampung urine 24 jam catat jika ada batu yang ikut keluar dan kirim kelaboratorium untuk dianalisa.
Meningkatkan hidrasi dapat mengeluarkan bakteri darah dan dapat mamfasilitasi pengeluaran batu.
3.      Observasi perubahan warna, bau, PH urine setiap 2 jam.
Dapat membantu dalam mengidentifikasi tipe batu dan akan membantu pilihan terapi.
4.      Kolaborasi:
Kolaborasi dalam memonitor pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit BUN (Blood Urea Nitrogen), keratin.

peningkatan BUN, Kreatinin, dan elektrolit-elektrolit tertentu menindikasikan adanya disfungsi ginjal.


Dx 3: Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif mengenai penyakit
Tujuan :  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam kecemasan tertasi
Kriteria: Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan mengidentifikasi cara yang tepat untuk menangani kecemasannya
Intervensi
Rasional
1.      Adakan kunjungan pada klien dengan personal ruangan bedah sebelum operasi jika mungkin diskusikan hal-hal yang kiranya dapat menimbulkan ketakutan kekhawatiran pada klien misalnya masker, lampu, elektroda, suara outoclave, tangisan kecil.
dapat memberikan ketenangan/ketentraman hati dan meredakan kecemasan klien sekaligus memberikan informasi untuk tindakan operatif.
2.      Informasikan tentang peran perawat sebagai klien intraperatif pada klien.
membina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan control dilingkungan yang baru/asing.
3.      Identifikasi tingkak ketakukan klien yang mungkin mengharuskan penundaan prosedur operasi.
ketakutan yang berlebihan atau yang menetap dapat menyebabkan reaksi stress yang berlebihan yang beresiko atau munculnya reaksi yang merugikan terhadap prosedur pembedahan dan obat anastesi.
4.      Perkenalkan staf operasi saat klien dipindahkan keruang operasi
memberi hubungan dan kenyamanan psikis
5.      Bina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan control dilingkungan yang baru/asing.
menurunkan ketakuatan bahwa prosedur yang salah mungkin dilakukan


b.Post Operasi
Dx 2: Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan inflamasi dan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : gangguan rasa nyaman nyeri teratasi setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 1x24 jam
Kriteria : Melaporkan keluhan nyeri berkurang
Intervensi
Rasional
1.      Evaluasi nyeri secara teratur (setiap 2 jam), catat karakteristik lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10)
memberikan informasi tentang kebutuhan untuk dan atau keaktifan intervensi
2.      Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam
menghilangkan ketegangan otot dan dapat meningkatkan kemampuan koping
3.      posisikan sesuai indikasi, misalnya semifowler.
dapat menghilangkan nyeri dan menunjang sirkulasi jaringan, semifowler dapat menurunkan tegangan otot abdomen dan tulang belakang
4.      Berikan informasi tentang ketidaknyamanan yang akan terjadi yang hanya bersifat sementara
pemahaman tentang ketidaknyaman dapat memberikan keterangan emosional.
5.      Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik intravena sesuai indikasi,dll
analgetik intra vena akan mencapai pusat nyeri dengan segera


Dx 3: kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan efek medikasi, pembedahan
Tujuan : Gangguan integritas jaringan kulit teratsi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam
Kriteria: klien dapat mendemontrasikan teknik/prilaku yang menunjang penyembuhan dan pencegahan komplikasi
Intervensi
Rasional
1.      Kaji jumlah dan karakteristik drainase
penurunan jumlah drainase mengarah kepada kemajuan proses penyemabuhan, sedangkan drainase yang tepat/ mengandung darah eksudat menandakan adanya komplikasi.
2.      Anjurkan klien agar tidak menyentuh luka
mencegah terkontaminasinya luka
3.      Ganjal area insisi pada abdomen dengan bantal pada saat batuk/ bergerak
menggunakan tekanan pada luka, meminimalkan resiko terputusnya jahitan atau rupturnya jaringan
4.      Ganti dan keluarkan balutan sesuai indikasi, rawat luka yang menggunakan teknik aseptic
melindungi luka dari injuri mekanik dan kontaminasi, mencegah akumulasi cairan/eksudat yang dapat mengakibatkan infeksi
5        Kolaborasi: Kolaborasi dalam pemberian es jika diperlukan, penmggunaan abdominal binder-iritasi luka disertai debridement sesuai kebutuhan
menurunkan pembentukan edema


Dx 4 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputus jaringan, dampak dari insisi pembedahan
Tujuan : infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
Kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi luka
Intervensi
Rasional
1.      Observasi tanda-tanda infeksi pad luka post operasi
dapat diketahui secra dini tanda-tanda infeksi pada luka operasi seperti edema, kemerahan, nyeri, yang bertambah berat/terdapat pus pada luka tersebut
2.      Monitor tanda-tanda vital, catat serangan panas, perubahan kesadaran, atau keluhan meningkatnya nyeri yang hebat.
merupakan tanda-tanda adanjya peradangan/sepsis yang berkembang
3.      Monitor kelancaran drain, hitung output dan warna cairan
dapat diketahui adanya infeksi pada luka operasi
4.      Berikan informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dengan meningkatkan pengetahuan klien tentang hal-hal yang mempengaruhi daya tahan tubuh diharapkan klien dapat operatif dengan tindakan keperawatan yang akan dilakuakan
5.      Kolaborasi: Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat yang sesuai
dapat memberikan propilaksis/menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan membrane lebih lanjut

Komentar :

ada 1
Dora mengatakan...
pada hari
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.