Kamis, 16 Oktober 2014

BISULAN ( FURUNKEL )

2.3             Bisulan
A.     Pengertian Bisulan
           Bisul (bahasa Latin: abscssus) adalah sekumpulan nanah (neutrofil mati) yang telah terakumulasi di rongga di jaringan setelah terinfeksi sesuatu (umumnya karena bakteri atau parasit) atau barang asing (seperti luka tembakan/tikaman), bisul adalah reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebarnya barang asing di tubuh.
            
B.      Etiologi
Penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus.
Berdasarkan jumlah mata bisul, dibagi menjadi 2, yaitu :
a.      Furunkel atau bisul (bisul satu mata)
       Ialah penyakit  infeksi akut pada folikel rambut dan perifolikuler, bulat, nyeri, berbatas tegas yang berakhir dengan supurasi di tengah. Jika lebih dari satu disebut furunkulosis. Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus, tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri lainnya atau jamur.
Furunkel berawal sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktuasi dan tengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau dipecahkan dan mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah. Bisa disertai nyeri yang sifatnya ringan sampai sedang. Kulit di sekitarnya tampak kemerahan atau meradang. Kadang disertai demam, lelah dan tidak enak badan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pembiakan contoh jaringan kulit bisa dilakukan untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah stafilokokus. Jika bisul timbul di sekitar hidung biasanya akan diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) karena infeksi bisa dengan segera menyebar ke otak

b.      Karbunkel
Ialah furunkel yang berkonfluensi dengan ‘mata’ yang terpisah. Karbunkel adalah sekumpulan bisul yang menyebabkan pengelupasan kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut. Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus.
Pembentukan dan penyembuhan karbunkel terjadi lebih lambat dibandingkan bisul tunggal dan bisa menyebabkan demam serta lelah karena merupakan infeksi yang lebih serius. Karbunkel Lebih sering terjadi pada pria dan paling banyak ditemukan di leher bagian belakang. Karbunkel juga cenderung mudah diderita oleh penderita diabetes, gangguan sistem kekebalan dan dermatitis. Beberapa bisul bersatu membentuk massa yang lebih besar, yang memiliki beberapa titik pengaliran nanah. Massa ini letaknya bisa lebih dalam di bawah kulit dibandingkan dengan bisul biasa. Infeksi ini menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh lainnya dan bisa ditularkan ke orang lain. Tidak jarang beberapa orang dalam sebuah rumah menderita karbunkel pada saat yang sama.
Faktor resiko terjadinya karbunkel adalah tingkat kebersihan yang buruk, keadaan fisik yang menurun, gesekan dengan pakaian, pencukuran.
Pada kulit yang terkena ditemukan beberapa bisul yang bersatu disertai nyeri yang sifatnya ringan atau sedang. Kulit tampak merah dan membengkak. Karbunkel yang pecah akan mengeluarkan nanah lalu mengering dan membentuk keropeng.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk menentukan penyebabnya, bisa dilakukan biopsi atau pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi.

C.      Faktor Predisposisi
Alkoholisme, malnutrisi, gangguan fungsi neutrofil, faktor menurunnya daya tahan tubuh termasuk AIDS dan diabetes mellitus.

D.     Histopatologi
Adanya abses yang dalam dengan limfosit  dan neutrrofil  pada kasus yang sudah lama terdapat sel plasma dan sel datia benda asing (giant cell).

E.      Manifestasi Klinis
Keluhannya nyeri dengan nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustule. Kemudian melunakan menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah. Tempat predileksi ialah yang banyak mengalami friksi, misalnya aksila,bokong, dan tengkuk/leher.
F.        Penatalaksanaan
a.      Jika hanya beberapa buah, cukup dengan antibiotik topikal. Jika banyak diberikan antibiotik topikal dan sistemik.
b.      Untuk furunkel dini dapat diberikan kompres air hangat dan antibiotik, misalnya golongan  b-laktam, eritromisin, atau selafosporin per oral dengan dosis 1-2 g/hari bergantung pada beratnya penyakit. Bila mengalami supurasi maka furunkel diinsisi.
c.       Cari dan hilangkan faktor predisposisi (kalu berulang – ulang mendapat furunkulosis atau karbunkel), misalnya diabetes melitus.

G.     Pencegahan
a.      Jaga kebersihan tubuh bayi
b.      Ruangan yang cukup ventilasi udara
c.       Pakaian longgar
d.      Ganti pakaian jika basah
e.      Gizi cukup
f.        Lingkungan yang bersih
g.      Jangan menggunakan bedak tebal pada kulit bayi

2.4             Milliariasis
A.  Pengertian Miliariasis
Miliaria (biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat)  adalah kelainan kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat. Berdasarkan letak sumbatan, miliaria diklasifikasikan menjadi miliaria kristalina, rubra, dan profunda.
Miliaria  merupakan peradangan kulit akibat obstruksi mekanis saluran keringat. Kelainan ini lebih sering ditemukan di daerah yang panas dengan kelembaban tinggi. Lesi kulit yang terjadi tergantung pada letak obstruksi. Pada sumbatan superfisial  terjadi bintik-bintik kecil dengan isi serupa air (miliaria kristalina).  Dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dapat terjadi invasi sel-sel polimorfonuklear sehingga terjadi miliaria pustulosa. Bila obstruksi terletak dalam, terjadi lesi eritematosa papulovesikular, disebut sebagai miliaria rubra. Miliaria paling sering terdapat di pipi, lehe, dada, punggung dan lengan atas. Bila miliaria ini digaruk sering terjadi infeksi sekunder.

B.   Manifestasi Klinis
Pada miliaria kristalina sumbatan terjadi intra/subkorneal.  Terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas, yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup pakaian. Umumnya tidak member keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
            Pada miliaria rubra sumbatan terjadi pada stratum spinosum. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada badan tempat tekanan atau gesekan pakaian. Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.
Miliaria profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas, biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai papul putih, keras, berukuran 1-3 mm,terutama di badan dan ekstremitas.

C.   Penatalaksanaan
Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk miliaria kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2%. Losio faberi dapat pula digunakan dengan komposisi sebagai berikut:
R/  Acidi salicylici                    500 mg
Talci                                      5 mg
Oxydi zincici                           5 mg
Amyli oryzae                           5mg
Alcohol (90;vol %)                    25Cc 100
Sebagai  antipruritus dapat ditambahkan mentol ½-1% atau kamper 1-2% dalam losio Faberi. Untuk miliaria rubra dapat digunakan losio calamine dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alcohol.
Prinsip pengobatan adalah mengurangi produksi keringat dan memberi kesempatan agar sumbatan pori itu lenyap sendiri. Sebaiknya penderita tinggal di ruangan yang menggunakan air conditioning atau di tempat yang sejuk dan kering udaranya. Dapat diusahakan penggunaan ventilastor. Terhadap penderita dapat juga diberikan obat antikolinergik yang membuat produksi keringat berkurang, yaitu misalnya prantal, probantine dan sebagainya. Pakaian yang dikenakan harus tipis.
Topikal dapat diberikan bedak kocok yang bersifat mendinginkan dan desinfektan serta anti gatal. Pada penderita misalnya dapat diberikan losio kummerfeldi.






Komentar :

ada 0 Comment ke “ BISULAN ( FURUNKEL ) ”
dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.