Selasa, 21 Oktober 2014

BARTHOLINITIS

 

A.     Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
B.     Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina
Penyebab infeksi di oklusi duktus ekskretorius kelenjar, pseudokista bartholini timbul karena retensi pus di dalam duktus ekskretorius
Suatu kista duktus bartholini terinfeksi yang disebabkan oleh infeksi gonokokus basil koliformis atau organisme lain
Sumbatan duktus utama kelenjar bartholini menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi. Kelenjar bartholinitis membesar, merah, nyeri dan lebih panas dan daerah sekitarnya. Isi dari dalam berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi), mengumpul didalam menjadi abses.
Adapun faktor resiko yang ibu miliki adalah, pertama frekuensi kontak seksual ibu yang jarang, mengingat suami sering di luar kota. Hal semacam ini seringkali menimbulkan kontak seksual yang amat excited, apalagi bagi pengantin baru seperti ibu. seringkali kemudian foreplay agak dilupakan, akibatnya ketika terjadi penetrasi, lubrikasi belum memadai, sehingga terjadilah iritasi. Iritasi inilah yang kemudian berpotensi untuk berkembang menjadi Bartholinitis.     
Faktor resiko kedua adalah penyakit keputihan yang ibu alami sebelumnya. Mereka yang menderita fluor albus, cenderung memiliki daya tahan jaringan yang lemah, disamping ada microorganism (bakteri, jamur, parasit) yang memudahkan terjadinya acute exacerbation, yaitu munculnya keluhan klinis yang akut.
Kuman yang berada di sana bisa “jalan-jalan” ke wilayah lebih dalam, yaitu vagina. Peradangan di vagina ini sering disebut vaginitis, biasanya diikuti rasa nyeri saat bersenggama. Jumlah kuman pun makin lama makin banyak. Dan ketika daya tahan tubuh semakin menurun, kuman-kuman akan makin leluasa menjelajah bagian lain, mulut rahim misalnya, sehingga menimbulkan servisitis. Biasanya, virus yang sering tinggal di daerah mulut rahim adalah human papilloma virus (HPV). Virus inilah yang menyebabkan infeksi, cikal bakal kanker rahim.
Parahnya, jika terus menjalar, ia juga bisa menimbulkan radang panggul. Radang panggul terjadi jika mikroba sudah menembus rongga perut. Salah satu mikroba yang senang bermain di sini biasanya adalah klamedia. “Mikroba ini sangat berbahaya, lantaran bisa bersemayam di saluran telur dan menyumbat saluran ini. Saluran yang tersumbat ini akan menyebabkan sel telur tak bisa keluar saat pembuahan, dan mengakibatkan kemandulan.
a.       Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus         : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur         : kandida albikan.
Protozoa    : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri      : neiseria gonore.
b.      Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus         : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur         : asinomises.
Bakteri      : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli
 C. Komplikasi
·           Ibu hamil dengan bartholinis juga rawan terhadap gonore sehingga anak bayi dapat menderita blenorea neonatorum
·            Bahaya Peradangan Saat Hamil
Daya tahan tubuh pada wanita hamil biasanya akan menurun. Karena itu, infeksi akan semakin berkembang lantaran vagina wanita hamil biasanya lebih lembab. Apalagi, pengobatan pada orang hamil lebih sulit diberikan. Pengobatan harus dilakukan dengan sangat teliti karena berhubungan dengan kondisi janin. Kuman streptococcus bisa menyerang selaput ketuban dan mengakibatkan pecahnya ketuban, bahkan bisa menyerang si bayi. Jika bayi lahir lewat vagina yang memiliki banyak kuman, maka kuman-kuman itu pun akan ikut dengan si bayi. Akibat lain dari peradangan saat hamil, bayi bisa lahir prematur, terjadi penyebaran kuman pada tubuh bayi. Dan jika infeksi parah, bayi dalam rahim bisa meninggal.
D.    Patofisiologi
Sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik. Kalenjar bartolin membesar. Merah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi dalam berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi), mengumpul didalam menjadi abses.
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan menimbulkan keluhan
E.     Tanda dan Gejala
Keluhan pasien pada umumnya adalah benjolan, nyeri dan dispareunia. Penyakit ini cukup sering rekurens. Dapat terjadi berulang, akhirnya menahun dalam bentuk kista bartolin. Kista tidak selalu menyebabkan keluhan, tapi dapat terasa berat dan mengganggu koitus.
1.      Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.
2.      Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam
3.      Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
4.      Terdapat abses pada daerah kelamin
5.      Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
-       Data Subjektif     :       nyeri perineum dapat begitu hebat, sehingga pasien tidak mampu duduk atau berjalan nyaman pembengkakan akut yang nyeri terlihat pada tepi lateral bawah orifisium vagina. Iritasi vulva sering menyertai
-       Data Objektif      : pada pemeriksaan vulva terdapat massa berfluktuasi berbatas tegas, steris, lunak sangat nyeri tekan yang terletak lateral dan dapat posterior prenulum labiorum pudendi, yang dikelilingi oleh jaringan merah dan nyeri tekanan jelas. Labia majora sering edematosa
-       Pada sepertiga posterior labia, selalu ada kemerahan unilateral pembengkakan nyeri terutama saat defekasi. Kadang-kadang pus keluar dari duktus ekskretorius (permukaan dalam labium minus) atau perforasi spontan
-       Benjolan dispareunia, terasa berat dan mengganggu koitus
-       Ciri lainnya, nyeri saat berhubungan lantaran terjadi pergesekan yang mengakibatkan luka semakin hebat. Penderita radang pada alat reproduksi juga akan merasa tidak nyaman, pegal-pegal dan nyeri di sekitar alat reproduksi, misalnya selangkangan, paha dan panggul. Jika dilakukan pemeriksaan fisik, terlihat vagina berwarna kemerahan.
-       Radang bermula ringan (hanya keputihan), tetapi bisa berubah menjadi berat karena beberapa kondisi. Misalnya, jumlah kuman yang tinggal, keganasan kuman, serta daya tahan penderita. Jika kondisinya kurang baik, dalam jangka dua hari pun radang ringan bisa berubah menjadi berat. Radang berat ditandai rasa terbakar pada vagina, cairan berbau dan terkadang bercampur darah, serta selalu menimbulkan noda di celana dalam.
-        Pada saat tertentu, peradangan akan semakin kondusif. Misalnya, saat haid. “Pada masa ini, daya tahan tubuh biasanya menurun. Akibatnya, rasa nyeri dan keputihan akan lebih hebat.” Darah haid merupakan sumber makanan bagi kuman di vagina. Itulah kenapa, dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual saat haid. Sebab jika terdapat peradangan, hubungan seksual akan mengakibatkan pergesekan dan membuat luka semakin luas. Ditambah lagi, kuman semakin banyak karena mendapat banyak “makanan.” Jika terjadi peradangan saat melakukan hubungan seksual, sperma pun bisa rusak karena kuman menyerangnya.
-         Peradangan alat reproduksi memiliki gejala yang berbeda, tergantung penyebabnya. Jika disebabkan oleh jamur, peradangan ditandai oleh sekresi (pengeluaran) cairan encer, yang disertai rasa gatal. Jamur tergolong sebagai mikroba yang berukuran relatif lebih besar, sehingga dapat memicu kerusakan jaringan yang lebih luas. Jamur bisa menyebabkan mulut rahim dan baru berubah menjadi kanker setelah 10 tahun
F.      Pengobatan
-       Diberikan antibiotik yang sesuai (umumnya terhadap klamidia, gonokok, bakteroides dan escherichia coli) bila belum terjadi abses. Jika sudah bernanah, harus dikeluarkan dengan sayatan
-       Jika terbentuk kista tidak besar dan tidak mengganggu, tidak perlu dilakukan apa-apa. Pembedahan berupa ekstirpasi dapat dilakukan bila diperlukan. Yang dianjurkan adalah marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi kista diikuti penjahitan dinding kista yang terbuka pada kulit vula yang terbuka pada sayatan. Tindakan ini terbukti tak berrisiko dan hasilnya memuaskan. Jika terdapat hubungan keluar yang permanen, infeksi rekoren dapat dicegah
-       Kista yang kecil pada wanita hamil dibiarkan saja dan baru diangkat kira-kira 3 bulan setelah persalinan. Apabila kista sangat besar sehingga dikhawatirkan akan pecah waktu persalinan, maka sebaiknya kista itu diangkat dalam keadaan tenang. Sebelum lahirada kalanya kista yang sangat besar baru diketahui sewaktu wanita sudah dalam persalinan dalam hal demikian dilakukan punksi dan cairan dikeluarkan walaupun ini bukan terapi tahap.
-       Ada dua hal yang ibu perlu lakukan, pertama obati keputihan ibu dengan tuntas, sebaiknya jangan ibu mengulang obat tanpa diperiksa kembali oleh dokter ibu, dan jangan takut untuk menggunakan cairan antiseptik pembersih  vagina, sebab tidak akan mengakibatkan “kekeringan kandungan”. Kedua, meski ibu amat kangen pada suami, maupun sebaliknya, tetaplah lakukan dengan lembut agar tidak sampai terjadi iritasi.
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
Jika usia pasien sudah lanjut, adanya benjolan harus dicurigai sebagai keganasan meskipun jarang, kemudian dilakukan pemeriksaan yang seharusnya. Yang tepat adalah biopsy. Diberikan antibiotic yang sesuai (umumnya terhadap klamidia, gonococ, bakteroides dan Escherichia Coli ). Bila belum terjadi abses. Jika sudah bernanah, harus dikeluarkan dengan sayatan.
Jika terbentuk kista yang tidak besar dan tidak mengganggu, tidak perlu dilakukan apa-apa. Pembedahan berupa ekstirpasi dapat dilakukan bila diperlukan. Yang dianjurkan adalah marsupialisasi yaitu sayatan dan  pengeluaran isi kista diikuti penjahitan dinding kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan. Tindakan ini terbukti tak beresiko dan hasilnya memuaskan. Jika terdapat hubungan keluar yang permanen, infeksi rekurens dapat dicegah.

Komentar :

ada 0 Comment ke “ BARTHOLINITIS ”
dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.