Kamis, 18 September 2014

FLU SINGAPURA (HFMD)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejak beberapa tahun lalu muncul beberapa penyakit yang  menimbulkan jumlah kematian yang cukup besar. Salah satu penyakit yang menyebabkan kegemparan diseluruh dunia adalah penyakit yang berasal dari virus influenza termutasi. Influenza virus mempunyai RNA (Ribo Nucleic Acid) sebagai material genetiknya. Virus ini cepat sekali bermutasi karena tidak memiliki enzim yang bisa memperbaiki jika seandainya ada kesalahan dalam pembacaan material genetik dalam tubuhnya. Kemampuan influenza virus untuk selalu bermutasi inilah yang menyebabkan vaksin influenza tidak bisa hanya diterima 1 kali seumur hidup tapi harus diberikan setiap tahun, karena setiap tahun vaksin harus dibuat dengan menyesuaikan material genetik dari virus yang sedang mewabah tahun itu.
Influenza virus dibagi menjadi 3 tipe, A, B dan C. Influenza virus tipe A dan B-lah yang biasanya bertanggung jawab menyebabkan wabah flu setiap tahun (seasonal influenza), sedangkan tipe C biasanya hanya menyebabkan gejala flu ringan dan jarang menyebabkan wabah. Influenza virus tipe A merupakan penyebab utama pandemik yang belakangan ini merebak.
Saat ini penyakit flu yang sedang mewabah diantaranya flu babi dan flu Singapura. Sudah sewajarnya jika kita berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang penyakit tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FLU SINGAPURA
2.1.1 DESKRIPSI
Flu Singapore sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia disebut Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM). Penyakit ini sesungguhnya sudah lama ada di dunia. Berdasarkan laporan yang ada, penyakit ini sudah ada di tahun 1957 di Toronto, Kanada. Sejak itu terdapat banyak kejadian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sebenarnya penyakit ini bukan penyakit baru. Istilah Flu Singapore muncul karena saat itu terjadi ledakan kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejalanya mirip flu, dan saat itu terjadi di Singapura (dan kemudian juga terjadi di Indonesia), banyak media cetak yang membuat istilah flu Singapore, walaupun ini bukan  erminology yang baku.
Hand-Foot-Mouth disease adalah penyakit anak-anak yang umum terjadi. Gejalanya berupa luka pada mulut, demam, dan rash. Biasanya disebabkan oleh coxsackievirus A16. Akan tetapi tidak semua anak-anak yang terinfeksi virus ini  menunjukkan ketiga gejala Hand-Foot-Mouth disease ini. HFMD sering keliru dengan penyakit Foot-and-Mouth disease (Hoof-and-Mouth disease) yang terjadi pada lembu, domba, dan babi; padahal keduanya merupakan dua macam penyakit yang berbeda dan tidak berhubungan, keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda. Manusia tidak dapat tertular penyakit yang diderita oleh binatang dan demikian juga sebaliknya.

 

 
Gambar 1. Manifestasi klinik flu Singapura

2.1.2 ETIOLOGI
HFMD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus (non Polio). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus.
Di dalam Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus dan Enterovirus. Penyebab PTKM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.

      Gambar 2. Coxsackie A virus


              Gambar 3. Coxsackie A virus dilihat dengan mikroskop elektron



2.1.3 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. PTKM adalah penyakit yang kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus, walau bisa juga terkena.
Orang yang belum pernah terinfeksi oleh virus yang menyebabkan HFMD beresiko untuk terinfeksi, tapi tidak semua orang yang terinfeksi virus ini menderita HFMD.
HFMD paling banyak terjadi pada anak-anak berusia di bawah 10 tahun, tapi dapat pula terjadi pada orang dewasa. Anak-anak lebih beeresiko untuk terkena penyakit ini karena system imun dalam tubuh mereka masih lemah bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Bila telah terinfeksi maka pasien akan mendapatkan immunitas terhadap virus yang dapat menyebabkan HFMD ini. Tapi terdapat pula beberapa kasus dimana HFMD dapat kembali muncul karena infeksi oleh virus golongan enterovirus lainnya.
Kasus HFMD terjadi di seluruh dunia. Pada daerah yang beriklim hangat/sejuk, kasus lebih sering terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Sejak tahun 1997, kasus-kasus HFMD yang disebabkan oleh enterovirus 71 telah dilaporkan terjadi di Asia dan Australia.
HFMD yang disebabkan oleh infeksi coxsackievirus A16 merupakan penyakit yang ringan. Umumnya pasien dapat sembuh setelah 7-10 hari tanpa penanganan medis. HFMD yang disebabkan oleh enterovirus 71 menunjukkan insiden penyakit neurologis (sistem saraf) yang lebih tinggi. Kasus encephalitis yang fatal dapat terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh infeksi enterovirus 71.
Implantasi awal virus pada mukosa buccal dan ileum akan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar getah bening dalam 24 jam. Viremia cepat terjadi, meluas ke mukosa mulut dari kulit. Hari ke 7 terjadi peningkatan neutralizing antibody kemudian terjadi eliminasi Virus.

Kasus HFMD
Tahun 1997
Tiga puluh empat anak meninggal di Sarawak, Malaysia.
Tahun 1998
Kasus HFMD dilaporkan terjadi di Taiwan. Sekitar 405 pasien mengalami komplikasi akut, dan 78 anak meninggal. Jumlah total kasus epidemic yang terjadi telah mencapai 1,5 juta.
Tahun 2006
7 orang meninggal karena penyakit HFMD di Kutching, Sarawak (sumber New Straits Times, 14 Maret)
Tahun 2008
Dilaporkan 25.000 kasus infeksi HFMD dengan jumlah korban meninggal 42 orang terjadi di Fuyang, Anhui, China pada awal Maret. Hal yang serupa juga dilaporkan terjadi di Singapore (lebih dari 2.600 kasus pada 20 April 2008), Vietnam (2.300 kasus dengan 11 kematian), Mongolia (1.600 kasus), dan Brunei (1053 kasus selama bulan Juni-Agustus 2008).
Tahun 2009
Kasus lainnya dilaporkan terjadi pada bulan April 2009, di kota Heze dan provinsi Shandong, bagian timur China, dengan jumlah penderita yang meninggal mencapai 15 orang. Hingga saat ini Dinas Kesehatan Provinsi Shandong melaporkan 5.770 kasus terjadi di Heze, Dari 5.770 kasus tersebut 4.549 dilaporkan sembuh sedangkan 341 kasus lainnya hingga saat ini belum dapat diatasi.
Hingga 7 April 2009, lebih dari 115.000 kasus telah dilaporkan dan 50 orang meninggal karena infeksi ini. Tetapi kebanyakan kasus hanya terjadi di daerah pedesaan, di mana populasinya jarang dan hamper 80% total kasus terjadi di 10 provinsi dan daerah otonomi mencakup Henan, Shandong, Jiangsu, Guangxi, dan Zhejiang.
Di Indonesia terdapat laporan kasus infeksi ini di daerah Jakarta dan sekitarnya. Kasus yang pertama dilaporkan terjadi pada 8 orang anak berusia satu sampai empat tahun. Dinas kesehatan Jakarta pada bulan April mengeluarkan peringatan akan bahaya HFMD dan larangan untuk bepergian ke Singapura.

2.1.4 CARA PENULARAN
Penularannya melalui jalur fekal-oral (pencernaan) dan saluran pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoa. Penyakit ini memberi imunitas spesifik, namun anak dapat terkena PTKM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Masa Inkubasi 2 - 5 hari.
Infeksi ini paling menular pada satu minggu pertama. Virus yang menyebabkan HFMD masih dapat tinggal di dalam tubuh selama berminggu-minggu setelah symptom menghilang. Berarti penularan dari orang ke orang terjadi setelah pasien penyakit ini beranjak sembuh. HFMD tidak ditransmisikan dari binatang ke manusia.

2.1.5 MANIFESTASI KLINIK
Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti flu, pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan (lidah, gusi, pipi sebelah dalam) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) pada bokong.












Gambar 4. Manifestasi klinik flu Singapura

Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit.

Gejala Prodromal (12-36 jam) :
Demam tidak tinggi±38,3 derajat C selama 2-3 hari
Anoreksia
Malaise (feeling sick)
Nyeri perut
Sakit pada mulut dan tenggorokan
Batuk
Lesi pada tangan dan kaki; 5-7 hari
Lesi mukosa dan kulit sembuh spontan dalam 5-7 hari
Kadang-kadang : demam tinggi, sangat lemah, diare, atralgia, miokarditis dan pneumonia, meaningoencephalitis.

Adapun gambaran klinik Lesi di mulut :
Macula, vesikel 2-3 mm dasar eritem
Vesikel jarang terlihat, segera menjadi ulkus
Ulkus terasa nyeri ditambah dengan rasa tidak nyaman ketika makan
Jumlah ulkus 5-10
Terlihat pada palatum, mukosa pipi, gusi, lidah, uvula, tonsil.

Adapun gambaran klinik lesi di kulit :
Lokasi khas yaitu tangan, kaki, bokong dan kadang-kadang di lengan.
Jumlah lesi di tangan > jumlah lesi di kaki
Jumlah lesi di dorsal dan sisi samping jari-jari>jumlah lesi di palmar
Makula eritem 2-10 mm kemudian berubah menjadi vesikel sentral oval berwarna abu-abu
Lesi asimtomatik, hilang 3-7 hari
22% cervikal/submandibular limfadenopati.

Gejala yang cukup berat tersebut antara lain :
Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39oC.
Demam tidak turun-turun
Takikardia (denyut nadi menjadi cepat)
Takipnea, yaitu napas jadi cepat dan sesak
Anoreksia, muntah, atau diare berulang disertai dehidrasi.
Letargi, lemas, dan terus mengantuk
Nyeri pada leher, lengan, dan kaki.
Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf cranial
Keringat dingin
Fotofobia (tidak tahan melihat sinar)
Ketegangan pada daerah perut
Halusinasi atau gangguan kesadaran

Komplikasi pada penyakit HFMD jarang terjadi, tetapi bila terdapat komplikasi harus segera ditangani. Komplikasi penyakit ini adalah :
Viral atau aseptik meningitis (radang selaput otak)
Viral meningitis dapat menyebabkan demam, sakit kepala, leher dan punggung. Kondisi ini biasanya ringan dan dapat sembuh tanpa penanganan.
Ensefalitis (radang otak)
Dapat berakibat fatal.
Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (Polio-like illness)
Hilangnya kuku jari tangan dan kaki
Hanya bersifat sementara dan dan dapat sembuh tanpa pengobatan.

Penyakit yang ternasuk ke dalam satu kelompok dengan penyakit ini adalah :
1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (PTKM) - Cox A 16, EV 71 (Penyakit ini)
2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70
3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10

2.1.6 DIAGNOSTIK KLINIK
Biasanya diagnosis yang ditegakkan berdasarkan dari sejarah dan pemeriksaan fisik. Dapat dilakukan test laboratorium untuk coxsackievirus dan enterovirus lain, tetapi biasanya tidak diperlukan.
Penyakit ini sering keliru dengan penyakit kerongkongan yang disebabkan oleh bakteri Streptoccocus, yang juga biasanya ditandai dengan demam dan sakit kerongkongan (sore throat). Terkadang juga keliru dengan penyakit cacar air karena keduanya menghasilkan blister/vesicle (lepuh/tonjolan kecil pada epidermis yang mengandung cairan serosa) dan dengan penyakit exanthema pada anak-anak (demam yang disertai dengan erupsi) karena terjadi infeksi telinga yaitu merahnya gendang telinga.
Sampel (Spesimen) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak. Spesimen dibawa dengan Hank Virus Transport. Isolasi virus dengan cara biakan sel dengan suckling mouse inoculation. Setelah dilakukan Tissue Culture, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu (IPA, CT, PCR dll). Dapat dilakukan pemeriksaan antibodi untuk melihat peningkatan titer.
Diagnosa Laboratorium HFMD meliputi:
1. Deteksi Virus :
- Immuno histochemistry (in situ)
- Imunofluoresensi antibodi (indirect)
- Isolasi dan identifikasi virus.
Pada sel Vero; RD; L20B Uji netralisasi terhadap intersekting pools Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.

2. Deteksi RNA
RT-PCR Primer : 5’ CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3’
5’ GGGAACTTCGATTACCATCC 3’  Partial DNA sekuensing (PCR Product)

3. Serodiagnosis
Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero. Uji ELISA sedang dikembangkan. Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis HFMD, hanya kita dapat mengetahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.
Diagnosa banding :
Stomatitis aphtosa
Chickenpox
Eritema multiform
Herpes Simplex

2.1.7 PENGOBATAN
Berikut ini merupakan cara – cara pengobatan penyakit HFMD:
 1. Istirahat yang cukup
 2. Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik saja berdasarkan keadaan klinis yang ada.
 3. Dapat diberikan:
- Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus
- Extracorporeal membrane oxygenation.
 4. Pengobatan simptomatik:
- Antiseptik di daerah mulut
- Antipiretik
- Analgesik misal parasetamol
- Antibiotika jika infeksi kulit
- Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
- Pengobatan suportif lainnya
Nyeri : Kumur air garam
Intake oral penderita : minuman dingin (semacam susu), menghindari juice sitrus karena “menyengat”
Campuran (jumlah sama) : mukolitik/ekspektoran dan antasida dikumur kemudian dibuang/diludahkan.
Gizi, dll.
Penyakit ini merupakan self limiting diseases, yaitu penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, dalam 7-10 hari. Tidak ada pengobatan spesifik untuk infeksi ini, selain dari terapi untuk mengatai simptomnya. Pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.
Hal yang terpenting untuk menangani penyakit ini adalah meredakan sakit (pain relief) dan memperbanyak cairan tubuh. Berkumur dengan air garam (1/2 sendok the garam untuk 1 gelas air hangat), es loli dan cairan dingin dapat digunakan untuk meredakan rasa sakit pada kerongkongan yang terluka.
Terapi dengan antibiotik tidak efektif pada penyakit ini. Obat bebas terbatas (over-the-counter medicines), seperti Tylenol (acetaminophen) dapat digunakan untuk mengatasi demam. Aspirin dapat pula digunakan, akan tetapi sebaiknya tidak dipakai untuk anak di bawah usia 12 tahun.
Pastikan pasien tidak kekurangan cairan. Pemberian cairan tambahan diperlukan ketika terjadi demam.Jangan memberikan jus atau soda karena kandungan asamnya dapat menimbulkan rasa terbakar pada ulcer.

2.1.8 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan lingkungan; kebersihan (Higienis dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan penderita, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi. Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang.
Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan. Di Rumah sakit Universal Precaution harus dilaksanakan. Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi). Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena daya tahan tubuhnya menurun dan agar tidak menularkan ke anak lainnya.
Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan pemerintah dalam hal ini, seperti meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik). Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan HFMD untuk memotong rantai penularan. Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana HFMD termasuk pelaksanaan. Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda dan gejala HFMD.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengobatan secara spesifik untuk penyakit ini. Adapun hal – hal yang dapat dilakukan antara lain:
Menghindari kontak dengan anak-anak yang terinfeksi
Tidak membawa anak yang sakit ke tempat yang padat pengunjung
Tidak menggunakan peralatan makan,pakaian,sepatu anak yang sakit.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar dan kontak dengan penderita
Bintik yang melepuh/vesikel sebaiknya dibiarkan mengering alami, jangan dipecah karena mengandung virus.
Penderita tutup mulut dan hidung saat batuk/bersin
Bersihkan lantai atau barang-barang yang terkontaminasi kotoran anak dengan perklorin 0,5% karena virus berada dalam feses dan dapat hidup beberapa lama.

2.2 FLU BABI
2.2.1 DESKRIPSI
Ada tiga macam virus influenza manusia, dua diantaranya endemik pada babi, yaitu virus influenza tipe A, merupakan virus yang sudah umum ada pada babi dan virus influenza tipe B, virus yang jarang ditemukan, sedangkan virus influenza tipe C tidak dilaporkan terdapat pada babi. Virus influenza tipe A dan C endemik pada manusia dan babi dengan strain yang sangat berbeda.


Gambar 5. Tipe-tipe virus yang sempat menjadi pandemic pada manusia. Garis yang tidak putus-putus menggambarkan strain baru dari virus penyebab pandemik sesuai tahun. Garis putus-putus menyatakan strain virus yang belum diketahui pasti.

Swine influenza (swine flu, hog flu, pig flu) atau influenza babi adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2, dan H2N3. Virus ini termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae. Virus flu babi ini masih satu genus dengan virus penyebab flu burung. Flu babi merupakan salah satu penyakit zoonosis yang ditakuti selain flu burung karena dapat menginfeksi manusia.
Wabah flu babi pada manusia yang terjadi pada tahun 2009 bukan disebabkan virus swine influenza. Wabah ini disebabkan strain baru dari virus influenza A subtipe H1N1 yang diturunkan dari satu strain virus influenza manusia, satu strain virus avian influenza, dan dua strain berbeda dari virus swine influenza.

Gambar 6. Gambar virus H1N1


Gambar 7. Virus H1N1 dilihat melalui mikroskop elektron. Ukuran diameter virus 80-120 nm

2.2.2 ETIOLOGI
Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza Famili Orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang, terutama babi, dan ada kemungkinan menular antarmanusia.
Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm. Selain influenza A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi. Sedangkan 2 tipe virus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali (antigenik shift). Pergeseran antigenik tersebut sangat berhubungan dengan sifat penularan secara pandemik dan keganasan penyakit. Hal ini dapat terjadi karena adanya rekombinasi genetik antara virus flu pada burung dan manusia.
Ketiga tipe virus yaitu influenza A, B, C adalah virus yang mempunyai bentuk yang sama dibawah mikroskop elektron dan hanya berbeda dalam hal kekebalannya saja. Ketiga tipe virus tersebut mempunyai RNA dengan sumbu protein dan permukaan virionnya diselubungi oleh semacam paku yang mengandung antigen haemagglutinin (H) dan enzim neuraminidase (N).
Peranan haemaglutinin adalah sebagai alat melekat virion pada sel dan menyebabkan terjadinya aglutinasi sel darah merah, sedangkan enzim neurominidase bertanggung jawab terhadap elusi, terlepasnya virus dari sel darah merah dan juga mempunyai peranan dalam melepaskan virus dari sel yang terinfeksi. Antibodi terhadap haemaglutinin berperan dalam mencegah infeksi ulang oleh virus yang mengandung haemaglutinin yang sama. Antibodi juga terbentuk terhadap antigen neurominidase, tetapi tidak berperan dalam pencegahan infeksi.
Wabah flu babi pada manusia yang terjadi pada tahun 2009 disebabkan strain baru dari virus influenza A subtipe H1N1 yang diturunkan dari satu strain virus influenza manusia, satu strain virus avian influenza, dan dua strain berbeda dari virus swine influenza.
Influenza babi yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh influensa A H1N1, sedangkan di banyak negara Eropa termasuk Inggris, Jepang dan Asia Tenggara disebabkan oleh influenza A H3N2. Banyak isolat babi H3N2 dari Eropa yang mempunyai hubungan antigenik sangat dekat dengan A/Port Chalmers/1/73 strain asal manusia. Peristiwa rekombinan dapat terjadi, seperti H1N2 yang dilaporkan di Jepang kemungkinan berasal dari rekombinasi H1N1 dan H3N2. Peristiwa semacam ini juga dilaporkan di Italia, Jepang, Hongaria, Cekoslowakia dan Perancis.

2.2.3 EPIDEMIOLOGI
Swine flu merupakan penyakit umum pada babi di Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, Amerika selatan, Eropa (Inggris, Swedia dan Itali), Kenya, Cina, Jepang, Taiwan dan beberapa daerah di Asia Timur lainnya.
Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan.
Pada tahun 1918 juga pernah terjadi pandemik flu di Spanyol yang disebabkan virus H1N1. Sekitar tahun 1918-1919 1/3 dari penduduk dunia atau sekitar 500 juta penduduk terinfeksi virus tersebut dan menyebabkan sekitar 50 juta kematian. Pada tahun 1976  seorang tentara di Amerika terinfeksi dan kemudian meninggal dunia akibat virus tersebut. Tahun 1988, virus swine flu menewaskan seorang wanita di Wisconsin dan menginfeksi ratusan orang lainnya.  
Kasus pada tahun 2009 yang pertama kali ditemukan di Meksiko terjadi di daerah La Gloria, Veracruz. Ketika sebagian besar penduduk La Gloria jatuh sakit, hanya satu kasus yang dinyatakan positif flu babi. Setelah pertama kali dideteksi di Amerika dan Meksiko, selanjutnya flu ini terdeteksi pada sejumlah penduduk beberapa negara yang pernah berkunjung ke Meksiko. Infeksi juga terjadi pada sejumlah kecil individu yang tidak berkunjung ke Meksiko dengan cara kontak langsung dengan individu yang pernah berkunjung ke Meksiko.
Hingga 26 April, kasus flu babi dikonfirmasi terjadi di Amerika Serikat (91 kasus dengan satu kematian), Meksiko (26 kasus dengan tujuh kematian), Kanada (13 kasus), Selandia Baru (tiga kasus), Inggris (lima kasus), Israel (dua kasus), Spanyol (empat kasus), Austria (satu kasus), dan Jerman (tiga kasus). Pada tanggal 29 April, kantor berita Xinhua melaporkan jumlah kematian 25 orang di Meksiko yang diduga berhubungan dengan flu babi, sementara 89 orang dirawat di rumah sakit dengan gejala serupa flu babi.
Hingga tanggal 30 April 2009 di Amerika terdapat 109 kasus positif flu babi,1 orang di antaranya meninggal dan masih ada kemungkinan terus bertambah. WHO telah memperingatkan kasus-kasus di Meksiko dan Amerika Serikat berpotensi menyebabkan pandemi global dan menegaskan situasi ini serius

      Kasus yang disertai kematian
  Kasus tanpa kematian
  Dicurigai terinfeksi
Gambar 8. Penyebaran virus flu babi (swine flu)

2.2.4 CARA PENULARAN
Penyebaran virus influenza dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan. Virus tersebut tidak menular jika kita memakan daging babi yang telah dimasak dan dibersihkan dengan baik
 Transmisi inter spesies dapat terjadi karena sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara. Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan menularkannya pada babi.

2.2.5 MANIFESTASI KLINIK
Pada manusia
Gejala penyakit flu ini sama seperti orang yang terkena flu biasa, termasuk demam, batuk, radang tenggorokan, nyeri tubuh, sakit kepala, tubuh menggigil, dan mudah lelah. Beberapa yang dilaporkan, penderita flu babi juga menderita diare dan muntah-muntah. Kadang di akhir penderitaan, beberapa penyakit seperti pneumonia dan gagal pernafasan, juga kematian. Seperti flu musiman, flu babi juga dapat menyebabkan penambahan kondisi medis yang kronis.


Gambar 9. Gejala penyakit flu babi (swine flu)

Pada anak-anak terdapat gejala-gejala yang memerlukan penanganan khusus, antara lain :
1. Kesulitan dalam bernapas
2. Warna keniru-biruan pada kulit
3. Lemah
4. Kekurangan cairan
5. Gejala seperti flu meningkat tetapi diikuti dengan demam dan batuk yang parah
6. Demam disertai dengan adanya ruam

Pada orang dewasa, terdapat gejala-gejala yang memerlukan penanganan khusus, antara lain :
1. Kesulitan bernapas atau napas pendek
2. Sakit pada dada dan perut
3. Pusing secara tiba-tiba
4. Kebingunan
5. Muntah-muntah

Masa Inkubasi
Pada kejadian wabah penyakit, masa inkubasi sering berkisar antara 1-2 hari, (BLOOD dan RADOSTITS, 1989). Biasanya sembuh secara tiba-tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis.  Anak-anak babi yang lahir dari induk yang terinfeksi pada saat hamil, akan terkena penyakit pada umur 2-5 hari setelah dilahirkan, sedangkan induk tetap memperlihatkan gejala klinis yang parah.
Cara penularan flu babi pada manusia melalui udara dan dapat juga melalui kontak langsung dengan penderita. Masa inkubasinya 3 sampai 5 hari.

Pada babi
Penyakit ini menyebar sangat cepat. Hampir 100% babi yang rentan terkena dan ditandai dengan apatis, sangat lemah, enggan bergerak atau bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada kulit, anoreksia, demam sampai 41,8oC. Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit cukup hebat, dibarengi dengan muntah eksudat lendir, bersin, dispnu diikuti kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata.

2.2.6 DIAGNOSTIK KLINIK
Diagnosis sementara terhadap penyakit influenza babi didasarkan pada gejala klinis dan perubahan patologi. Diagnosis laboratorium dapat berdasarkan isolasi virus pada alantois telur ayam berembrio dan dilihat hemaglutinasi pada cairan alantois. Spesimen yang paling baik untuk isolasi virus pada influensa babi adalah cairan hidung yang diambil sedini mungkin atau organ paru yang diperoleh dari bedah bangkai (FENNER et al.,1987) dan tonsils (SANFORD et al., 1989). Pada kasus penyakit influenza babi yang kronis, diagnosis dapat dilakukan secara serologi dengan memperlihatkan peningkatan antibodi pada serum ganda (paired sera) yang diambil dengan selang waktu 3-4 minggu. Untuk memeriksa antibodi terhadap virus influensa dapat digunakan uji haemagglutination inhibition (HI), Immunodifusi single radial dan virus netralisasi.  Kenaikan titer 4x lipatnya sudah dianggap adanya infeksi. Pada uji serologis digunakan kedua antigen H1N1 dan H3N2 (OLSEN et al., 2002). Virus dapat diisolasi dari swab hidung dan jaringan sampai 4 hari setelah infeksi tetapi tidak dari feses. Perubahan patologi pneumonia intersisial dapat dilihat sampai 21 hari setelah infeksi, lesi bronchi dan bronchus sampai 7 hari setelah infeksi dan limfoglandula mengalami hemoragik.
Seperti juga yang ditulis BROWN et al., (1993) bahwa sampel untuk isolasi virus dapat berasal dari swab hidung/ tonsil, trachea dan paru-paru yang diambil 2-5 hari dari sejak munculnya gejala klinis. Semua sampel disimpan dalam media transpor. Selain isolasi virus, diagnosis juga dapat dilakukan dengan mendeteksi antigen dengan uji fluorescent antibody technique (FAT) pada sampel paru-paru, tetapi mempunyai kekurangan oleh karena lesi akibat virus sangat menyebar sehingga lesi dapat mendapatkan hasil sampel yang negatif dan sampel harus benar-benar segar dengan sedikit perubahan otolisis serta FA slide tidak dapat disimpan lama, karena warna akan pudar.

2.2.7 PENGOBATAN
Menurut CDC, vaksin untuk flu babi belum ada. Akan tetapi, CDC dan WHO berencana akan membuat vaksin, dan memerlukan waktu produksi selama beberapa bulan. Vaksin flu yang kini ada belum jelas keefektifannya dalam melindungi manusia dari virus baru ini karena secara genetik virus ini berbeda dengan jenis virus flu lain.
CDC juga mengatakan bahwa penderita dapat meminum obat antiviral seperti yang diminum penderita flu burung, contohnya oseltamivir atau zanamivir. Obat tersebut akan efektif paling lama 48 jam setelah muncul gejala. Akan tetapi, virus flu babi (swine flu) resisten terhadap amantadin dan rimantadin

Dosis pemberian oseltamivir  :
1. Untuk dewasa dan anak ≥ 13 tahun :  2 kali 75 mg per hari, selama 5 hari.
2. Untuk anak ≤ 1 tahun : 2 mg/kg BB, 2 kali sehari selama 5 hari
3. Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan sebagai berikut :
a. > 40 kg : 75 mg, 2 kali sehari
b. > 15 -23 kg : 45 mg, 2 kali sehari
c. > 23 -  40 kg : 60 mg, 2 kali sehari
d. ≤ 15 kg : 30 mg, 2 kali sehari


2.2.8 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Terdapat beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu :
Hal terpenting, cuci tangan Anda dengan bersih, menggunakan sabun dan air atau pembersih tangan beralkohol, khususnya setelah Anda bersin atau batuk, ataupun setelah menyentuh babi
Tetap menjaga kesehatan dengan tidur cukup
Aktif berolahraga fisik
Mengendalikan pikiran agar tidak stress
Minum banyak air
Makan makanan yang bernutrisi
Usahakan untuk tidak bersentuhan tangan, mulut, hidung atau mata atau apapun yang mungkin telah terkontaminasi dengan virus flu babi
Usahakan untuk menjaga jarak atau tidak berhubungan dekat dengan orang yang menderita flu babi
Tutuplah mulut dan hidung dengan tisu ketika Anda bersin atau batuk, dan buanglah tisu setelah menggunakannya
Pergi ke dokter jika sudah terkena virus flu babi ini
Jika Anda sudah terkena virus ini, disarankan untuk tetap tinggal di rumah, dan usahakan untuk tidak bekerja atau sekolah dulu, untuk menjaga jarak dengan orang yang belum terkena infeksi.
Daging itu harus dimasak matang, suhu 700C akan membunuh virus itu.
BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Flu Singapura (penyakit tangan, kaki dan mulut) disebabkan oleh virus RNA yaitu Coxsakie A Virus, Coxsakie B Virus, Echovirus dan Enterovirus. Gejalanya antara lain demam tidak tinggi, faringitis, tidak ada nafsu makan, pilek, ulkus di mulut, ruam atau timbul vesikel. Gejala yang cukup berat diantaranya hiperpireksia, demam yang tidak turun-turun, takikardi, takipneu, muntah, letargi, lemas, kejang-kejang, fotofobia, halusinasi.
Diagnosa laboratorium flu Singapura diantaranya deteksi virus, deteksi RNA dengan RT-PCR  Primer serta serodiagnosis. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu hanya mengobati gejalanya saja karena penyakit ini bersifat self limiting disease.
Flu babi (swine flu) disebabkan oleh virus influenza tipe A strain H1N1. Flu babi dapat menyebar dari manusia ke manusia lainnya. Gejalanya antara lain demam, batuk, radang tenggorokan, nyeri tubuh, sakit kepala, tubuh menggigil, mudah lelah, diare dan muntah-muntah.
Diagnosis sementara terhadap penyakit flu babi didasarkan pada gejala klinis dan perubahan patologi. Diagnosis laboratorium dapat berdasarkan isolasi virus pada alantois telur ayam berembrio dan dilihat hemaglutinasi pada cairan alantois, selain itu dapat juga dilakukan dengan uji serologi. Vaksin untuk flu babi belum ada, namun pengobatannya sama seperti penderita flu burung yaitu oseltamivir atau zanamivir.

3.2 SARAN
Usaha pencegahan demi menghindari tersebarnya virus penyebab flu Singapura maupun flu babi perlu dilakukan. Usaha pencegahan tersebut diantaranya adalah menciptakan kondisi lingkungan yang bersih (higienis dan sanitasi lingkungan maupun perorangan diperhatikan), menghindari kontak secara langsung dengan hewan yang diduga terinfeksi, serta menjaga daya tahan tubuh.
Apabila diduga terinfeksi, maka diperlukan penanganan medis segera agar virus tidak menyebar serta pasien harus segera memperoleh pengobatan yang tepat



Komentar :

ada 0 Comment ke “ FLU SINGAPURA (HFMD) ”
dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.