PENDAHULUAN
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendicitis
akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada
anak-anak dan remaja. Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang
terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada
anak usia 6-10 tahun1.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak sebelum usia sekolah. Hampir 1/3
anak dengan appendicitis akut mengalami perforasi setelah dilakukan
operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi
cairan dan antibiotik yang lebih baik, appendicitis pada anak-anak,
terutama pada anak usia prasekolah masih tetap memiliki angka morbiditas
yang signifikan2.
Diagnosis appendicitis
akut pada anak kadang-kadang sulit. Diagnosis yang tepat dibuat hanya
pada 50-70% pasien-pasien pada saat penilaian awal. Angka appendectomy
negatif pada pediatrik berkisar 10-50%. Riwayat perjalanan penyakit
pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam
mendiagnosis appendicitis2.
Semua
kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari appendix yang
terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila
tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi,
terutama disebabkan karena peritonitis dan shock. Reginald Fitz pada
tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Appendicitis
acuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di
seluruh dunia 3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm), dan berpangkal di caecum. Lumennya
sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun
demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya
dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden appendicitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks
terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak
dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya4.
Pada
kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang
caecum, di belakang colon ascendens, atau di tepi lateral colon
ascendens. Gejala klinis appendicitis ditentukan oleh letak apendiks4.
Persarafan
parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterica
superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral pada appendicitis
bermula di sekitar umbilicus5.
Pendarahan
apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa
kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada
infeksi apendiks akan mengalami gangren5.
Gambar 1. Variasi lokasi Appendix
2.2 FISIOLOGI
Apendiks
menghasilkan lender 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lender
di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis appendicitis5.
Immunoglobulin
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue)
yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA.
Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun
tubuh karena jkumlah jaringan limf disini kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh5.
2.3 INSIDENSI
Terdapat
sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat
setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.
Appendicitis lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan
perbandingan 3:2. Bangsa Caucasia lebih sering terkena dibandingkan
dengan kelompok ras lainnya. Appendicitis akut lebih sering terjadi selama musim panas. 1
Insidensi Appendicitis acuta di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang,
tetapi beberapa tahun terakhir angka kejadiannya menurun secara
bermakna. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan
berserat dalam menu sehari-hari. Appendicitis
dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun
jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidensi pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi lelaki lebih tinggi6.
Gambar 2. Insidensi Risiko Terjadinya Appendicitis Berdasarkan Usia
2.4 ETIOLOGI
Appendicitis
disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga terjadi
kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:
- Hiperplasia folikel lymphoid
- Carcinoid atau tumor lainnya
- Benda asing (pin, biji-bijian)
- Kadang parasit 1
Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis yaitu7:
Bakteri aerob fakultatif
|
Bakteri anaerob
|
|
|
2.5 PATOGENESIS
Appendicitis
terjadi dari proses inflamasi ringan hingga perforasi, khas dalam 24-36
jam setelah munculnya gejala, kemudian diikuti dengan pembentukkan
abscess setelah 2-3 hari5
Appendicitis
dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi
oleh fecalith, gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus
vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh
fecalith dan kemudian diikuti oleh proses peradangan. Hasil observasi
epidemiologi juga menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab
terbesar, yaitu sekitar 20% pada ank dengan appendicitis akut dan 30-40%
pada anak dengan perforasi appendiks. Hiperplasia folikel limfoid
appendiks juga dapat menyababkan obstruksi lumen. Insidensi terjadinya
appendicitis berhubungan dengan jumlah jaringan limfoid yang
hyperplasia. Penyebab dari reaksi jaringan limfatik baik lokal atau
general misalnya akibat infeksi Yersinia, Salmonella, dan Shigella; atau
akibat invasi parasit seperti Entamoeba, Strongyloides, Enterobius
vermicularis, Schistosoma, atau Ascaris. Appendicitis juga dapat
diakibatkan oleh infeksi virus enteric atau sistemik, seperti measles,
chicken pox, dan cytomegalovirus. Pasien dengan cyctic fibrosis memiliki
peningkatan insidensi appendicitis akibat perubahan pada kelenjar yang
mensekresi mucus. Carcinoid tumor juga dapat mengakibatkan obstruksi
appendiks, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3
proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, benda asaning seperti pin, biji
sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya appendicitis.
Trauma, stress psikologis, dan herediter juga mempengaruhi terjadinya
appendicitis5
Awalnya,
pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan seperti berkurangnya
nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang minimal, dan kesalahan
pencernaan. Anoreksia berperan penting pada diagnosis appendicitis, khususnya pada anak-anak5.
Distensi
appendiks menyebabkan perangsangan serabut saraf visceral dan
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini
bersifat nyeri dalam, tumpul, berlokasi di dermatom Th 10. Adanya
distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual dan muntah, dalam
beberapa jam setelah nyeri. Jika mual muntah timbul lebih dulu sebelum
nyeri, dapat dipikirkan diagnosis lain5.
Appendiks
yang obstruksi merupakan tempat yang baik bagi bakteri untuk berkembang
biak. Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal, terjadi gangguan
aliran limf, terjadi oedem yang lebih hebat. Akhirnya peningkatan
tekanan menyebabkan obstruksi vena, yang mengarah pada iskemik jaringan,
infark, dan gangrene. Setelah itu, terjadi invasi bakteri ke dinding
appendiks; diikuti demam, takikardi, dan leukositosis akibat kensekuensi
pelepasan mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik. Saat eksudat
inflamasi dari dinding appendiks berhubungan dengan peritoneum
parietale, serabut saraf somatic akan teraktivasi dan nyeri akan
dirasakan lokal pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burney’s.
Nyeri jarang timbul hanya pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri
visceral sebelumnya. Pada appendiks retrocaecal atau pelvic, nyeri
somatic biasanya tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai
peritoneum parietale sampai saat terjadinya rupture dan penyebaran
infeksi. Nyeri pada appendiks retrocaecal dapat muncul di punggung atau
pinggang. Appendiks pelvic yang terletak dekat ureter atau pembuluh
darah testis dapat menyebabkan peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada
testis, atau keduanya. Inflamasi ureter atau vesica urinaria pada
appendicitis dapat menyebabkan nyeri saat berkemih, atau nyeri seperti
terjadi retensi urine5.
Perforasi
appendiks akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis
umum. Proses ini tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah
perforasi dan kemampuan pasien berespon terhadap adanya perforasi. Tanda
perforasi appendiks mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6oC,
leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis pada pemeriksaan
fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan
gejala dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi. Secara umum,
semakin lama gejala berhubungan dengan peningkatan risiko perforasi.
Peritonitis difus lebih sering dijumpai pada bayi karena tidak adanya
jaringan lemak omentum. Anak yang lebih tua atau remaja lebih
memungkinkan untuk terjadinya abscess yang dapat diketahui dari adanya
massa pada pemeriksaan fisik5
Konstipasi
jarang dijumpai tetapi tenesmus sering dijumpai. Diare sering
didapatkan pada anak-anak, dalam jangka waktu sebentar, akibat iritasi
ileum terminal atau caecum. Adanya diare dapat mengindikasikan adanya
abscess pelvis5
2.6 GAMBARAN KLINIS
Appendicitis
dapat mengenai semua kelompok usia. Meskipun sangat jarang pada
neonatus dan bayi, appendicitis akut kadang-kadang dapat terjadi dan
diagnosis appendicitis jauh lebih sulit dan kadang tertunda. Nyeri
merupakan gejala yang pertama kali muncul. Seringkali dirasakan sebagai
nyeri tumpul, nyeri di periumbilikal yang samar-samar, tapi seiring
dengan waktu akan berlokasi di abdomen kanan bawah. Terjadi peningkatan
nyeri yang gradual seiring dengan perkembangan penyakit1.
Variasi
lokasi anatomis appendiks dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi.
Pada anak-anak, dengan letak appendiks yang retrocecal atau pelvis,
nyeri dapat mulai terjadi di kuadran kanan bawah tanpa diawali nyeri
pada periumbilikus. Nyeri pada flank, nyeri punggung, dan nyeri alih
pada testis juga merupakan gejala yang umum pada anak dengan
appendicitis retrocecal arau pelvis1.
Jika
inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau bladder, gejal
dapat berupa nyeri saat kencing atau perasaan tidak nyaman pada saat
menahan kencing dan distensi kandung kemih1.
Anorexia,
mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah onset
terjadinya nyeri. Muntah biasanya ringan. Diare dapat terjadi akibat
infeksi sekunder dan iritasi pada ileum terminal atau caecum. Gejala
gastrointestinal yang berat yang terjadi sebelum onset nyeri biasanya
mengindikasikan diagnosis selain appendicitis. Meskipun demikian,
keluhan GIT ringan seperti indigesti atau perubahan bowel habit dapat
terjadi pada anak dengan appendicitis1.
Pada appendicitis tanpa komplikasi biasanya demam ringan (37,5 -38,5 0 C). Jika suhu tubuh diatas 38,6 0 C,
menandakan terjadi perforasi. Anak dengan appendicitis kadang-kadang
berjalan pincang pada kaki kanan. Karena saat menekan dengan paha kanan
akan menekan Caecum hingga isi Caecum berkurang atau kosong. Bising usus meskipun bukan tanda yang dapat dipercaya dapat menurun atau menghilang1.
Anak
dengan appendicitis biasanya menghindari diri untuk bergerak dan
cenderung untuk berbaring di tempat tidur dengan kadang-kadang lutut
diflexikan 1. Anak
yang menggeliat dan berteriak-teriak jarang menderita appendicitis,
kecuali pada anak dengan appendicitis retrocaecal, nyeri seperti kolik
renal akibat perangsangan ureter5.
Tabel 1. Gejala Appendicitis Akut8
Gejala Appendicitis Akut
|
Frekuensi (%)
|
Nyeri perut
|
100
|
Anorexia
|
100
|
Mual
|
90
|
Muntah
|
75
|
Nyeri berpindah
|
50
|
Gejala
sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian anorexia/mual/muntah
kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudian demam yang tidak terlalu
tinggi)
|
50
|
*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam
| |
2.7 PEMERIKSAAN FISIK
Pada Apendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut9.
Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik4:
· Rovsing’s
sign: dikatakan posiif jika tekanan yang diberikan pada LLQ abdomen
menghasilkan sakit di sebelah kanan (RLQ), menggambarkan iritasi
peritoneum. Sering positif tapi tidak spesifik4.
· Psoas
sign: dilakukan dengan posisi pasien berbaring pada sisi sebelah kiri
sendi pangkal kanan diekstensikan. Nyeri pada cara ini menggambarkan
iritasi pada otot psoas kanan dan indikasi iritasi retrocaecal dan
retroperitoneal dari phlegmon atau abscess4.
Gambar 3 . Cara melakukan Psoas sign
Dasar
anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang terinflamasi yang
terletak retroperitoneal akan kontak dengan otot psoas pada saat
dilakukan manuver ini8.
Gambar 4. Dasar anatomis terjadinya Psoas sign
· Obturator
sign: dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kemudian gerakan
endorotasi tungkai kanan dari lateral ke medial. Nyeri pada cara ini
menunjukkan peradangan pada M. obturatorius di rongga pelvis. Perlu
diketahui bahwa masing-masing tanda ini untuk menegakkan lokasi Appendix
yang telah mengalami radang atau perforasi4.
Gambar 5. Cara melakukan Obturator sign
Dasar
anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang terinflamasi yang
terletak retroperitoneal akan kontak dengan otot obturator internus pada
saat dilakukan manuver ini8.
Gambar 6. Dasar anatomis terjadinya Obturator sign
· Blumberg’s sign: nyeri lepas kontralateral (tekan di LLQ kemudian lepas dan nyeri di RLQ)
· Wahl’s sign: nyeri perkusi di RLQ di segitiga Scherren menurun.
· Baldwin test: nyeri di flank bila tungkai kanan ditekuk.
· Defence musculare: bersifat lokal, lokasi bervariasi sesuai letak Appendix.
· Nyeri pada daerah cavum Douglas bila ada abscess di rongga abdomen atau Appendix letak pelvis.
· Nyeri pada pemeriksaan rectal tooucher.
· Dunphy sign: nyeri ketika batuk10.
Skor Alvarado
Semua
penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6>6. Selanjutnya
dilakukan Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA
terhadap jaringan Appendix dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang akut11.
Tabel Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis
|
Manifestasi
|
Skor
|
Gejala
|
Adanya migrasi nyeri
|
1
|
|
Anoreksia
|
1
|
|
Mual/muntah
|
1
|
Tanda
|
Nyeri RLQ
|
2
|
|
Nyeri lepas
|
1
|
|
Febris
|
1
|
Laboratorium
|
Leukositosis
|
2
|
|
Shift to the left
|
1
|
Total poin
| |
10
|
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan11.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar antara 12.000-18.000/mm3.
Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the left) dengan
jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah
leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan appendicitis1.
Pemeriksaan urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter1.
- Ultrasonografi
Ultrasonografi
sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk menunjang diagnosis
pada kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan spesifitasnya
lebih dari 90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis
appendicitis acuta adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm
atau lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa
periappendix1.
False positif dapat muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau inflammatory bowel disease.
False negatif juga dapat muncul karena letak appendix yang retrocaecal
atau rongga usus yang terisi banyak udara yang menghalangi appendix1.
- CT-Scan
CT
scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas.sensitifitas dan
spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang obesitas,
presentasi klinis tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik1.
Diagnosis
appendicitis dengan CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih
dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi akan
mengecil sehingga memberi gambaran “halo” 10.
2.9 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari Appendicitis dapat bervariasi tergantung dari usia dan jenis kelamin4,12.
· Pada anak-anak balita
à intususepsi, divertikulitis, dan gastroenteritis akut.
Intususepsi
paling sering didapatkan pada anak-anak berusia dibawah 3 tahun.
Divertikulitis jarang terjadi jika dibandingkan Appendicitis. Nyeri
divertikulitis hampir sama dengan Appendicitis, tetapi lokasinya
berbeda, yaitu pada daerah periumbilikal. Pada pencitraan dapat
diketahui adanya inflammatory mass di daerah abdomen
tengah. Diagnosis banding yang agak sukar ditegakkan adalah
gastroenteritis akut, karena memiliki gejala-gejala yang mirip dengan
appendicitis, yakni diare, mual, muntah, dan ditemukan leukosit pada
feses.
· Pada anak-anak usia sekolah
à gastroenteritis, konstipasi, infark omentum.
Pada
gastroenteritis, didapatkan gejala-gejala yang mirip dengan
appendicitis, tetapi tidak dijumpai adanya leukositosis. Konstipasi,
merupakan salah satu penyebab nyeri abdomen pada anak-anak, tetapi tidak
ditemukan adanya demam. Infark omentum juga dapat dijumpai pada
anak-anak dan gejala-gejalanya dapat menyerupai appendicitis. Pada
infark omentum, dapat terraba massa pada abdomen dan nyerinya tidak
berpindah
· Pada pria dewasa muda
Diagnosis banding yang sering pada pria dewasa muda adalah Crohn’s disease,
klitis ulserativa, dan epididimitis. Pemeriksaan fisik pada skrotum
dapat membantu menyingkirkan diagnosis epididimitis. Pada epididimitis,
pasien merasa sakit pada skrotumnya.
· Pada wanita usia muda
Diagnosis banding appendicitis pada wanita usia muda lebih banyak berhubungan dengan kondisi-kondisi ginekologik, seperti pelvic inflammatory disease (PID), kista ovarium, dan infeksi saluran kencing.
Pada PID, nyerinya bilateral dan dirasakan pada abdomen bawah. Pada
kista ovarium, nyeri dapat dirasakan bila terjadi ruptur ataupun torsi.
· Pada usia lanjut
Appendicitis
pada usia lanjut sering sukar untuk didiagnosis. Diagnosis banding yang
sering terjadi pada kelompok usia ini adalah keganasan dari traktus
gastrointestinal dan saluran reproduksi, divertikulitis, perforasi
ulkus, dan kolesistitis. Keganasan dapat terlihat pada CT Scan dan
gejalanya muncul lebih lambat daripada appendicitis. Pada orang tua,
divertikulitis sering sukar untuk dibedakan dengan appendicitis, karena
lokasinya yang berada pada abdomen kanan. Perforasi ulkus dapat
diketahui dari onsetnya yang akut dan nyerinya tidak berpindah. Pada
orang tua, pemeriksaan dengan CT Scan lebih berarti dibandingkan dengan
pemeriksaan laboratorium.
2.10 KOMPLIKASI
1. Appendicular infiltrat:
Infiltrat /
massa yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari Appendix
yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus atau usus
besar.
2. Appendicular abscess:
Abses
yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari Appendix yang
meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus, atau usus
besar.
3. Perforasi
4. Peritonitis
5. Syok septik
6. Mesenterial pyemia dengan Abscess Hepar
7. Gangguan peristaltik
8. Ileus 4,12
2.11 PENATALAKSANAAN
Untuk pasien yang dicurigai Appendicitis :
n Puasakan
n Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala
n Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
n Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia reproduksi.
n Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan Laparotomy
Perawatan appendicitis tanpa operasi
n Penelitian
menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk
Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi
(misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki
resiko tinggi untuk dilakukan operasi
Rujuk ke dokter spesialis bedah.
Antibiotika preoperative
n Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi post opersi.
n Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative dan anaerob
n Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah.
n Antibiotik
profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan
antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime
dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri yang
terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.
Teknik operasi Appendectomy 2,,5
A. Open Appendectomy
1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
2. Dibuat sayatan kulit:
Horizontal Oblique
3. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:
a. Pararectal/ Paramedian
Sayatan
pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan ke
medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis
karena fascia ada 2 supaya jangan tertinggal pada waktu penjahitan
karena bila terjahit hanya satu lapis bisa terjadi hernia cicatricalis.
|
|
|
b. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting
Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.
Gambar 7. Lokasi insisi yang sering digunakan pada Appendectomy
B. Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis acuta. Laparoscopic kemungkinan
sangat berguna untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian
bawah. Membedakan penyakit akut ginekologi dari Appendicitis acuta sangat mudah dengan menggunakan laparoskop2,,5.
BAB III
KESIMPULAN
Appendicitis
adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun
dewasa. Appendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling
sering ditemukan pada anak-anak dan remaja
Gejala appendicitis akut pada anak tidak spesifik . Gejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak
bisa melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam kemudian akan timbul
muntah-muntah dan anaka akan menjadi lemah dan letargik. Karena gejala
yang tidak khas tadi, appendicitis sering diketahui setelah terjadi
perforasi. Pada bayi, 80-90% appendicitis baru diketahui setelah terjadi
perforasi.
Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis appendicitis.sumber : makalah refrat kedokteran.blogspot.com
Komentar :
Posting Komentar