Selasa, 21 Oktober 2014

DISMENORE ( NYERI HAID )

PENGERTIAN DISMENORE
Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah .

Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat  bersifat kolik atau terus menerus.

Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.

Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya.  Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.

Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa har. Ada 2 jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pembagian dismenorea  adalah sebagai berikut : pertama dismenorea primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD. menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir semuanya disebabkan dismenorea primer.

Dismenorea primer disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena penyakit organik pelvis, sedangkan dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja

ETIOLOGI
Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer umumnya dijumpai pads wanita dengan siklus berovulasi. Penyebab tersering dismenore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interns. Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu stres.

a.       Dysmenorrhea primer

Penyebab dari nyeri haid ini belum di temukan secara pasti meski telah banyak penelitian dilakukan untuk mencari penyebabnya. Etiologi dari dysmenorrhea primer tersebut adalah:

-          Faktor Psikologis

Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dekat sedikit rasa nyari dapat merasakan kesakitan.

-          Faktor Endokrin

Pada umumnya hal ini dihubungankan dengan kontraksi usus yang tidak baik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.

b.      Dysmenorrhea sekunder

Dalam dysmenorrhea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah:

-          Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang menyebabkan pendarahan, tumor atau fibroid.

-          Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang terbalik, peradangan selaput lendir rahim.

-          Endometriosis, penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai persiapan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas dan dikeluarkan sebagai menstruasi.

 

 

KLASIFIKASI

Dysmenorrhea dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan adanya atau tidaknya kelainan ginekologis dan berdasarkan intensitas nyerinya.

1.      Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologis.

a.       Dysmenorrhea primer yaitu dysmenorrhea yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan ginekologis. Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi.

Dysmenorrhea primer timbul sejak menarche (pertama kali menstruasi), biasanya di tahun pertama atau kedua menstruasi. Dysmenorrhea ini terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudia akan hilang pada usia akhir 20an atau di awal 30an. Rasa nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum dan sesudah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam.  Rasa nyeri di deskripsikan sebagai mirip kejang, spasmodik, berlokasi di perut bagian bawah (area suprapubik), dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Tidak itu saja, terkadang juga disertai rasa mual, muntah, diare, sakit kepala, nyeri pinggang bawah, rasa lelah dan sebagainya.

b.      Dysmenorrhea sekunder yaitu rasa nyeri yang berkaitan dengan kelainan ginekologis, baik secara anatomi maupun proses patologis dan pelvis. Dysmenorrhea sekunder biasa terjadi beberapa saat setelah menarche. Dapat juga dimulai setelah usia 25 tahun. Rasa nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada dysmenorrhea sekunder ditemui kelainan ginekologis seperti endometritis, adenomiosis, kista ovarium, mioma uteri, radang pelvis dan lain-lain.

2.      Berdasarkan intensitas nyeri.

a.       Dysmenorrhea ringan, yakni dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa pemakaian obat-obatan.

b.      Dysmenorrhea sedang, yakni dysmenorrhea yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu men inggalkan aktivitas sehari-hari.

c.       Dysmenorrhea berat, yakni dysmenorrhea yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari bahkan lebih.

 

 

PATOFISIOLOGI

1.      Dismenorea primer

(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan     pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri.

Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus . Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin. Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.

 

2.      Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :

a. Endometriosis

b. Pelvic inflammatory disease

c. Tumor dan kista ovarium

d. Oklusi atau stenosis servikal

e. Adenomyosis

f. Fibroids

g. Uterine polyps

h. Intrauterine adhesions

i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)

j. Intrauterine contraceptive device

k. Transverse vaginal septum

l. Pelvic congestion syndrome

m. Allen-Masters syndrome

 

DIAGNOSA
Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama menstruasi, membutuhkan pemeriksaan ginekologis, perubahan-¬perubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder.

Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder menurut riwayat dan pemeriksaan fisik.

1.      Riwayat

a.       Riwayat menstruasi

·         Awitan menarke

·         Awitan dismenore yang berkaitan dengan minarke

·         Frekuensi dan keteraturan siklus

·         Lama dan jumlah aliran menstruasi

·         Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi.

b.      Deskripsi nyeri

·         Awitan yang terkait dangan masa menstruasi

·         Rasa kram spasmodic atau menetap

·         Lokasi menyeluruh atau spesifik

·         Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah

·         Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha.

·         Memburuk saat palpasi atau bergerak

c.       Gejala yang berkaitan

·         Gejala ekstragenetalia

·         Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan silus menstruasi.

d.      Riwayat obstetri-paritas

e.       Pemasangan AKDR

f.       Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder.

 

2.      Pemeriksaan fisik

a.       Pencatatan usia dan berat badan

b.      Pemeriksaan speculum

·         Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.

·         Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan pemeriksaan sediaan basah.

·         Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan riwayat pasien.

c.       Pemeriksaan bimanual

·         Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks

·         Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.

·         Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.

·         Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.

Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul,
Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dismenorea:

1.      Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.

2.      Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi.

3.      Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.

4.      Sedimentation rate.

5.       Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang relatif rendah.

6.      Laparoscopy

7.      Hysteroscopy

8.      Dilatation

9.      Curettage

10.  Biopsi Endomentrium

 

FAKTOR RISIKO
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun.
Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:

  • Rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
  • Kurang berolah raga
  • Stres psikis atau stres sosial.

faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya dismenorea yang berat (severe episodes of dysmenorrhea) :

·         Menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at menarche)

·         Periode menstruasi yang lama (long menstrual periods)

·         Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstrual flow)

·         Merokok (smoking)

·         Riwayat keluarga yang positif (positive family history)

 

MANIFESTASI KLINIS

  • Dismenore primer; usia lebih muda, timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, sering pada nulipara, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik, nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
  • Dismenore sekunder yakni; usia lebih tua, cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur, tidak berhubungan dengan siklus paritas, nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul, nyeri dimulai dari haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.

A.    Dismenore Primer

1.      Deskripsi perjalanan penyakit

a.       Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.

b.      Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun nyeri yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua.

c.       Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti :

·         Muntah

·         Diare

·         Sakit kepala

·         Sinkop

·         Nyeri kaki

2.      Karakteristik dan faktor yang  berkaitan :

a.       Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.

b.      Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27 tahun, lalu mulai mereda.

c.       Umumnya terjadi pada wanita nulipara  , kasus ini kerap menuntun signifikasi setelah kelahiran anak.

d.      Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.

e.       Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.

f.       Jarang terjadi pada atlet.

g.      Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.

h.      Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)

i.        Usia saat menstruasi pertama <12 tahun

 

B.     Dismenore sekunder

1.      Indikasi

a.       Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun

b.      Nyeri berdifat unilateral.

2.      Faktor yang berhubungan sebagai penyebab

a.       PRP

·         Awitan akut

·         Dispraurenia

·         Nyeri tekan asala palpasi dan saat bergerak

·         Massa adneksia yang dapat teraba

b.      Endometriosis

·         Dispsreunia siklik

·         Intensitas nyeri samakin meningkat sepanjang menstruasi (tidak terjadi sebelum menstruasi dan tidak berakhior dalam beberapa jam, seperti pada kasus dismenore primer).

·         Nyeri yangh menetap bukannya kram dan mungkin spesifik pada sisi lesi.

·         Kadang di temukan nodul yang mungkin teraba selama pemeriksaan.

c.       Fibriliomioma dan polip uterus

·         Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun reproduksi dari npada dismenore primer.

·         Disertai perubahan dalam aliran menstruasi.

·         Nyeri kram

·         Fibroleimioma yang dapat teraba

·         Polip yang bisa atau menonjol pada serviks.

d.      Prolaps uterus

·         Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun-tahu reproduktif dari pada dismenore primer.

·         Lebih umum terjadi pada pasian multipara.

·         Nyeri punggung awalnya di mulai saat pramenstruasi dan menetap sepanjang menstruasi.

·         Disertai disparunia dan nyeri panggul yang dapata di pulihkan dengan posisi terlentang, atau lutut-dada.

·         Sistokel dan inkontennesia urine terjadi bersamaan.

 

Tanda gejala umum yang paling sering muncul yaitu :

·         Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area lumbrosacral.

·         Sering disertai nausea, muntah

·         Diare

·         Kelelahan

·         Nyeri kepala

·         Emosi labil

Perbandingan gejala Dismenore Primer dengan Dismenore Sekunder :

 

1.      Dismenore Primer

·         usia lebih muda

·         timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur

·         sering pada nulipara

·         nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

·         nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan hari pertama dan kemudian dengan keluarnya darah haid

·         sering memberikan respons – sering memerlukan tindakan terhadap pengobatan medika dakan operatif mentosa

·         sering disertai mual, muntah, – tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala

2.      Dismenore Sekunder

·         usia lebih tua

·         tidak tentu

·         tidak berhubungan dengan paritas

·         nyeri terus-menerus

·         nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya darah haid.

 

GEJALA DAN TANDA

Gejala-gejala nyeri haid di antaranya yaitu: rasa sakit datang secara tidak teratur, tajam dan kram di bagian bawah perut yang biasanya menyebar ke bagian belakang, terus ke kaki, pangkal paha dan vulva (bagian luar alat kelamin wanita). Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Gejala-gejala tersebut meliputi tingkah laku seperti kegelisahan, defresi, iritabilitas/sensitif, lekas marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, mengidam makanan dan kadang-kadang perubahan suasana hati yang sangat cepat. Selain itu juga keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut kembung atau sakit, sakit kepala, sakit sendi, sakit punggung, mual, muntah, diare atau sembelit, dan masalah kulit seperti jerawat.

Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau melahirkan. Nyeri haid ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, kondisi tubuh yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini tidak membahayakan kesehatan. Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang menetap. Ada juga yang disebut dengan endometriosis, yaitu kelainan letak lapisan dinding rahim yang menyebar keluar rahim, sehingga apabila menjelang menstruasi, pada saat lapisan dinding rahim menebal, akan dirasakan sakit yang luar biasa. Selain itu, endometriosis ini juga bisa mengganggu kesuburan

JENIS NYERI HAID
Nyeri spasmodik terasa, di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa, haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak wanita terpaksa, harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada di antara yang pingsan, merasa, sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah.
Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama, walaupun banyak pula wanita yang tidak mengalami hat seperti itu.
Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya, bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mengalami pegal, sakit pada bush darts, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa, lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

MEKANISME NYERI HAID
Nyeri haid berpangkal pada mulainya proses menstruasi itu sendiri yang merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi. Kontraksi otot-otot rahim tersebut membuat aliran darah ke otot-otot rahim menjadi berkurang yang berakibat meningkatnya aktivitas rahim untuk memenuhi kebutuhannya akan aliran darah yang lancar, juga otot-otot rahim yang kekurangan darah tadi akan merangsang ujung-ujung syaraf sehingga terasa nyeri. Nyeri tersebut tidak hanya terasa di rahim, namun juga terasa di bagian-bagian tubuh lain yang mendapatkan persyarafan yang sama dengan rahim. Oleh karma itulah maka rasa tidak nyaman juga dirasakan di bagian-bagian tubuh yang digunakan untuk buang air besar, buang air kecil, maupun otot¬-otot dasar panggul dan daerah di sekitar tulang belakang sebelah bawah. Hal ini disebut juga sebagai nyeri rujukan (referred pain).
Peningatan kadar prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai penyebab terjadinya dismenore. PG alfa sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah haid wanita yang menderita dismenore primer. PG menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara pemngkatan kadar PG dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan infra uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PS yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual, muntah

 

PENGOBATAN

A.     Dismenore primer

1.      Latihan

a.       Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang

b.      Latihan menggoyangkan panggul

c.       Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau miring.

2.      Panas

a.       Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau abdomen bagian bawah

b.      Mandi air hangat atau sauna

3.      Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan  : hubungan seksual tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul.

4.      Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin

5.      Pijat daerah punggung, kaki , atau betis.

6.      Istirahat

7.      Obat-obatan

a.       Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala

b.      Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.

c.       Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-12 jam, tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.

d.      Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam.

8.      Terapi Komplementer

a.       Biofeedback

b.      Akupuntur

c.       Meditasi

d.      Black cohos

 

B.     Dismenore sekunder

1.      PRP

a.       PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis panggul.

b.      Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.

c.       Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :

·         Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.

·         Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.

·         Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan antibiotic pe IV.

d.      Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap terpi masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di anjurkan.

 

2.      Endometriosis

a.       Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi

b.      Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain sesuai anjuran dokter.

3.      Fibroid dan polip uterus

a.       Polip serviks harus di angkat

b.      Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus di rujuk ke dokter.

4.      Prolaps uterus

a.       Terapi definitive termasuk histerektomi

b.      Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan dapat di ringankan dengan beberapa cara berikut :

·         Latihan kegel

·         Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat kandung kemih.

 


Komentar :

ada 1
Dora mengatakan...
pada hari
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.