BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Prolapsus uteri adalah pergeseran
letak uterus ke bawah sehingga serviks berada di dalam orifisium vagina (
prolapsus derajat 1 ), serviks berada di luar orifisium (prolapses derajat 2 ),
atau seluruh uterus berada di luar orifisium.
Prolapsus uteri disebabkan oleh
beberapa faktor di antaranya karena kelemahan jaringan ikat di rongga panggul,
perlukaan jalan lahir. Menopause juga faktor pemicu terjadinya prolapsus uteri.
Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang
kala penderita dengan prolaps yang sangat berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Juga di Indonesia sejak zaman dahulu telah
lama dikenal istilah peranakan turun dan peranankan terbalik. Dewasa ini
penentuan letak alat genital bertambah penting artinya bukan saja untuk
menangani keluhan-keluhan yang ditimbulkan olehnya, namun juga oleh karena
diagnosis letak yang tepat perlu sekali guna menyelenggarakan berbagai tindakan
pada uterus.
1.2
Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami
definisi prolapse uteri
2. Mengetahui
anatomi prolapse uteri
3. Mengetahui
langkah kejadian prolapse uteri
4. Memahami
etiologi prolapse uteri
5. Mengetahui
fistopatologi prolapse uteri
6. Menyebutkan
klasifikasi prolapse uteri
7. Menentukan
diagnose prolapse uteri
8. Melaksanakan
penatalaksanaan prolapse uteri
9. Memahami
prognosa prolapse uteri
1.3
Manfaat
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan definisi prolapse uteri
2. Mahasiswa
dapat mengetahui anatomi prolapse uteri
3. Mahasiswa
dapat menjelaskan langkah kejadian prolapse uteri
4. Mahasiswa
dapat menjelaskan etiologi prolapse uteri
5. Mahasiswa
dapat mengetahui fistopatologi prolapse uteri
6. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi prolapse uteri
7. Mahasiswa
dapat menentukan diagnose prolapse uteri
8. Mahasiswa
dapat melaksanakan penatalaksanaan prolapse uteri
9. Memahami
prognosa prolapse uteri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Difinisi Prolaps
Uteri
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya
uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen
(penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. sehingga
dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina.
Sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah
dan keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan
kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi
dan otot yang membentuk dasar panggul. Faktor penyebab lain yang sering adalah
melahirkan dan menopause, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan
lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan
pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi
bertingkat-tingkat
2.2 Anatomi
ANATOMI
PANGGUL dan STRUKTUR PENYANGGA ORGAN PANGGUL
Secara
anatomis, organ panggul seperti vagina – uterus – kandung kemih dan rektum
dipertahankan pada posisi yang normal dalam panggul oleh sepasang muskulus levator
ani bilateral yang kearah posterior mengalami fusi.
Celah muskulus levator ani di bagian anterior disebut sebagai hiatus levator ani.
Kearah inferior, hiatus levator ani tertutup dengan diafragma urogenitalis.
Saat masuk kedalam panggul, urethra – vagina dan rektum melintas hiatus levator ani dan diafragma urogenitalis. Fascia endopelvikum adalah fascia organ visera panggul yang membentuk kondensasi bilateral dalam bentuk ligamentum (yaitu ligamentum pubourethralis – kardinalis dan uterosakralis). Ligamentum tersebut menempelkan organ dengan fascia dinding lateral pelvis dan tulang panggul.
Celah muskulus levator ani di bagian anterior disebut sebagai hiatus levator ani.
Kearah inferior, hiatus levator ani tertutup dengan diafragma urogenitalis.
Saat masuk kedalam panggul, urethra – vagina dan rektum melintas hiatus levator ani dan diafragma urogenitalis. Fascia endopelvikum adalah fascia organ visera panggul yang membentuk kondensasi bilateral dalam bentuk ligamentum (yaitu ligamentum pubourethralis – kardinalis dan uterosakralis). Ligamentum tersebut menempelkan organ dengan fascia dinding lateral pelvis dan tulang panggul.
Corpus Perineal adalah titik pusat seluruh otot panggul. Meskipun saat meneran isi cavum abdomen mendesak organ panggul, organ panggul akan tetap berada pada tempatnya dan berada diatas “levator sling” dan corpus perinealis.
2.3 Langkah Kejadian
Normalnya uterus
tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar
panggul. Prolapsus uteri terjadi ketika ikatan sendi atau otot-otot dasar
panggul meregang atau melemah, membuat sokongan pada uterus tidak adekuat.
Faktor penyabab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan
lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina
bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot
dasar panggul menjadi atrofi dan melemah
2.4 Etiologi
Etiologi dari prolapsus uteri
terdiri dari : Kelemahan jaringan ikat pada daerah rongga panggul, terutama
jaringan ikat tranversal. Pertolongan persalinan yang tak terampil sehingga
meneran terjadi pada saat pembukaan belum lengkap. Terjadi perlukaan jalan
lahir yang dapat menyebabkan lemahnya
jaringan ikat penyangga vagina. Serta ibu yang banyak anak sehingga jaringan
ikat di bawah panggul kendor. Menopause juga dapat menyebabkan turunnya rahim karena
produksi hormon estrogen berkurang sehingga elastisitas dari jaringan ikat
berkurang dan
otot-otot panggul
mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan pada rahim
Dasar panggul yang lemah oleh kerusakan
dasar panggul pada partus (rupture perinea atau regangan) atau karena usia
lanjut. Menopause, hormon estrogen telah berkurang sehingga otot dasar panggul
menjadi atrofi dan melemah. Tekanan abdominal yang meninggi karena ascites,
tumor, batuk yang kronis atau mengejan (obstipasi atau strictur dari tractus
urinalis). Partus yang berulang dan terjadi terlampau sering. Partus dengan
penyulit. Tarikan pada janin sedang pembukaan belum lengkap. Ekspresi menurut
creede yang berlebihan untuk mengeluarkan placenta.
Jadi tidaklah mengherankan jika prolapsus genitalis terjadi
segera setelah partus atau dalam masa nifas. Ascites dan tumor-tumor didaerah
pelvis mempermudah terjadinya hal tersebut. Bila prolapsus uteri dijumpai pada
nullipara, factor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan
penunjang uterus.
2.5 Fisto Patologi
2.5.1
Fisiologis
Posisi serta letak uterus dan vagina
dipertahankan oleh ligament, fascia serta otot-otot dasar panggul. Te Linde
(1966) membagi atas 4 golongan, yaitu :
Ligamen-ligamen
yang terletak dalam rongga perut dan ditutupi oleh peritonium :
ligamentum
rotundum (lig teres uteri) : ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi
dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan
kanan.
Ligamentum
sacrouterina : ligamentum yang juga menahan uterus supaya tidak banyak
bergerak, berjalan melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kanan
melalui dinding rektum ke arah os sacrum kiri dan kanan.
Ligamentum
cardinale (Mackenrodt) : ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus
tidak turun. Ligamentum ini terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari
serviks dan puncak vagina ke arah lateral ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah a v uterina.
Ligamentum
latum : ligamentum yang berjalan dari uterus ke arah lateral dan tidak banyak
mengandung jaringan ikat. Sebetulnya ligamentum ini adalah bagian peritoneum
visceral yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan. Di
bagian lateral dan belakang ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium
sinistrum dan dekstrum). Untuk memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak
artinya.
Ligamentum
infundibulopelvikum (lig. Suspensorium ovarii) : ligamentum yang menahan tuba
fallopii, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Didalamnya
ditemukan urat saraf, saluran-saluran limfe, a v ovarika. Sebagai alat
penunjang ligamentum ini tidak banyak artinya.
Jaringan
–jaringan yang menunjang vagina
Fasia
puboservikalis (antara dinding depan vagina dan dasar kandung kemih) membentang
dari belakang simfisis ke serviks uteri melalui bagian bawah kandung kencing,
lalu melingkari urethra menuju ke dinding depan vagina. Kelemahan fasia ini
menyebabkan kandung kencing dan juga uretra menonjol ke arah lumen vagina.
Fasia
rektovaginalis (antara dinding belakang vagina dan rectum). Kelemahan fasia ini
menyebabkan menonjolnya rektum ke arah lumen vagina.
Kantong
Douglas
Dilapisi
peritonium yang berupa kantong buntu yang terletak antara ligamentum
sacrouterinum di sebelah kanan dan kiri , vagina bagian atas di depan dan
rektum di belakang. Di daerah ini, oleh karena tidak ada otot atau fasia,
tekanan intraabdominal yang meninggi dapat menyebabkan hernia (enterokel).
Otot-otot
dasar panggul, terutama otot levator ani
Dasar
panggul terdiri dari :
diafragma pelvis
diafragma urogenital
otot penutup genitalia
eksterna
Diafragma
pelvis :
otot levator ani :
iliokoksigeus, pubokoksigeus dan puborektalis
koksigeus
fasia endopelvik
Fungsi
levator ani :
mengerutkan lumen rektum, vagina,
urethra dengan cara menariknya ke arah dinding tulang pubis, sehingga
organ-organ pelvis diatasnya tidak dapat turun (prolaps).
mengimbangkan
tekanan intraabdominal dan tekanan atmosfer, sehingga ligamen-ligamen tidak
perlu bekerja mempertahankan letak organ-organ pelvis diatasnya.
Sebagai
sandaran dari uterus, vagina bagian atas, rectum dan kantung kemih. Bila otot
levator rusak atau mengalami defek maka ligamen seperti ligamen cardinale,
sacrouterina dan fasia akan mempunyai beban kerja yang berat untuk
mempertahankan organ-organ yang digantungnya, sebaliknya selama otot-otot
levator ani normal, ligamen-ligamen dan fasia tersebut otomatis dalam istirahat
atau tidak berfungsi banyak.
M.
Pubovaginalis berfungsi sebagai :
-
penggantung vagina. Karena
vagina ikut menyangga uterus serta adnexa, vesica urinaria serta urethra dan
rectum, maka otot ini merupakan alat penyangga utama organ-organ dalam panggul
wanita.
-
Robekan atau peregangan
yang berlebihan merupakan predisposisi terjadinya prolapsus cystocele dan
rectocele
-
Sebagai sphincter
vaginae dan apabila otot tersebut mengalami spasme maka keadaan ini disebut
vaginismus
M.
puborectalis berfungsi sebagai :
-
penggantung rectum
-
mengontrol penurunan
feces
-
memainkan peranan kecil
dalam menahan struktur panggul.
M.
iliococcygeus berfungsi sebagai :
-
Sebagai lapisan
musculofascial.
Diafragma
urogenital
Fungsi
diafragma urogenital:
-
memberi bantuan pada
levator ani untuk mempertahankan organ-organ pelvis
2.5.2
Patologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai
tingkat, dari yang paling ringan sampai prolapsus uteri kompleta atau totalis.
Sebagai akibat persalinan, khususnya persalinan yang susah terdapat
kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fascia endopelvika dan
otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Dalam keadaan demikian tekanan
intraabdominal memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus oto-otot
berkurang.
Jika serviks uteri terletak di luar
vagina, maka ia menggeser dengan celana yang dipakai oleh wanita dan lambat
laun bias berbentuk ulkus, yang dinamakan ulkus dekubitus.
Jika fascia didepan dinding vagina
kendor oleh suatu sebab, biasanya trauma obstetric, ia terdorong oleh kandung
kencing ke belakang dan menyebabkan menonjolnya dinding depan vagina ke
belakang, hal ini dinamakan sistokel.
Sistokel ini pada mulanya hanya ringan
saja, dapat menjadi besar kar\ena persalinan berikutnya, terutama jika
persalinan itu berlangsung kurang lancar, atau harus diselesaikan dengan
menggunakan peralatan. Urethra dapat pula ikut serta dalam penurunan itu den
menyebabkan urethrokel. Uretherokel ini harus dibedakan dari divertikulum
urethra. Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal, hanya
dibelakang urethra ada lubang yang menuju ke kantong antara urethra dan vagina.
Kekendoran fascia dibelakang vagina oleh
trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum ke
depan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol ke lumen vagina, ini
dinamakan rectokel.
Enterokel adalah suatu hernia dari cavum
douglasi. Dinding vagina atas bagian belakang turun , oleh karena itu menonjol
kedepan, isi kantong hernia ini adalah usus halus atau sigmoid.
2.6 Klasifikasi
Friedman dan Little ( 1961 )
mengemukakan beberapa macam klasifikasi yang dikenal yaitu:
- Prolapsus uteri tingkat I, dimana serviks uteri turun sampai introitus vagina ;
- Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus vagina ;
- Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina; prolapsus ini juga disebut prosidensia uteri.
- Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vagina ;
- Prolapsus uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari setengah bagian ;
- Prolapsus uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari setengah bagian.
- Prolapsus uteri tingkat I, serviks mendekati prosesus spinosus ;
- Prolapsus uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosesus spinosus dan introitus vagina ;
- Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D
- ditambah dengan prolapsus uteri tingkat IV (prosidensia uteri).
Prosidensia
uteri adalah suatu penyimpangan anatomi yang paling kompleks. Dapat menjadi
sistokel karena kendornya fasia dinding depan vagina (misal trauma obstetrik)
sehingga vesika urinaria terdorong ke belakang dan dinding depan vagian
terdorong ke belakang. Dapat terjadi rektokel, karena kelemahan fasia di
dinding belakang vagina, oleh karena trauma obstetrik atau lainnya, sehingga
rekrum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke
depan
2.7 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan vaginal dengan
menggunakan Spekulum
Sim yang
berdaun tunggal. Pasien
diminta meneran dan pada saat yang bersamaan dokter menekan dinding posterior
vagina. Dengan cara ini dapat terlihat penurunan dinding depan vagina beserta sistokel dan pergeseran muara urethra.
Selanjutnya mintalah pasien meneran sambil menekan dinding anterior vagina, dengan cara ini dapat terlihat enterokel dan rektokel. Pemeriksaan rektal sering berguna untuk menunjukkan adanya rektokel dan membedakannya dengan enterokel.
Selanjutnya mintalah pasien meneran sambil menekan dinding anterior vagina, dengan cara ini dapat terlihat enterokel dan rektokel. Pemeriksaan rektal sering berguna untuk menunjukkan adanya rektokel dan membedakannya dengan enterokel.
Keluhan-keluhan penderita, kehamilan, fisik dan
pemeriksaan ginekologik umumnya dengan mudah dapat menegakkan diagnosis
prolapsus genitalia.
Friedman
dan Little (1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut:
- Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan, dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah porsio uteri pada posisi normal, atau porsio sampai introitus vagina, atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari biasa dinamakan elongasio kolli.
- Pada sistokel dijumpai didinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan. Jika dimasukkan ke dalam kantung kencing kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina. Uretrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel, dekat pada orifisium urethrae eksternum.
- Menegakkan diagnosis rektokel yaitu menonjolnya rektum ke lumen vagina sepertiga bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang dari proksimal ke distal, kistik dan tidak nyeri. Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rektum, dan selanjutnya dapat diraba dinding rektokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel menonjol kelumen vagina lebih atas dari rektokel. Pada pemeriksaan rektal dinding rektum lurus, ada benjolan ke vagina terdapat diatas rektum.
- Endoskopi.
Visualisasi sistoskopi peristaltik usus di bawah dasar vesika urinaria
atau trigonum dapat mengidentifikasi enterokel anterior pada beberapa
pasien.
Fotografi. Fotografi pada stadium II dan prolaps yang lebih besar dapat digunakan baik untuk membuktikan kebenaran perubahan kondisi masing-masing pasien. Prosedur immaging. Teknik imaging yang berbeda telah digunakan untuk melihat anatomi dasar pelvik, defek penunjang, dan hubungan antara organ yang berdekatan. Teknik ini mungkin lebih akurat dari pemeriksaan fisis dalam menentukan organ mana yang terlibat dalam prolaps organ pelvik.
2.8 Penatalaksaan
Tindakan pencegahan dilakukan
dengan mengatasi masalah:
1.
Penyakit pernafasan dan
metabolisme kronik
2.
Konstipasi
3.
Gangguan intra abdominal
4.
Pemberian estrogen pada
wanita menopause
Tindakan non bedah :
- Olah raga untuk menguatkan otot dasar panggul
- Pesarium :
-
Keadaan umum tak memungkinkan
tindakan pembedahan
-
Kehamilan atau pasca
persalinan
-
Terapi dekubitus sebelum
operasi
Pesarium dapat menyebabkan iritasi lokal dan
ulserasi. Setiap 6 – 12 minggu pesarium dilepas dan dibersihkan untuk
menghindari pembentukan fistula, impaksi, perdarahan dan infeksi.
Pembedahan :
Tujuan utama pembedahan :
Tujuan utama pembedahan :
1.
Mengatasi keluhan
2.
Restorasi anatomi
3.
Restorasi fungsi organ visera
4.
Memulihkan fungsi seksual
Kolforafi Anterior :
digunakan untuk koreksi sistokel dan pergeseran
urethra. Berupa tindakan plikasi fasia puboservikal untuk menyangga kandung
kemih dan urethra.
Kolporafi Anterior
Kolforafi Posterior :
digunakan untuk koreksi rektokel
digunakan untuk koreksi rektokel
Perineorafi :
digunakan untuk mengatasi defisiensi corpus perineal.
Kolporafi Posterior
Enterekol :
Prinsip terapi seperti terapi hernia.
·
Isi kantung dikurangi
·
Leher kantung ( peritoneal
sac ) diligasi
·
Penutupan defek dengan
mendekatkan ligamentum uterosakral dengan muskulus levator ani
Operasi Manchester :
merupakan kombinasi dari
merupakan kombinasi dari
·
Kolforafi anterior
·
Amputasi servik yang
memanjang ( “elongated cervix” )
·
Kolfoperineorafi posterior
·
Menjahit ligamentum kardinale
didepan puntung servik agar terjadi anteversi uterus
Histerektomi Vaginal :
Dapat dikerjakan secara tersendiri atau disertai pula dengan dengan kolforafi anteror dan posterior.
Dapat dikerjakan secara tersendiri atau disertai pula dengan dengan kolforafi anteror dan posterior.
Colpocleisis Partial LeFort’s :
menjahit sebagian dinding anterior dan posterior vagina
sehingga uterus berada di bagian atas vagina yang sebagian sudah tertutup
akibat disatukannya dinding depan dan belakang vagina.
Colpocleisis Total :
Melakukan obliterasi total vagina
Melakukan obliterasi total vagina
Kolpokleisis
Suspensi
Putung Vagina ( Colpopleksi )
yang
dapat dikerjakan transvaginal atau transabdominal. Tindakan ini berupa
penggantungan puntung vagina pada sakrum atau pada ligamentum
sakrospinosum atau ligamentum uterosakral.
A. Konservatif
Pengobatan cara ini tidak seberapa
memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa
keluhan, atau penderita masih ingin mendapat anak lagi, atau penderita menolak
untuk operasi atau kondisinya tidak memungkinkan untuk dioperasi.
1.
Latihan-latihan otot dasar
panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus enteng, terutama yang
terjadi pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk
menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi.
Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan. Caranya ialah penderita disuruh
menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai
berhajat, atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan
air kencing dan tiba-tiba menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih
efektif dengan menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri atas
obturator yang dimasukkan ke dalam vagina, dan yang dengan suatu pipa
dihubungkan dengan suatu manometer. Dengan demikian, kontraksi otot-otot dasar
panggul dapat diukur.
2.
Stimulasi otot-otot dengan alat
listrik
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat
listrik, elektrodenya dapat dipasang dalam pessarium yang dimasukkan dalam
vagina.
3.
Pengobatan dengan pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif,
yakni menahan uterus di tempatnya selama dipakai. Oleh karena jika pessarium
diangkat, timbul prolapsus lagi. Prinsip pemakaian pessarium adalah bahwa alat
tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian
dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina
bagian bawah. Jika pessarium terlalu kecil atau dasar panggul terlalu lemah,
pessarium jatuh dan prolapsus uteri akan timbul lagi. Pessarium yang paling
baik untuk prolapsus genitalis adalah pessarium cincin, terbuat dari plastik.
Jika dasar panggul terlalu lemah, digunakan pessarium Napier yang terdiri atas
suatu gagang (stem) dengan ujung atas suatu mangkok (cup) dengan beberapa
lubang, dan diujung bawah 4 tali. Mangkuk ditempatkan dibawah serviks dan
tali-tali dihubungkan dengan sabuk pinggang untuk memberi sokongan pada
pessarium. Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari
jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vaginae; ukuran
tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk mendapat diameter dari pessarium yang akan
dipakai. Untuk mengetahui setelah dipasang, apakah ukurannya cocok, penderita
disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar, penderita disuruh
jalan-jalan, apabila ia tidak merasa nyeri, pessarium dapat dipakai terus.
Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal
saja penderita diawasi secara teratur. Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2-3
bulan sekali; vagina diperiksa inspekulo untuk menentukan ada tidaknya
perlukaan; pessarium dibersihkan dan dicucihamakan, dan kemudian dipasang
kembali. Apabila pessarium dibiarkan dalam vagina tanpa pengawasan yang
teratur, dapat timbul komplikasi ulserasi, dan terpendamnya sebagian dari
pessarium dalam vagina, bahkan bisa terjadi fistula vesikovaginalis atau
fistula rektovaginalis.
B.
Fisioterapi
Jika
prolapsus bersifat ringan sampai sedang, dapat dirujuk kepada pakar fisioterapi
untuk penanganannya. Fisioterapi dapat membantu merencanakan jadwal individual
yang melibatkan senam otot dasar panggul. Senam ini, yang di sebut senam Kegel,
dapat mencegah prolapsus bertambah parah dan dapat mengurangi rasa nyeri
punggung, nyeri panggul dan inkontinensia urin.
C.
Hormone replacement therapy (HRT)
Wanita
menopaus yang mengalami prolapsus uteri dapat mendapat manfaat dari Terapi
Penggantian Hormon (TPH). TPH dapat membantu menguatkan dinding vagina dan otot
dasar panggul dengan meningkatkan konsentrasi estorgen dan kolagen dalam darah;
tetapi tidak banyak bukti yang menyatakan apakah efektif atau tidak dalam menangani
prolapsus uteri.
D.
Operatif
Penanganan
bedah mungkin diperlukan apabila prolapsus itu menyebabkan gejala yang
bermakna. Beberapa metode tersedia dan pilihan yang mana akan bergantung kepada
beberapa variabel dan kehadiran keadaan lain yang bisa mengancam. Kebanyakan
tujuan dari penanganan bedah pada prolaps adalah untuk mengangkat keatas organ
prolaps itu kembali ke posisi asalnya. Prosedur ini dijalankan bagi wanita yang
masih ingin hamil. Histerektomi adalah satu-satunya tindakan yang sama sekali
membuang organ yang prolaps itu. Bagi wanita yang telah mempunyai anak, atau
yang tidak mau hamil lagi, maka histerektomi pervaginum adalah pilihan yang
sesuai untuk penanganan. Pilihan operasi tergantung kepada jenis prolaps yang
dialami pasien, umur, keinginan mempunyai anak lagi atau tidak, keaktifan
seksual, ketrampilan operator dan juga pendapat pasien.
2.9 Prognosa
Sebagian besar wanita dengan prolapsus uteri ringan
tidak mengalami gejala dan tidak butuh pengobatan. Pessarium vagina dapat
sangat efektif untuk banyak wanita dengan prolapsus uteri.tindakan operasi
selalu memberikan hasil yang memuaskan, meskipun beberapa wanita mungkin
membutuhkan pengobatan lagi di masa akan datang untuk prolapsus dinding vagina
yang berulang
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prolapsus uteri, sistokel, urethrokel,
enterokel, rektokel dan kolpokel pasca histerektomia merupakanbagian dari
bentuk-bentuk Prolapsus Vagina. Sedangkan Prolapsus uteri itu sendiri terjadi
karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat
dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri
tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik
pertumbuhannya dan kurang ketegangannya. Faktor penyabab lain yang sering
adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum
pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatlaksanaan
pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat.
Klasifikasi
Tingkat
I : Uterus turun dengan serviks
paling rendah dalam introitus vagina
Tingkat
II : Uterus sebagian keluar dari
vagina
Tingkat
III :Uterus keluar seluruhnya dari
vagina yang disertai dengan inversio vagina (PROSIDENSIA UTERI)
3.2
Saran
Perlunya pencegah terhadap kemungkinan terjadinya prolaps uteri
dengancara mengosongkan kandung kemih pada kala pengeluaran, penjahitan
perineum yang lege artis, bila perlu lakukan episiotomi, memimpin persalinan
dengan baik, hindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (parasat crede).
Penanganan prolapsus uteri sebaiknya dilakukan dengan menilai
keadaan dari keadaan umum pasien, umur, masih bersuami atau tidak, tingkat
prolaps sehingga didapatkan terapi yang paling ideal untuk setiap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Winkjosastro
H.dr. Ilmu Kandungan. Kelainan letak-letak alat-alat genital. Edisi kedua.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2007. Hal. 421.
Lotisna,
D. Prolaps Genitalia. Devisi uroginekologi rekonstruksi. Departemen Obstetri dan
Ginekologi. FK UH. Makassar
Junizaf.
Prolapsus alat genitalia. Dalam: Junizaf. Ed. Buku ajar uroginekologi.
Subbagian
Uroginekologi-Rekonstruksi Bagian
Obstetri dan Ginekologi
FKUI/RSUPN-CM.
Jakarta, 2002:
70-75
Rasjidi I. Manual Histerektomi. Histerektomi
Vaginal. EGC. Jakarta.2008. Hal. 180-189.
Manuaba I. Dasar-Dasar Teknik
Operasi Ginekologi. Operasi Prolaps Uteri. EGC. Jakarta.2004.Hal.354
Muchtar
R. Kelainan dalam letak alat-alat genital. Dalam:
S,
Saifuddin AB. Ed. Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,
1991: 360-374
Suheimi
K.H.dr. (26 July 2008). Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan. Prolapsus Uteri. http://ksuheimi.blogspot.com/2008/06/penyakit-dan-kelainan-alat
kandungan_26.html .diunduh ( 26 oktober 2011 )
Clinic
Mayo. Uterine Prolaps.( 10 April 2008). Womens Health. http://www.womenshealthlondon.org.uk/leaflets/prolapse/prolapse.html.diunduh ( 26 Oktober 2011 )
Mc.
Neeley. G.S. et al. ( Desember 2008 ). Gynecology and Obstetrics. Pelvic
Relaxation Syndrome.
http://www.stjohnsmercy.org/healthinfo/adult/urology/cystocel.asp.diunduh
( 26 Oktober 2011 )
dr.Bambang
Widjanarko, SpOG (19 Agustus 2010). Ginekologi DISFUNGSI SISTEM UROGENITAL pada WANITA.
Komentar :
Posting Komentar