Rabu, 21 November 2012

Infeksi Human Immunodeficiency Virus pada Kehamilan

Kendatipun tidak seganas SARS (severe acute respiratory syndrome) yang menimbulkan kematian dalam hitungan hari, maka infeksi Human immunodeficiency virus sangat merisaukan dunia, karena jumlahnya setiap hari semakin meningkat, sementara itu pengobatannya belum ditemukan.

Di seluruh dunia, diperkirakan 30 juta orang telah mengidap infeksi HIV, sedangkan anak-anak diperkirakan sekitar 1,4-2 juta tertular dengan berbagai cara. Diperkirakan juga bahwa setiap hari infeksi HIV bertambah sekitar 100.000 orang, sementara yang sedang menderita tidak dapat diobati dengan baik. Indonesia yang terletak di antar dua samudera dan dua benua, 245.000 orang telah mengidap infeksi HIV.

Distribusi infeksi HIV pada orang berumur antara 20-49 tahun yang merupakan masa produksi aktif. Sekitar 90-95% dengan 24-30% di antaranya adalah wanita.


Gambaran Virologi dan Transmisi Infeksi HIV
HIV merupakan salah satu retrovirus yang mempunyai enzim reverse transcriptase, dengan kemampuan untuk mengubah RNA virus menjadi untai ganda DNA virus. Enzim "integrase" memberikan kesempatan DNA virus berintegrasi dengan sel DNA pejamu.

HIV dengan perantara enzim dapat melekat pada limfosit T yang dikeluarkan oleh timus, dalam hal ini CD4, dengan perantara enzim reverse transcriptase. Setelah masuk maka enzim integrase akan bekerja dengan mempergunakan mekanisme metabolisme sel sendiri, untuk menggandakan DNA serta memecah virus sehingga sel tersebut akan rusak. HIV baru yang telah mampu menggandakan diri sccara intrascluler, kini akan menyebar dan mencari mangsa CD4 yang baru, menggunakan mekanisme yang sama.

Masa inkubasi infeksi HIV berlangsung 1-3 minggu tergantung dari kemampuan daya tahun tubuh dengan gejala klinik:
1. Badan panas, sakit kepala.
2. Cepat lelah.
3. Disertai mual dan muntah.
4. Berlangsung sekitar 2-3 minggu.

Setelah masa infeksi berakhir akan diikuti oteh keadaan yang disebut "set point" yang berarti terjadi keseimbangan antara kemampuan untuk bertahan dari tubuh dan terjadinya
pemecahan - replikasi virus seimbang, sehingga tidak menimbulkan gejala klinik. Masa set point dapat berlangsung sekitar 5-10 tahun tagantung dari tuhuh membentuk dan mempertahankan jumlah CD4. Gambaran darah dengan infeksi HIV virus adalah :

1. Terjadi penurunan CD4.
2. T3 limposit tidak sanggup membentuk antibodi, untuk melawan HIV.

Dasar diagnosis infeksi HIV virus
Seperti dikemukakan bahwa terdapat sejumlah sikap perilaku seksual yang akan memberikan kemungkinan terinfeksi oleh virus HIV, bagi wanita/laki-laki yang dalam situasi scksual aktif di negara yang tclah maju mengajukan pertanyaan "apakah pernah berhubungan seksual dengan pasangan yang tidak mempergunakan kondom", bukanlah pertanyaan yang aneh, terapi sangat baik dan malah harus dilakukan.

Diagnosis pada saat infeksi pertama, mungkin sudah di tegakkan, karena gejalanya ringan mirip dengan infeksi influenza biasa. Setelah 44-45 hari terinfeksi barulah akan dapat dilakukan pemeriksaan antibodi dengan mempergunakan pemeriksaan: enzim immunoassay (EIA). Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas 97% sedangkan spesifitasnya mendekati 99,4% (sempurna) untuk diagnosis infeksi virus HIV.

Pemeriksaan lainnya adalah:
1. Tes langsung terhadap virus HIV, pada infeksi primer.
2. Kultur virus HIV untuk/dengan menetapkan terdapatnya p 24 antigen.
3. Polymerase chain reaction (PCR) untuk menetapkan HIV.1 - proviral DNA.

Dalam permulaan infeksi akan dijumpai:
1. Lemah dan cepat lelah
2. Riwayat TBC sebelumnya.
3. Terjadi infeksi berulang pada:
a. Infeksi paru - pneumonia.
b. Kandidadiasis vagina.
c. Terjadi infeksi PID berulang.

4. Terjadi diare berulang tanpa sebab yang jelas.
Setelah melewati masa set point dan mulai menuju AIDS barulah pemeriksaan fisik akan dijumpai berbagai bentuk manifestsi immunosupresi tubuh, dan mulai muncul infeksi sekunder.

1. Suara paru yang abnormal - menunjukkan mulai terjadi infeksi sekunder pneumonia.
2. Pembesaran kelenjar diseluruh tubuh, sebagai tempat berkembang biaknya virus HIV - tempat sekitar 95% CD4 tersimpan.
3. Pada mulut tcrjadi infeksi sekundcr sehingga dijumpai sariawan.

Dengan demikian maka derajat dapat ditetapkan, untuk dapat memberikan pengobatan adekuat.

Perkembangan lebih lanjut akan terjadi infeksi sekunder dan keganasan oleh karena daya tahan tubuh sudah tdak mampu mengatasi infeksi HIV. Secara laboratorium aquired immuno deficiency syndrome (AIDS) semakin cepat terjadi jika CD4 kurang dari 200 sel/UI.

Infeksi sekunder yang sering terjadi adalah:
1. Pneumocystiscarinii.
2. Toksoplasmosis.
3. mycobacterium avium complex.
4. Streptokokus/stafilokokus.
5. Keganasan yang sering menyertai AIDS adalah:
a. Karsinoma.
b. Sarkoma.
c Menurunnya reaksi terhadap toksin karenagangguan fungsi liver.
d. Menurunnya pengeluaran interkulin 2, dengan akibat menghambat kemampuan CD4 untuk bereaksi terhadap HIV.
e. Akibat CD4 menjadi tempat replikasi HIV, maka umurnya makin pendek.
f. Diketahui bahwa CD4 hanya 2-4% beredar dalam sitkulasi, sebagian besar dalam kelenjar limfa di seluruh tubuh.

Jalan penularan human immunodeficiency virus
Kontaminasi cairan yang mengandung virus khususnya melalui hubungan seksual merupakan cara transmisi yang paling utama di seluruh dunia.

Berkaitan dengan hubungan seksual maka homoseksual menempati urutan utama, karena HIV berkonsentrasi paling tinggi di sekitar mukosa anus. Selanjutnya hubungan seksual multipartner menempati urutan yang kedua. Cara lainnya yang perlu diketahui adalah kontaminasi HIV melalui:
1. Penggunaan jarum suntik bersama-sama pada pemakai obat narkotik.

2. Infeksi dari laki-laki kepada wanita sekitar dua kali lebih besar dari sebaliknya.

3. Perlu diperhatikan bahwa konsentrasi virus - viremia paling tinggi pada infeksi pertama atau pada saat penyakit stadium lanjut. Akibatnya semua cairan tubuhnya akan mengandung virus yang selalu dapat menimbulkan kontaminasi kepada orang lainnya.

4. Transmisi dari ibu menuju janinnya dapat dijabarkan dalam tiga kemungkinan:
a. intrauteri
b. Intra partum
c. Post partum

Dapat dikemukakan bahwa perilaku yang meningkatkan resiko takontaminasi infeksi HIV antara lain:
1. Perilaku seksual dengan resiko tinggi:
a. Homoseksual melalui anal, tanpa kondom.
b. Multipartner vagina tanpa kondom.
c. Hubungan scksual transvaginal tanpa kondom, sekalipun mempergunakan spermiside.
d. Hubungan seksual multipartner.

2. Pada para pemakaian jarum suntik multipartner/tidak steril.
3. Perilaku seksual yang abnormal.
a. Oral seks antar lelaki.
b. Oral seks antar wanita.

4. Memakai obat atau kebiasaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
a. Peminum alkohol.
b. Pemakai obat narkotik.

5. Berhubungan seksual pada wanita atau laki dalam fase set point.

by artikelkedokteran.net

Komentar :

ada 0 Comment ke “ Infeksi Human Immunodeficiency Virus pada Kehamilan ”
dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.