Selasa, 21 Oktober 2014

DISMENORE ( NYERI HAID )

PENGERTIAN DISMENORE
Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah .

Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat  bersifat kolik atau terus menerus.

Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.

Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya.  Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.

Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa har. Ada 2 jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pembagian dismenorea  adalah sebagai berikut : pertama dismenorea primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD. menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja hampir semuanya disebabkan dismenorea primer.

Dismenorea primer disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena penyakit organik pelvis, sedangkan dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja

ETIOLOGI
Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer umumnya dijumpai pads wanita dengan siklus berovulasi. Penyebab tersering dismenore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interns. Dismenore sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu stres.

a.       Dysmenorrhea primer

Penyebab dari nyeri haid ini belum di temukan secara pasti meski telah banyak penelitian dilakukan untuk mencari penyebabnya. Etiologi dari dysmenorrhea primer tersebut adalah:

-          Faktor Psikologis

Biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dekat sedikit rasa nyari dapat merasakan kesakitan.

-          Faktor Endokrin

Pada umumnya hal ini dihubungankan dengan kontraksi usus yang tidak baik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.

b.      Dysmenorrhea sekunder

Dalam dysmenorrhea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah:

-          Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang menyebabkan pendarahan, tumor atau fibroid.

-          Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang terbalik, peradangan selaput lendir rahim.

-          Endometriosis, penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai persiapan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas dan dikeluarkan sebagai menstruasi.

 

 

KLASIFIKASI

Dysmenorrhea dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan adanya atau tidaknya kelainan ginekologis dan berdasarkan intensitas nyerinya.

1.      Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologis.

a.       Dysmenorrhea primer yaitu dysmenorrhea yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan ginekologis. Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi.

Dysmenorrhea primer timbul sejak menarche (pertama kali menstruasi), biasanya di tahun pertama atau kedua menstruasi. Dysmenorrhea ini terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudia akan hilang pada usia akhir 20an atau di awal 30an. Rasa nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum dan sesudah periode menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam.  Rasa nyeri di deskripsikan sebagai mirip kejang, spasmodik, berlokasi di perut bagian bawah (area suprapubik), dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah. Tidak itu saja, terkadang juga disertai rasa mual, muntah, diare, sakit kepala, nyeri pinggang bawah, rasa lelah dan sebagainya.

b.      Dysmenorrhea sekunder yaitu rasa nyeri yang berkaitan dengan kelainan ginekologis, baik secara anatomi maupun proses patologis dan pelvis. Dysmenorrhea sekunder biasa terjadi beberapa saat setelah menarche. Dapat juga dimulai setelah usia 25 tahun. Rasa nyeri dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa hari setelah menstruasi. Pada dysmenorrhea sekunder ditemui kelainan ginekologis seperti endometritis, adenomiosis, kista ovarium, mioma uteri, radang pelvis dan lain-lain.

2.      Berdasarkan intensitas nyeri.

a.       Dysmenorrhea ringan, yakni dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa pemakaian obat-obatan.

b.      Dysmenorrhea sedang, yakni dysmenorrhea yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu men inggalkan aktivitas sehari-hari.

c.       Dysmenorrhea berat, yakni dysmenorrhea yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari bahkan lebih.

 

 

PATOFISIOLOGI

1.      Dismenorea primer

(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan     pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri.

Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus . Jumlah leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis prostaglandin. Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.

 

2.      Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :

a. Endometriosis

b. Pelvic inflammatory disease

c. Tumor dan kista ovarium

d. Oklusi atau stenosis servikal

e. Adenomyosis

f. Fibroids

g. Uterine polyps

h. Intrauterine adhesions

i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)

j. Intrauterine contraceptive device

k. Transverse vaginal septum

l. Pelvic congestion syndrome

m. Allen-Masters syndrome

 

DIAGNOSA
Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama menstruasi, membutuhkan pemeriksaan ginekologis, perubahan-¬perubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder.

Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder menurut riwayat dan pemeriksaan fisik.

1.      Riwayat

a.       Riwayat menstruasi

·         Awitan menarke

·         Awitan dismenore yang berkaitan dengan minarke

·         Frekuensi dan keteraturan siklus

·         Lama dan jumlah aliran menstruasi

·         Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi.

b.      Deskripsi nyeri

·         Awitan yang terkait dangan masa menstruasi

·         Rasa kram spasmodic atau menetap

·         Lokasi menyeluruh atau spesifik

·         Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah

·         Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha.

·         Memburuk saat palpasi atau bergerak

c.       Gejala yang berkaitan

·         Gejala ekstragenetalia

·         Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan silus menstruasi.

d.      Riwayat obstetri-paritas

e.       Pemasangan AKDR

f.       Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder.

 

2.      Pemeriksaan fisik

a.       Pencatatan usia dan berat badan

b.      Pemeriksaan speculum

·         Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.

·         Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan pemeriksaan sediaan basah.

·         Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan riwayat pasien.

c.       Pemeriksaan bimanual

·         Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks

·         Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.

·         Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.

·         Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.

Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul,
Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dismenorea:

1.      Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.

2.      Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi.

3.      Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.

4.      Sedimentation rate.

5.       Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang relatif rendah.

6.      Laparoscopy

7.      Hysteroscopy

8.      Dilatation

9.      Curettage

10.  Biopsi Endomentrium

 

FAKTOR RISIKO
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun.
Faktor lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:

  • Rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)
  • Kurang berolah raga
  • Stres psikis atau stres sosial.

faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya dismenorea yang berat (severe episodes of dysmenorrhea) :

·         Menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at menarche)

·         Periode menstruasi yang lama (long menstrual periods)

·         Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstrual flow)

·         Merokok (smoking)

·         Riwayat keluarga yang positif (positive family history)

 

MANIFESTASI KLINIS

  • Dismenore primer; usia lebih muda, timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, sering pada nulipara, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik, nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
  • Dismenore sekunder yakni; usia lebih tua, cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur, tidak berhubungan dengan siklus paritas, nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul, nyeri dimulai dari haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.

A.    Dismenore Primer

1.      Deskripsi perjalanan penyakit

a.       Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.

b.      Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun nyeri yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua.

c.       Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti :

·         Muntah

·         Diare

·         Sakit kepala

·         Sinkop

·         Nyeri kaki

2.      Karakteristik dan faktor yang  berkaitan :

a.       Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.

b.      Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27 tahun, lalu mulai mereda.

c.       Umumnya terjadi pada wanita nulipara  , kasus ini kerap menuntun signifikasi setelah kelahiran anak.

d.      Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.

e.       Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.

f.       Jarang terjadi pada atlet.

g.      Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur.

h.      Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)

i.        Usia saat menstruasi pertama <12 tahun

 

B.     Dismenore sekunder

1.      Indikasi

a.       Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun

b.      Nyeri berdifat unilateral.

2.      Faktor yang berhubungan sebagai penyebab

a.       PRP

·         Awitan akut

·         Dispraurenia

·         Nyeri tekan asala palpasi dan saat bergerak

·         Massa adneksia yang dapat teraba

b.      Endometriosis

·         Dispsreunia siklik

·         Intensitas nyeri samakin meningkat sepanjang menstruasi (tidak terjadi sebelum menstruasi dan tidak berakhior dalam beberapa jam, seperti pada kasus dismenore primer).

·         Nyeri yangh menetap bukannya kram dan mungkin spesifik pada sisi lesi.

·         Kadang di temukan nodul yang mungkin teraba selama pemeriksaan.

c.       Fibriliomioma dan polip uterus

·         Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun reproduksi dari npada dismenore primer.

·         Disertai perubahan dalam aliran menstruasi.

·         Nyeri kram

·         Fibroleimioma yang dapat teraba

·         Polip yang bisa atau menonjol pada serviks.

d.      Prolaps uterus

·         Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun-tahu reproduktif dari pada dismenore primer.

·         Lebih umum terjadi pada pasian multipara.

·         Nyeri punggung awalnya di mulai saat pramenstruasi dan menetap sepanjang menstruasi.

·         Disertai disparunia dan nyeri panggul yang dapata di pulihkan dengan posisi terlentang, atau lutut-dada.

·         Sistokel dan inkontennesia urine terjadi bersamaan.

 

Tanda gejala umum yang paling sering muncul yaitu :

·         Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area lumbrosacral.

·         Sering disertai nausea, muntah

·         Diare

·         Kelelahan

·         Nyeri kepala

·         Emosi labil

Perbandingan gejala Dismenore Primer dengan Dismenore Sekunder :

 

1.      Dismenore Primer

·         usia lebih muda

·         timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur

·         sering pada nulipara

·         nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

·         nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan hari pertama dan kemudian dengan keluarnya darah haid

·         sering memberikan respons – sering memerlukan tindakan terhadap pengobatan medika dakan operatif mentosa

·         sering disertai mual, muntah, – tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala

2.      Dismenore Sekunder

·         usia lebih tua

·         tidak tentu

·         tidak berhubungan dengan paritas

·         nyeri terus-menerus

·         nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya darah haid.

 

GEJALA DAN TANDA

Gejala-gejala nyeri haid di antaranya yaitu: rasa sakit datang secara tidak teratur, tajam dan kram di bagian bawah perut yang biasanya menyebar ke bagian belakang, terus ke kaki, pangkal paha dan vulva (bagian luar alat kelamin wanita). Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Gejala-gejala tersebut meliputi tingkah laku seperti kegelisahan, defresi, iritabilitas/sensitif, lekas marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, mengidam makanan dan kadang-kadang perubahan suasana hati yang sangat cepat. Selain itu juga keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut kembung atau sakit, sakit kepala, sakit sendi, sakit punggung, mual, muntah, diare atau sembelit, dan masalah kulit seperti jerawat.

Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau melahirkan. Nyeri haid ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, kondisi tubuh yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini tidak membahayakan kesehatan. Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang menetap. Ada juga yang disebut dengan endometriosis, yaitu kelainan letak lapisan dinding rahim yang menyebar keluar rahim, sehingga apabila menjelang menstruasi, pada saat lapisan dinding rahim menebal, akan dirasakan sakit yang luar biasa. Selain itu, endometriosis ini juga bisa mengganggu kesuburan

JENIS NYERI HAID
Nyeri spasmodik terasa, di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa, haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak wanita terpaksa, harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada di antara yang pingsan, merasa, sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah.
Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama, walaupun banyak pula wanita yang tidak mengalami hat seperti itu.
Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya, bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mengalami pegal, sakit pada bush darts, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa, lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

MEKANISME NYERI HAID
Nyeri haid berpangkal pada mulainya proses menstruasi itu sendiri yang merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi. Kontraksi otot-otot rahim tersebut membuat aliran darah ke otot-otot rahim menjadi berkurang yang berakibat meningkatnya aktivitas rahim untuk memenuhi kebutuhannya akan aliran darah yang lancar, juga otot-otot rahim yang kekurangan darah tadi akan merangsang ujung-ujung syaraf sehingga terasa nyeri. Nyeri tersebut tidak hanya terasa di rahim, namun juga terasa di bagian-bagian tubuh lain yang mendapatkan persyarafan yang sama dengan rahim. Oleh karma itulah maka rasa tidak nyaman juga dirasakan di bagian-bagian tubuh yang digunakan untuk buang air besar, buang air kecil, maupun otot¬-otot dasar panggul dan daerah di sekitar tulang belakang sebelah bawah. Hal ini disebut juga sebagai nyeri rujukan (referred pain).
Peningatan kadar prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai penyebab terjadinya dismenore. PG alfa sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah haid wanita yang menderita dismenore primer. PG menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara pemngkatan kadar PG dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan infra uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PS yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual, muntah

 

PENGOBATAN

A.     Dismenore primer

1.      Latihan

a.       Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang

b.      Latihan menggoyangkan panggul

c.       Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau miring.

2.      Panas

a.       Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau abdomen bagian bawah

b.      Mandi air hangat atau sauna

3.      Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan  : hubungan seksual tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul.

4.      Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin

5.      Pijat daerah punggung, kaki , atau betis.

6.      Istirahat

7.      Obat-obatan

a.       Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala

b.      Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.

c.       Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-12 jam, tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.

d.      Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam.

8.      Terapi Komplementer

a.       Biofeedback

b.      Akupuntur

c.       Meditasi

d.      Black cohos

 

B.     Dismenore sekunder

1.      PRP

a.       PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis panggul.

b.      Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.

c.       Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :

·         Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.

·         Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.

·         Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan antibiotic pe IV.

d.      Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap terpi masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di anjurkan.

 

2.      Endometriosis

a.       Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi

b.      Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain sesuai anjuran dokter.

3.      Fibroid dan polip uterus

a.       Polip serviks harus di angkat

b.      Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus di rujuk ke dokter.

4.      Prolaps uterus

a.       Terapi definitive termasuk histerektomi

b.      Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan dapat di ringankan dengan beberapa cara berikut :

·         Latihan kegel

·         Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat kandung kemih.

 


ENDOMETRITIS

A.    Pengertian Endometritis
Endometritis adalah keradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium.  Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang, waktu yang diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.B.     Etiologi Endometritis
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.  Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium.  Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan.  Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit-leukosit.  Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Terjadinya infeksi endometrium pada saat:
a.       Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan.
b.       Pada saat terjadi keguguran.
c.       Saat pemasangan alat rahim (IUD) yang kurang legeartis.
Diduga uterus dan isinya steril selama kehamilan normal dan lebih dulu melahirkan. Kemudian waktu kelahiran atau setelah itu lumen uterus terkontaminasi mikroorganisme dari lingkungan, mikroorganisme, kulit dan feses melalui relaksasi peritoneum, vulva dan dilatasi cervik.
Ada berbagai macam faktor predisposisi dari endometritis. Ada sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.

C.    Gambaran Klinik Endometritis
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir.  Kadang-kadang lochia tertahan oleh darah, sisa-sisa palsenta dan selaput ketuban.  Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan diatasi.  Uterus pada endometriosis agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek.  Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri.  Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.  Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat.  Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:

Miometritis (infeksi otot rahim)
Parametritis (infeksi sekitar rahim)
Salpingitis (infeksi saluran telur)
Ooforitis (infeksi indung telur)
Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur.
 

D. PATOFISIOLOGI
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium.
Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory penyakit dan ginekologi prosedur invasif adalah prekursor-prekursor yang paling umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah pendahulu paling umum.
Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya berhubungan dengan produk-produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman atau elektif aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis endometritis telah melihat dengan infeksi (misalnya, klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis) dan kehadiran perangkat intrauterine.
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan waktusingkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuandarah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehatterdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat batas endometriumdapat dilampaui dan terjadilah penjalaran

D.    Jenis-jenis Endometritis
Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum.  Pada endometritis postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.  Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus provocatus.  Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus, dan oleb sebab itu tidak dibicarakan lebib lanjut di sini.  Infeksi post abortum dan post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan porte d’entree bagi kuman-kuman patogen. Selain in, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus dan tidak sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi lebih cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, tuba dan ovarium serta ke peritoneum di sekitarnya.  Gejala-gejala endometritis akuta dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.  Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD (intra-uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.  Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akuta tetap terbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.  Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.  Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting ialah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala:
a.       Demam
b.      Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar fluor yang purulent.
c.       Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
d.      Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.
e.       Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.  Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.  Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan menoragia. Pengobatannya tergantung dari penyebabnya.
Endometritis knonika ditemukan:
a.       pada tuberkulosis;
b.      jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
c.       jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
d.      pada polip uterus dengan infeksi;
e.       pada tumor ganas uterus;
f.       pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
g.      Fluor albus yang keluar dari ostium
h.      Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat infeksi yang terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.  Dahulu diagnosis endometritis kronika lebih sering dibuat daripada sekarang.  Sejak penelitian fundamental dari Hitshcmann dan Adler tentang histology endometrium selama siklus haid, diketahui bahwa banyak perubahan yang ditemukan dalam endometrium dan yang dahulu dianggap patologik adalah gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase siklus haid.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tuberculosis genital.  Pada pemeriksaan mikrskopik ditemukan tuberkel di tengah-tengah endometrium yang beradang menahun.
Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder pada penderita dengan salpingitis tuberkulosa.  Pada penderita dengan tuberculosis pelvic yang asimptomatik, endometritis tuberkulosa ditemukan bila pada seorang wanita dengan infertilitas dilakukan biopsy endometrial dan ditemukan tuberkel dalam sediaan.  Terapi yang kausal terhadap tuberculosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid lagi.
Pada abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan villi korialis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan plasenta tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.

F.     Diagnosa Endometritis
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina.
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami pemeriksaan postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode postpartum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk memastikan adanya pus, mengindikasikan keradangan pada uterus.  Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mangarah pada endometritis. Keradangan pada cervix (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum.  Untuk beberapa kasus endometritis klinis atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy akan tampak adanya peradangan akut atau kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus. Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulocyte dan dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual pada vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini adalah murah, cepat, menyediakan informasi sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan deteksi bau dari mukus pada vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva menggunakan paper towel kering dan bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva ke dalam vagina. Pinggir, atas dan bawah dinding vagina dan os cervik eksterna dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tangan biasanya tetap di vagina untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon protein akut atau menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan cervicitis mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy dapat dilakukan dengan menggunakan autoclavable plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard vaginoscope, yang diperoleh adalah inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada beberapa resistensi menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial untuk transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus vagina terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang digunakan untuk mengeluarkan isi vagina.

G.     Penanganan Endometritis

1.      Antibiotika dan drainase yang memadai
Merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.
2.      Carian intravena dan elektrolit
Merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
3.      Penggantian darah
Dapat diindikasikan untuk anemia berat post abortus atau postpartum.
4.      Tirah baring dan analgesia
Merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5.      Tindakan bedah
Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi servik. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan hati-hati.

Endometritis Akut
Terapi:
a.       Pemberian uterotonika
b.      Istirahat, posisi/letak Fowler
c.       Pemberian antibiotika
d.      Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan diagnosa corpus carcinoma.  Dapat diberi estrogen.

Endometritis Kronik
Terapi:
E       Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau myoma submucosa.  Kadang-kadang dengan kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.  Kuretase juga bersifat terapeutik.

H.  PENCEGAHAN
• Menyembuhkan penyakit metabolisme
ini sangat baik dengan memenuhi kebutuhan nutrisi sapi, salah satu caranya:
• Meningkatkan BCS 2 ke 3
• Memenuhi kebutuhan magnesium
• Perbaiki kebutuhan nutrisi, dan lingkungan kandang
• Menjaga kebersihan alat yang digunakan dalam pertolongan  kelahiran
• Mengawinkan sapi betina hendaknya dilakukan sekurang-kurangnya 60 hari post partum
• Dalam menangani retensi sekundinarum segera diadakan pertolongan dengan   teknik yang baik dan menyeluruh, jangan ada sisa sekundinae yang tertinggal di dalam uterus.

KONTRASEPSI


I. PENGERTIAN 

Kontrasepsi  berasal  dari  kata  “kontra”  berarti  mencegah  atau  melawan. Sedangkan  “konsepsi”  adalah  pertemuan  antara  sel  sperma  (sel  pria)  yang  mengakibatkan  kehamilan.

Kontrasepsi  adalah  menghindari  atau  mencegah  terjadinya  kehamilan  sebagai  pertemuan  antara  sel  telur  yang  matang  dengan  sel  sperma  tersebut.Sedangkan Akseptor merupakan orang yang sedang  menggunakan  suatu  alat  kontrasepsi  atau  dengan  kata  lain  pengguna  KB.

II. CARA KERJA

Cara  kerja  dari  kontrasepsi  bermacam-macam  tetapi  pada  umumnya :

1)      Mengusahakan  agar  tidak  terjadi  ovulasi.

2)      Melumpuhkan  sperma.

3)      Menghalangi  pertemuan  sel  telur  dan  sperma.

III.  JENIS-JENIS KONTRASEPSI

A. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat untuk mencegah kehamilan dengan menggunakan suatu hormon-hormon yang bisa menghambat kehamilan. dapat dibagi menjadi metode kontrasepsi kombinasi dan metode berisi hanya progesteron.

Kontrasepsi Hormon Kombinasi

Kontrasepsi hormon kombinasi dapat diberikan secara oral (pil KB kombinasi), transdermal (kontrasepsi patch), suntik sistemik (gabungan injeksi) dan melalui rute vagina (kombinasi cincin contraceptivevaginal). Bentuk lain berisi progestin saja atau kombinasi estrogen dan progestin. Kontrasepsi hormonal pria telah dievaluasi dalam uji coba manusia dan dapat menjadi pilihan di masa depan.

a.Pil

Kontrasepsi oral kombinasi adalah metode kontrasepsi hormonal yang paling sering digunakan. Seiring waktu, penggunaan dosis pil oral kombinasi estrogen dan progestin telah sangat berkurang untuk meminimalkan efek samping hormon tersebut, seperti adanya resiko kardiovaskuler bila diberikan pada dosis yang tinggi. Saat ini, dosis terendah merupakan dosis yang dapat mencegah kehamilan dan pendarahan flek. Meskipun isi estrogen harian bervariasi antara 20-50 µg dari estradiol ethinyl, sebagian besar mengandung 35 µg atau kurang. Komponen progestin dari pil oral kombinasi bervariasi dan mungkin termasuk ke dalam generasi pertama progestin (estranes) seperti norethindrone, asetat norethindrone, diacetate ethynodiol, dan norethynodrel, progestin generasi kedua, (gonanes), termasuk levonorgestrel dan norgestrel; atau generasi ketiga progestin seperti desogestrel, norgestimate, dan gestodene.

Mekanisme Pil Oral Kombinasi

Pil oral kombinasi memiliki beberapa aksi, tetapi pengaruh yang paling penting adalah untuk mencegah ovulasi dengan menekan hypothalamic gonadotropin-releasing factors. Hal ini mencegah sekresi pituitari dari follicle-stimulating hormone(FSH) dan luteinizing hormone (LH). Progestin mencegah ovulasi dengan menekan LH dan juga membuat lendir cervix menebal, sehingga memperlambat perjalanan sperma. Selain itu, obat ini juga membuat endometrium kurang baik untuk implantasi. Estrogen mencegah ovulasi dengan menekan pelepasan FSH. Hal ini juga menstabilkan endometrium, yang mencegah pendarahan intermenstrual-juga dikenal sebagai pendarahan terobosan (breakthrough/flek). (3),(9)

Efeknya sangat efektif menekan ovulasi, inhibisi migrasi sperma melalui lendir serviks, dan menciptakan endometrium yang kurang baik untuk implantasi. Dengan demikian, obat ini hampir mutlak memberikan perlindungan terhadap konsepsi.

Cara pemakaian pil kombinasi

Ada pil kombinasi yang dalam satu bungkus berisi 21 (atau 22) pil dan ada yang berisi 28 pil. Pil yang berjumlah 21-22 diminum mulai hari ke-5 haid tiap hari satu pil terus menerus, dan kemudian berhenti jika isi bungkus habis; sebaiknya pil diminum pada waktu tertentu atau sama setiap harinya, misalnya malam sebelum tidur. Beberapa hari setelah minum pil dihentikan, biasanya terjadi withdrawal bleeding dan pil dalam bungkus kedua dimulai hari ke-5 dari permulaan perdarahan. Apabila tidak terjadiwithdrawal bleeding, maka pil dalam bungkus kedua mulai diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. Pil dalam bungkus 28 pil diminum tiap malam terus-menerus. Pada hari pertama haid pil yang inaktif mulai diminum, dan dipilih pil menurut hari yang ditentukan dalam bungkus. Keuntungan minum pil berjumlah 28 biji ialah bahwa karena pil ini diminum tiap hari terus-menerus, tidak mudah dilupakan. Jika lupa meminumnya, pil tersebut hendaknya diminum keesokan paginya, sedang pil untuk hari tersebut diminum pada waktu yang biasa. Jika lupa minum pil dua hari berturut-turut, dapat diminum 2 pil keesokan harinya dan 2 pil lusanya. Selanjutnya, dalam hal demikian, dipergunakan cara kontrasepsi yang lain selama sisa hari dari siklus yang bersangkutan. Demikian pula hendaknya jika mulai minum pil, digunakan cara kontrasepsi lain selama sedikit-sedikitnya 2 minggu. Petunjuk umum untuk hal ini ialah: anggaplah bungkus pertama belum aman.

b.Transdermal

Ortho Evra patch (Ortho-McNeil Pharmaceutical, Raritan, NJ) memiliki lapisan dalam yang mengandung perekat dan matriks hormon, dan lapisan luar yang kedap air. Akibatnya, perempuan bisa mengenakan patch pada saat di bak mandi, kolam renang, dan sauna tanpa menurunkan kemanjurannya. Patch dapat ditempelkan pada pantat, lengan atas bagian luar, perut bagian bawah, atau tubuh bagian atas, tetapi hindari penggunaan pada payudara (Seperti tampak pada gambar 2.4 ). Karena hormon digabungkan dengan perekat, kerekatan kulit yang berkurang akan menurunkan penyerapan dan kemanjuran hormon. Oleh karena itu, jika daya lekat patch sudah jelek yaitu seperti diperlukannya penguatan dengan menggunakan selotip, maka patch harus diganti.

Penggunaan patch awal adalah sama caranya seperti pada pil oral kombinasi, dan patch yang berisi hormo ditempelkan selama 3 minggu, dengan mengganti patch 1 minggu 1 kali, diikuti oleh 1 minggu patch tanpa isi untuk memungkinkan terjadinya withdrawal penarikan. Meskipun patch sangat ideal dipakai tidak lebih dari 7 hari, kadar hormon tetap berada dalam rentang yang efektif sampai 9 hari, dan ini memberikan masa selang kosong selama 2 hari, ada juga yang mengatakan untuk 10 hari, untuk keterlambatan perubahan patch

Dalam penelitian nonrandomisasi besar terdapat empat dari enam kehamilan yang terjadi pada perempuan dengan berat badan lebih dari 90 kg, ini menunjukkan menurunnya angka keberhasilan pada perempuan yang memiliki berat badan besar. Setelah penggunaan selama beberapa siklus haid pertama, pola perdarahan dan efek samping yang terjadi ialah hampir sama dengan akseptor yang menggunakan pil oral kombinasi.

 

c.Transvaginal

NuvaRing (Organon USA, Roseland, NJ) adalah sebuah kontrasepsi hormonal intravaginal berbentuk cincin yang fleksibel. Terdiri dari ethinyl vinil asetat, cincin berukuran 54 mm dan tebal 4 mm utamanya berisi ethinyl estradiol dan progestin, etonogestrel. Zat ini dilepaskan dengan jumlah sekitar 15 g dan 120 g per hari, masing-masing dan diserap pada epitel vagina. Meskipun hasil pelepasan ini dalam kadar hormon sistemik lebih rendah daripada dosis rendah pil kontrasepsi oral dan formulasi kontrasepsi patch, namun inhibisi ovulasi tetap terjadi secara lengkap

Cincin ini dipakai selama 3 minggu per bulan, meskipun reservoir cincin cukup mengandung kontrasepsi steroid untuk sekitar 14 hari lebih. Meskipun cincin tersebut dirancang untuk harus disimpan intravaginal bahkan selama berhubungan., namun cincin tersebut dapat mempertahankan kemanjurannya bahkan jika cincin tersebut dilepaskan sampai waktu 3 jam. Pengguna diminta untuk memasukkan cincin tinggi-tinggi ke vagina; pemasangan ini tidak memerlukan tenaga kesehatan. Tingkat kehamilan keseluruhan lebih dari 1 tahun penggunaan ialah 0,65 kehamilan per 100 wanita per tahun

Cincin ini mempunyai kelebihan dapat dengan mudah dimasukkan, diperiksa, dilepaskan, dan diganti oleh pengguna. Keuntungan lain dari cincin ini adalah sebagai berikut:

-Penggunaannya dapat dilepaskan saat koitus

- Ini memberikan jumlah pelepasan obat yang konstan, sehingga tingkat plasma lebih stabil dari dosis minimum yang diperlukan untuk kontrasepsi

- Efek samping metabolik dikurangi dengan menghindari first-pass effect di hati

- Pada kasus kehamilan yang disengaja atau jika proteksi tidak lagi diperlukan, kadar dalam plasma dengan cepat jatuh ke nol.(9)

 

d. Suntik

Kontrasepsi suntik diberikan sekali per bulan mengandung Medroxyprogesterone asetat 25 mg dan 5 mg estradiol cypionate. Suntikan diberikan secara intramuskular setiap 28 hari. Pola pendarahan dan kemanjuran sebanding dengan penggunaan pil oral kombinasi. Pendarahan episodik dapat diantisipasi 18-22 hari setelah penyuntikan dan yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi estrogen sebanyak 50 pg / ml atau kurang. Sekitar 70% perempuan mengalami pendarahan satu episode per bulan, dengan hanya 4% yang mengalami amenorea lebih dari tiga siklus pengobatan. 

 

Efek Samping

Efek Samping Minor

Gabungan kontrasepsi hormonal mempengaruhi hampir setiap sistem dalam tubuh. Kontrasepsi steroid dimetabolisme oleh hati dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lipid, plasma protein, asam amino, vitamin dan faktor pembekuan.

Banyak efek samping yang dilaporkan, khususnya sakit kepala, penambahan berat badan dan kehilangan libido, adalah umum di kalangan wanita tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Mereka mungkin berkaitan langsung dengan kontrasepsi steroid termasuk retensi cairan, mual dan muntah, chloasma, mastalgia dan pembesaran payudara. Semua kecuali chloasma (yang semakin buruk dengan bertambahnya waktu) meningkat dalam waktu 3 sampai 6 bulan. Dosis estrogen yang berbeda atau jenis progestogen atau cara pemberian yang berbeda dapat membantu jika waktu saja tidak dapat memecahkan masalah. Untuk wanita penggunan pil dengan keluhan mual yang persisten, menjadi indikasi pemberian patch. Efek samping (nyata atau dirasakan) sering mengakibatkan penghentian penggunaan; 73% wanita Inggris pada semua umur mengeluhkan terjadinya penambahan berat badan sebagai suatu kelemahan dari penggunaan pil.

Efek Samping Serius

Penyakit Kardiovaskuler

Telah lama diketahui bahwa risiko terjadinya emboli deep-venous thrombosisandpulmonary meningkat pada wanita yang menggunakan pil oral kombinasi. Ini berhubungan dengan dosis estrogen, dan jumlahnya secara substansial telah diturunkan dengan formulasi yang mengandung dosis rendah estradiol ethinyl yaitu 20-35 µg.  Bahkan dengan risiko yang meningkat, kejadian dengan menggunakan pil oral kombinasi hanya 3-4 per 10.000 perempuan per tahun. Selain itu, risikonya lebih rendah dari taksiran kehamilan 5-6 per 10.000 wanita per tahun. Risiko terjadinya tromboemboli berkurang dengan cepat ketika pil oral kombinasi dihentikan.

Mereka yang paling berisiko untuk terjadinya trombosis vena dan emboli ialah wanita dengan defisiensi protein C atau S. Faktor klinis lain yang meningkatkan risiko trombosis vena dan emboli dengan menggunakan pil oral kombinasi adalah hipertensi, obesitas, diabetes, merokok, dan gaya hidup kurang gerak. Penggunaan kontrasepsi selama sebulan sebelum dilakukannya operasi besar meningkatkan dua kali lipat risiko tromboemboli pasca operasi . menyeimbangkan risiko tromboemboli dengan wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan selama 4 sampai 6 minggu diperlukan untuk membalikkan efek trombogenik dari pil oral kombinasi sebelum operasi.

Menurut World Health Organization Collaborative Study, peningkatan stroke iskemik dan hemoragik pada wanita perokok yang lebih muda dari 35 tahun adalah sekitar 10 dan 25 peristiwa per 1 juta wanita per tahun, masing-masing. Beberapa studi telah menyimpulkan bahwa penggunaan pil oral kombinasi pada wanita yang sehat sehat, wanita tidak merokok tidak berhubungan dengan peningkatan risiko stroke . Sebaliknya, wanita yang memiliki hipertensi, merokok, atau sakit kepala migrain dengan aura visual dan menggunakan kontrasepsi oral memiliki peningkatan risiko stroke. Karena risiko stroke adalah mutlak rendah, tetapi American College of Obstetricians and Gynecologists telah menyimpulkan bahwa pil oral kombinasi dapat dipertimbangkan untuk wanita dengan migren yang tidak memiliki tanda-tanda neurologis fokal jika mereka dinyatakan sehat, wanita muda bukan perokok dengan tekanan darah normal kurang dari 35 tahun. Pada meta-analisis baru-baru ini dari 17 penelitian observasional migrain dengan kualitas yang baik dihubungkan dengan resiko yang relatif dari stroke ialah 2,16 (CI 95%: 1,89-2,48) dan pengguna kontrasepsi oral mengalami peningkatan delapan kali lipat dalam risiko stroke bila dibandingkan dengan bukan pengguna. Banyak orang salah mengartikan sakit kepala mereka sebagai migrain dan oleh karena itu adalah penting untuk mencari tahu riwayat pasien sebelum menolak untuk menuliskan resep pil oral kombinasi bagi wanita dengan riwayat “migrain”.

Penggunaan pil oral kombinasi meningkatkan resiko dari stroke iskemik yang berlipat ganda, namun terjadinya risiko stroke perdarahan tetap tidak berubah. Merokok dan hipertensi meningkatkan risiko stroke tiga sampai sepuluh kali. Namun, stroke juga jarang terjadi pada wanita usia reproduksi.

Neoplasia Ganas

Pil oral kombinasi dapat mengurangi risiko beberapa kanker dan dapat juga meningkatkan risiko beberapa kanker lainnya pula. Sebagian besar data yang didapat berhubungan dengan penggunaan pil oral kombinasi dengan dosis tinggi estrogen dan progestin yang tinggi, namun penelitian menunjukkan bahwa sediaan dosis yang lebih rendah juga cenderung memiliki efek yang sama pada risiko kanker.

Kanker Payudara

Analisis dari 54 studi menemukan terjadinya peningkatan risiko kanker payudara yang kecil (resiko relatif = 1,24). Risiko kelebihan tersebut terjadi pada wanita dengan penyakit lokal, dan terdapat penurunan nilai pada penyakit metastatik.

Pengamatan bahwa durasi penggunaan pil oral kombinasi tidak meningkatkan risiko kanker payudara menyangkal berpendapat sebelumnya. Risiko kanker payudara menghilang setelah 10 tahun penghentian penggunaan pil. Dengan demikian, wanita yang menggunakan pil dari usia 15 sampai usia 35 tahun memiliki risiko kanker payudara yang sama pada usia 50 sebagai wanita sebanding dengan wanita yang tidak pernah menggunakan pil oral kombinasi. Karena insiden kanker payudara masih rendah pada usia saat menggunakan pil oral kombinasi adalah hal yang umum, sehingga efek yang kecil akan mempengaruhi jumlah wanita yang relatif kecil. Misalnya, di antara wanita yang berhenti menggunakan pil oral kombinasi pada usia 25 tahun, risiko kumulatif dari usia 25 sampai 34 tahun diperkirakan didiagnosis kanker yaitu 1 per 10.000 wanita. Pada wanita yang menghentikan penggunaan pil oral kombinasi pada usia 40, ketika tingkat insidensi lebih tinggi, diperkirakan akan terjadi 19 kasus kanker yang didiagnosis pada usia 40 sampai 49 tahun.

Kanker Serviks

Data risiko kanker serviks pada pengguna pil juga sulit diinterpretasikan karena metode penghalang memberikan perlindungan dan setiap hubungan yang diidentifikasi dalam studi epidemiologi berhubungan juga dengan hasil penyesuaian perilaku seksual yang buruk. 10 studi kasus meta-analisis baru-baru ini, wanita infeksi yang persisten dari infeksi virus papiloma manusia (HPV) yang menggunakan kontrasepsi hormonal (terutama kombinasi) lebih dari 5 tahun memiliki risiko relatif kanker serviks yang meningkat dari 2.8. Penggunaan kontrasepsi hormonal selama lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko relatif sampai 4.0. Jadi, meskipun adanya kekhawatiran bahwa perilaku seksual yang buruk di kalangan wanita yang menggunakan metode kontrasepsi berbeda mungkin menjadi pengganggu, bukti yang terjadi dijumlahkan dan didapatkan adanya asosiasi yang berarti antara penggunaan pil oral kontrasepsi dengan kanker serviks.

Bukti saat ini menunjukkan peningkatan risiko adenokarsinoma antara pengguna jangka panjang tetapi ini adalah tumor yang langka.

Kanker Ovarium, Endometrium Dan Colon

Terdapat bukti yang substansial menggunakan pil oral kombinasi dapat melindungi terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium. Terdapat juga pengurangan 50% risiko kanker ovarium epitelial setelah 5 tahun penggunaan pil oral kombinasi. Efek perlindungan berlangsung selama setidaknya 10 tahun setelah penggunaan pil dihentikan. Efeknya mungkin berhubungan dengan pengurangan jumlah ovulasi, dan oleh karena itu terdapat kasus ruptur kapsul ovarium. Penggunaan pil oral kombinasi juga mengurangi risiko kanker endometrium. Efeknya sangat berhubungan dengan lamanya penggunaan (pengurangan resiko 20% setelah 1 tahun, 50% setelah 4 tahun) dan tetap berlanjut selama 15 tahun setelah berhenti minum pil KB. Terdapat juga beberapa bukti yang menyatakan bahwa pil oral kombinasi mungkin juga memberi perlindungan terhadap kanker colon.

Infeksi

Ada data yang bertentangan mengenai peran pil oral kombinasi dengan kandidiasis vulvovaginal yang episodik, walaupun laporannya menyatakan jumlahnya lebih rendah dari vaginosis bakteri. Sebagian besar tetapi tidak semua studi menunjukkan peningkatan laju infeksi Chlamydia trachomatis pada pengguna pil oral kombinasi, tetapi tidak dengan Neisseria gonorrhoeae. pil oral kombinasi tidak menurunkan kejadian penyakit radang panggul (PID) tetapi memodifikasi keparahan klinis. Beberapa tetapi tidak semua studi menunjukkan bahwa pil oral kombinasi meningkatkan kerentanan terhadap infeksi virus human immunodeficiency (HIV) dan perjalanan penyakitnya

Hormon Progesteron Tunggal

Kontrasepsi progestogen tunggal menghindari efek samping dari estrogen. Ini tersedia dalam berbagai macam cara pemberian termasuk oral, injeksi, implan dan sistem intrauterine (IUD). Implan dan IUD dapat digunakan selama 3 dan 5 tahun, masing-masing. Kontrasepsi progestogen tunggal lebih jarang digunakan daripada kontrasepsi hormonal kombinasi dan terdapat data yang lebih sedikit, terutama pada risiko yang terjadi dihubungkan dengan penggunaan jangka panjang.

a. Mini Pil

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa jumlah harian yang kecil dari pil berisi progestin saja, biasanya norethindrone atau levonorgestrel, memberikan perlindungan yang cukup baik terhadap kehamilan tanpa menekan ovulasi. Metode ini memiliki beberapa keunggulan: efek samping yang timbul dari komponen estrogen oral kontrasepsi konvensional dieliminasi karena tidak diberikan estrogen, dan tidak ada urutan khusus mengambil pil, karena minipil diambil setiap hari. Meskipun mekanisme kerja pil progestin saja belum diketahui secara pasti, namun telah disimpulkan bahwa kontrasepsi ini dapat membuat lendir serviks menjadi kurang permeabel terhadap sperma dan bahwa aktivitas endometrium keluar dari fase normalnya sehingga nidasi dapat digagalkan bahkan jika pembuahan sudah terjadi. Dalam uji klinis, kontrasepsi oral hanya berisi progestin menghasilkan angka kehamilan sekitar 2-7 kehamilan per 100 wanita pertahun. Tidak seperti kontrasepsi oral kombinasi, yang memungkinkan suatu keleluasaan pasien bila lupa dansebagainya meminum obat, obat minipill progestin harus diminum setiap hari. Bahkan penundaan 2-3 jam mengurangi efektivitas kontrasepsi untuk 48 jam ke depan. Mini pil mempunyai efek samping, terutama perdarahan tidak teratur. Kontrasepsi hanya progestin sangat ideal bagi perempuan bagi wanita dengan kontraindikasi menggunakan estrogen. Kandidat ideal termasuk wanita tua yang merokok; wanita dengan sickle cell anemia, keterbelakangan mental, migrain, hipertensi, atau sistemik lupus erythematosus (SLE); atau wanita yang sedang menyusui.

b. Implant

Pada tahun 2006, FDA menyetujui penggunaan implan progestin batang tunggal dengan panjang 4 cm dan melepaskan etonogestrel pada tingkat dari 68 mcg per hari. Metode ini menyediakan 3 tahun keefektifan kontrasepsi. Implan enam-batang atauSistem Norplant (Wyeth-Ayerst) berisi levonorgestrel dalam enam batang silastic yang tertanam subkutan. Meskipun efektifitas, keamanan, dan kepuasan pasien dengan kontrasepsi ini, penggunaannya berkurang secara dramatis di Amerika Serikat, sehingga dihapus dari pasar di tahun 2002. Pada sistem yang baru, batang tunggal dimasukkan ke dalam subkutan pada lengan atas bagian dalam wanita menggunakan anestesi lokal. Insisi yang sangat minimal dengan penyisipan dan batang tunggal yang dirancang untuk memfasilitasi penempatan dan pemindahan. Implan progestin mencegah kehamilan dengan menekan ovulasi. Meskipun terjadi penghambatan ovulasi, ada supresi yang tidak lengkap dari fungsi ovarium dan wanita tersebut tidak menjadi hipoestrogenik. mekanisme tambahan seperti penebalan lendir serviks dengan penghambatan penetrasi sperma dan atrofi endometrium. Metode ini sangat efektif, jangka panjang, dan tidak tergantung pada penggunanya. Tidak ada kehamilan terjadi pada 70.000 siklus pertama yang diteliti. Kebanyakan wanita dapat dengan aman menggunakan implan etonogestrel. Namun, perempuan dengan kanker payudara saat ini tidak boleh menggunakannya. Kondisi lain perempuan pada umumnya yang tidak boleh menggunakan implan etonogestrel sama dengan pengguna implan levonorgestrel. Sebagian besar pengguna implan mengalami perubahan dalam pola perdarahan vagina, termasuk pendarahan yang berkepanjangan atau tidak teratur. Seperti terjadinya perubahan pola pendarahan merupakan alasan yang paling umum untuk menghentikan implan, perempuan harus diberi konseling tentang perubahan pendarahan ini sebelum memulai menggunakan implan. Efek samping lain yang dilaporkan termasuk berat badan, sakit kepala, jerawat, dan perubahan suasana hati.

c. Intrauterine Device (IUD)

IUD yang mengandung dua bahan kimia aktif saat ini telah disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat seperti perangkat progestin-releasing . Alat ini melepaskan levonorgestrel ke dalam rahim dengan jumlah yang relatif konstan 20 µg / hari, yang dapat mengurangi efek sistemik. Alat ini memiliki kerangka radiopaque berbentuk T, dengan batang dibungkus reservoir silinder, terdiri dari campuran polydimethylsiloxane-levonorgestrel. Ada duatrailing string cokelat menempel batang.

Mekanisme kerja IUD belum dapat didefinisikan dengan tepat dan masih menjadi subyek perdebatan sampai saat ini. Pernah dipercaya bahwa aksi IUD ialah menginterferensi terhadap keberhasilan implantasi ovum yang telah dibuahi, namun sekarang dianggap menjadi kurang penting dibandingkan pencegahan pembuahan.

Dalam rahim, IUD menginduksi adanya respon peradangan setempat endometrium, terutama oleh perangkat yang mengandung tembaga. Komponen peradangan selular dan komponen humoral ini terjadi pada jaringan endometrium dan cairan yang mengisi rongga rahim dan saluran tuba. Ini menyebabkan menurunnya sperma dan viabilitas telur (Ortiz dan Croxatto, 2007). Pembuahan sulit untuk terjadi, disebabkan inflamasi yang sama diarahkan terhadap blastokista, dan endometrium yang berubah menjadi lokasi yang buruk untuk terjadinya implantasi. Pada IUD tembaga, tembaga meningkatkan lendir pengguna IUD dan menurunkan motilitas dan viabilitas sperma

Dengan IUD yang mengandung levonergestrel, di samping terjadinya reaksi peradangan, pelepasan progestin yang lama pada pengguna menyebabkan atrofi kelenjar dan stroma desidualisasi. Selain itu, progestin membuat lendir serviks menjadi lebih kental yang dapat menghalangi motilitas sperma. IUD tipe ini juga mungkin tidak konsisten melepaskan progestin untuk menghambat ovulasi.

d.Suntik

Penyuntikan norethisterone-enanthate (NETEn) kerja panjang dan depot medroxyprogesterone asetat (DMPA,Depo-Provera) keduanya sangat efektif. Depo-Provera diberikan melalui suntikan pada intramuskular, 150 mg setiap 12 minggu. NET-En diberikan setiap 8 minggu (paling tidak awalnya). Hal ini tidak diizinkan untuk penggunaan jangka panjang di Inggris dan harus dihangatkan sebelum digunakan dan dimasukkan ke dalam jarum suntik. Sebuah sediaan micro yang baru yaitu DMPA muncul pada tahun 2007. Disebabkan dosis yang digunakan adalah rendah (104 mg DMPA), dapat juga diberikan secara subkutan dan dapat disuntikkan oleh sendiri.

 Efek Samping

Efek Samping Minor

Gangguan Pendarahan

Efek samping yang paling umum dan menyebabkan penghentian pil oral kombinasi yaitu pola pendarahan yang tidak dapat diterima. Termasuk amenorea jika wanita belum diperingatkan. Dosis rendah progestogen tunggal (pil dan implan) berhubungan berhubungan dengan tingginya insidensi pendarahan vagina yang tidak teratur. Hal ini disebabkan progestogen berpengaruh terhadap fungsi ovarium. Pada siklus ovulasi yang normal ditandai dengan adanya haid. Ketidakkonsistenan ovulasi dan fluktuasi produksi estrogen endogen dari pertumbuhan folikel menjadikan perdarahan yang tidak teratur. Namun, ada juga bukti yang menunjukkan bahwa metode progestogen hanya secara langsung mempengaruhi vaskularisasi dari endometrium dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan.Pola pendarahan yang berbeda didapatkan sesuai dengan dosis dari progestogen dan cara pemberian obat.

Kista Folikuler Persisten

Efek dari pil kontrasepsi oral pada aktivitas ovarium juga menyebabkan insidensi kista ovarium fungsional, atau lebih akurat sebagai folikel persisten. Telah ditaksir bahwa satu dari lima wanita yang menggunakan pil oral progestogen tunggal akan mendapatkan “kista” yang ditunjukkan oleh USG. Biasanya asimtomatis, folikel yang persisten dapat menyebabkan nyeri abdomen atau dispareunia. Sebagian gejala ini akan hilang dengan kembalinya menstruasi sehingga pengobatannya hanya bersifat konservatif saja.

Efek Samping Serius

Disebabkan metode kontrasepsi progestogen tunggal lebih jarang digunakan daripada pil kombinasi, data dalam penggunaan yang lama juga sedikit. Follow up jangka panjang (5 tahun) lebih dari 16.000 wanita yang menggunakan Norplant (implant) dilaporkan tidak menunjukkan masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskuler dan neoplasia. 

Penyakit Kardiovaskuler

Tidak terdapat bukti terjadinya peningkatan resiko stroke, miokard infark atau tromboemboli vena yang berhubungan dengan pil kontrasepsi oral. Hubungan antara tromboemboli vena dan progestogen yang digunakan untuk pengobatan kondisi ginekologi seperti perdarahan uterus disfungsi yang anovulatoar yang sering diobati oleh pil kontrasepsi oral yang akhirnya menjadi kontraindikasi bila diberikan dengan faktor resiko tromboemboli vena.

Penyakit Keganasan

Depo-Provera® memberikan proteksi yang tinggi terhadap karsinoma endometrium namun secara teoritis juga melindungi kanker ovarium namun belum ada data yang mendukung hal ini. Tidak terdapat data pada resiko kanker serviks meskipun seluruh kontrasepsi hormonal mempunyai peran dalam menjadikan kanker serviks. Penggunaan kontrasepsi progestogen tunggal selama 5 tahun dihubungkan dengan peningkatan resiko kanker payudara sebesar 1,17% secara signifikan.

Kepadatan Tulang

Inhibisi ovulasi komplit oleh Depo-Provera® menyebabkan hipoestrogenisme dan amenorea. Hipoestrogenisme berhubungan dengan penurunan kepadatan tulang. Ini didapatkan dari studi penggunaan Depo-Provera® yang berhubungan dengan pengurangan kepadatan tulang dibandingkan dengan yang bukan pengguna. Ini dapat mempengaruhi anak perempuan yang belum mencapai puncak dari massa tulang. Hasil dari studi cross sectional terbatas dan tidak konsisten, meskipun begitu, 2 buah studi prospektif telah melaporkan adanya penurunan densitas tulang pada pengguna Depo-Provera® lebih dari 2 tahun berusia antara 12 sampai 21 tahun dibandingkan dengan kontrasepsi non hormonal.

Kontrasepsi Darurat

Banyak wanita datang untuk perawatan kontrasepsi, namun juga terdapatwanita yang berhubungan tanpa menggunakan pelindung, atau dalam beberapa keadaan seperti pemerkosaan. Dalam situasi ini, terdapat beberapa metode secara substansial dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan bila digunakan dengan benar. Metode kontrasepsi darurat tersebut termasuk pil oral kombinasi, produk progestin tunggal, IUD yang mengandung tembaga, dan mifepristone. Namun yang menggunakan hormon adalah pil oral kombinasi dan pil berisi progestin tunggal.

Kombinasi estrogen-progestin

Untuk alasan yang dibahas di atas, ini juga dikenal sebagai metode Yuzpe. Jumlah minimal dari 100 g ethinyl estradiol dan 0,5 mg levonorgestrel diberikan. Disetujui oleh FDA, produk yang mengandung estrogen dan progesteron dan menjadi alat kontrasepsi pencegahan sebagai kontrasepsi darurat. Rejimen pil oral kombinasi ini lebih efektif, jika lebih cepat diminum setelah hubungan seksual tanpa kondom. Dosis pertama diminum idealnya dalam 72 jam setelah berhubungan seksual, tetapi bisa diberikan hingga 120 jam. Dosis kedua diminum 12 jam kemudian setelah dosis pertama. Regimen kontrasepsi hormonal darurat sangat efektif dan dapat mengurangi risiko kehamilan sampai 94 persen.

Mual dan muntah adalah masalah utama karena estrogen dosis tinggi. Untuk alasan ini, antiemetik oral dapat diminum 1 jam sebelum dosis masing-masing. Pengobatan oral awal dengan meclizine 50 mg atau dengan 10 mg metoklopramid efektif menurunkan mual (Ragan dan rekan, 2003; Raymond dan rekan, 2000). Jika seorang wanita muntah dalam waktu 2 jam setelah meminum obat, dosis harus diulang lagi.

 Sediaan Progestin Tunggal

Sediaan ini memiliki 2 sediaan tablet, masing-masing mengandung 0,75 mg levonorgestrel. Dosis pertama harus diminum dalam 72 jam setelah berhubungan tanpa pelindung namun dapat ditangguhkan sampai 120 jam kemudian. Dosis kedua dapat diminum 12 jam kemudian, walaupun  interval 24 jam diantara dosis juga masih efektif. Mekanisme utama ialah menghambat ovulasi. Mekanisme lainnya ialah mempengaruhi endometrium, penetrasi sperma dan motilitas tuba.

 

B. KONTRASEPSI NON HORMONAL

1.   AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) / IUD
  • Alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh seorang bidan / dokter terlatih.
  • Sangat efektif, dan bila berhenti memakai AKDR, kehamilan dapat terjadi. AKDR ini merupakan cara KB jangka panjang.
  • AKDR tipe TCu-380 A misalnya, efektif paling sedikit selama 10 tahun.
  • Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan pertama pemakaian. Mengalami sedikit ketidak-nyamanan setelah IUD dipasang.
  • Tidak ada pengaruh terhadap ASI. Seorang dokter / bidan yang telah mendapat pelatihan khusus dapat memasangnya segera setelah melahirkan.
  • Infeksi panggul cenderung menyerang pemakai IUD terlebih lagi apabila si pemakai telah terjangkit penyakit menular seksual.
  • IUD dapat keluar sendiri pada waktu mengedan, khususnya pada bulan-bulan pertama pemakaian, jadi sangat penting memeriksakan talinya.
  • Tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita yang mengidap Penyakit Menular Seksual (PMS).
2.   KONDOM
  • Selain mencegah kehamilan juga dapat melindungi terhadap infeksi penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV / AIDS.
  • Kondom dapat digunakan untuk mencegah HIV / AIDS, sekaligus ber KB
  • Dengan sedikit berlatih – mudah digunakan secara benar.
  • Efektif bila setiap dilakukan secara benar.
  • Beberapa pria merasa bahwa kondom mengganggu hubungan seks dan mengurangi kenikmatan.
3.   METODE SEDERHANA / VAGINAL
  • Spermisid (tissu KB), diafragma dan kap, merupakan cara KB yang dapat dipakai sendiri oleh wanita.
  • Harus dimasukkan ke dalam vagina (liang senggama) setiap kali sebelum berhubungan. Dilakukan sebelum mengadakan hubungan seks.
  • Efektif bila digunakan secara benar.
  • Dapat membantu mencegah penyakit menular seksual.
  • Menggunakan cara KB ini, cenderung untuk terkena infeksi saluran kencing.
  • Tissu KB tidak mudah didapat.
dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger.